Seung Ah melemparkan tubuhnya ke atas matras tempat tidurnya yang berpegas. Badannya bergoyang sebentar seperti agar-agar akibat pantulan dari kasurnya yang super empuk.
Kantong kertas yang sedianya sudah berpindah tangan ke tetangga brengseknya teronggok begitu saja di atas meja komputernya.Kejadian tadi mau tidak mau mempengaruhi keputusan Seung Ah untuk menemui Ji Hoon. Rasa-rasanya Ia belum siap memasang wajah 'tidak terjadi apa-apa' di hadapan Ji Hoon saat ini.
Bayangan Ji Hoon sedang berciuman dengan seorang perempuan, terus berputar-putar dibenaknya. Seung Ah menarik bantal dan menutupi wajahnya.
***
Entah sudah berapa jam Seung Ah terlelap. Ia mendadak terbangun ketika ponselnya berdering.
7 miss call.
4 pesan pendek.
'Kau ada di rumah?'
'Aku ada perlu denganmu'
'Angkat dong ponselmu'
'Hei perempuan sadis, kau mati ya?'
Semua dari Ji Hoon.Seung Ah menelan ludah.
Sambil mengucek-ngucek matanya, Seung Ah melompat dari tempat tidur. Ia masih bingung apa yang harus dia perbuat terhadap Ji Hoon.
'Heh, bodoh! Memangnya Ji Hoon tahu kalau kau memergokinya? Kenapa jadi kau yang setengah mati pusing dibuatnya?!'
'Ya, tapi aku tetap masih belum bisa mengenyahkan adegan dia berciuman dengan perempuan lain. Aku jadi kikuk jika harus berhadapan dengannya. Kau tau sendiri aku engga' bisa poker face kan?!'
Hati kecil Seung Ah bermonolog.
'Ting tong'
Seung Ah terlonjak demi mendengar suara bell pintu rumahnya berbunyi.
Dengan mengendap-endap, Ia mendekati pintu lalu mengintip dari peephole.Terlihat cengiran khas Ji Hoon yang memamerkan gigi-gigi putihnya. Wajahnya jadi terlihat aneh sekaligus lucu, karena segala sesuatu yang dilihat dari peephole menjadi cembung seperti kamera fish eye.
'Buka, tidak ya? Apa aku pura-pura tidak ada di rumah saja?' Batin Seung Ah sambil menahan bobot tubuhnya sebisa mungkin, agar tidak menimbulkan suara.
Hening di luar sana.
Seung Ah berjingkat menghampiri pintu apartemennya kembali, dan mengintip lewat peephole.
"Akkk!" Seung Ah memekik kaget demi melihat Ji Hoon yang ikut-ikutan mengintip lewat peephole dari luar.
"Aha! Aku sudah duga kau ada di dalam" Suara bariton Ji Hoon terdengar bersemangat di luar sana.
"Ayo dong buka pintunya. Ada hal penting yang harus kubicarakan padamu, pleaseee" rengek Ji Hoon.
Kali ini suaranya terdengar lebih jelas. Ia pasti menempelkan mulutnya pada daun pintu.
Seung Ah menarik napas panjang sebelum membukakan pintu apartemennya untuk Ji Hoon.
Suara "beep" digital dari pintunya terdengar, lalu pintu terbuka dengan brutalnya karena didorong oleh Ji Hoon.
Seung Ah mundur beberapa langkah ketika Ji Hoon merangsek maju ke hadapannya.
"Ayo tebak, benda apa yang ada di tanganku?" Jarak Ji Hoon kini begitu dekat dengan Seung Ah. Sampai-sampai Seung Ah bisa mencium hembusan napas Ji Hoon yang berbau mint. Tangan kirinya ia sembunyikan di balik punggungnya.
Tanpa menjawab, Seung Ah hanya mengedikkan bahunya dengan kikuk. Saat ini Ia bahkan tak berani menatap mata Ji Hoon lama-lama.
"Taraaa!" Ji Hoon menggoyang-goyangkan sebuah ponsel yang serupa dengan milik Seung Ah.
"Masa kau tidak bisa menebaknya. Kau belum cek ponselmu, ya? Aku kan telepon dan kirim SMS juga beberapa kali" Kekeh Ji Hoon masih dengan senyum lebarnya.
"Aku tadi tertidur" Ujar Seung Ah pendek. Pikirannya jadi melayang ke kantong kertas di kamarnya.
'Sia-sia sudah'
"Dasar tukang tidur!" Ji Hoon mengacak-acak rambut Seung Ah, tiba-tiba, sambil berlalu menuju sofa. Membuat pipi Seung Ah mendadak menghangat, dan dadanya mendadak berdegup kencang.
Benteng penyangkalan yang Ia susun di hatinya menghadapi serangan api cemburu telah resmi berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Explicit Love Story [On Going]
FanficJi hoon buru-buru menanggalkan kaosnya sembarangan di depan Seung Ah lalu menyambar kemeja tadi. Seung Ah pura-pura cuek sambil terus menekuni majalah di hadapannya. Setidaknya itu yang dilihat Ji Hoon, padahal sejak Ji hoon membuka kaosnya, Seung A...