41

79 6 3
                                    

Karna memakai alat yang canggih jadi tes darah tadi cuma butuh waktu kurang lebih 30 menit.

"Kamu lihat sendiri, hasilnya positif. Jadi kamu tidak bisa mengelak kalo istri kamu pelan pelan mau membunuh kamu dan anakmu." Ucap dokter andu

"Ga, ga mungkin"

"Apanya yang ga mungkin si hah? Kamu mau bukti apa lagi?!" Kesal andu karna wijaya masih tidak percaya padahal jelas jelas di tubuhnya sudah terkena racun walaupun tak sebanyak yang ada di tubuh jihan.

"Karna saya dokter yang baik, saya mau kamu dirawat karena walau sedikit kandungan racun yang ada ditubuh mu itu juga berbahaya karna kamu sudah lanjut usia." Ucap dokter andu

"Dokter dokter tolong dok sembuhkan jihan dok, apapun akan saya lakukan selamatkan dia dok"

"Hahaha terlambat Wijaya. Saya akan mengecek kondisi jihan saat ini mari kita lihat"

"Dok saya mohon dok" ucap Wijaya sambil berlutut di hadapan dokter andu

"Sekarang kondisi jihan kritis, saya tidak bisa melakukan tindakan apapun. Saat ini hanya jihan lah yang harus berjuang melewati masa masa kritisnya. Kita hanya perlu berdoa." Ucap andu

"Berdirilah Wijaya kemana Wijaya yang sangat angkuh, aku tidak melihatnya"

"Maaf"

"Sudah sudah, mari kita lihat kondisi jihan"

Masih dengan kondisi yang sama seperti tadi pagi. Jihan masih terbaring dengan mata tertutup rapat. Wijaya yang melihat kondisi anaknya hanya tersenyum miris, kenapa bisa dengan tega ia membuat anaknya seperti ini. Wijaya bener bener menyesalinya.

"Jihan... Maafin papah nak, papah bener bener gak bermaksud bikin kamu kaya begini, bangun sayang" ucap Wijaya sambil mengelus surai rambut jihan

"Papah janji nak, kalo kamu bangun dari masa sulit kamu papah janji apapun buat kamu akan papah lakuin. Kamu mau papah cerai kan sama chintya bakalan papah lakuin nak, apapun buat kamu papah bener bener nyesel karna lebih percaya sama chintya yang notabene nya orang asing sedangkan kamu anak papah sendiri papah tidak percaya. Jihan... maafin papah nak..." Ucap Wijaya, ia berbicara sambil menangis kali ini ia benar benar menyesal kenapa baru sekarang ia tau kalo chintya itu busuk, dan kenapa harus jihan yang menjadi korban kelalaiannya.

" sayang kamu capek ya sama semua keadaan ini? Pasti kamu selalu bilang omongan papah ini bullshit lagi, ya emang bener kok papah suka banget dulu bicara omong kosong ke kamu, suka banget bentak bentak kamu dulu maafin papah sayang... Tapi sekarang beda sayang kamu mau papah berhenti kerja?? Bakalan papah lakuin nak.... apapun buat kamu. Huffft Yaudah deh papah izinin kamu tidur tapi jangan lama lama ya sayang" ucap sang ayah sambil mengecup kening jihan lama.

andu yang mendengar semua ucapan Wijaya sedikit tersentuh hatinya, memang penyesalan selalu datang belakangan. Ia pun menepuk pundak Wijaya mengisyaratkan agar tegar dalam menghadapi ujian ini .

"Ayo ikut aku, kamu harus ku rawat. Nanti akan ku kasih obat kamu harus menebusnya di apotek"

Setelah itu Wijaya pun di rawat di RS yang sama tapi beda ruangan.

Dilain sisi ada Wildan yang masih uring uringan di kamarnya. Banyak bodyguard ayahnya yang di depan pintu rumahnya, takut Wildan bikin ulah lagi. Sebenernya Wildan sudah mempersiapkan hadiah spesial yang ia janjikan ke jihan dan juga kado ulang tahun untuk jihan. Iya benar sekali jihan besok ulangtahun. Wildan sudah menyiapkan ini dari lama, menyanyikan lagu untuk jihan di tempat umum. Iya itu kado spesial dari Wildan untuk jihan. Tapi... Semua itu sirna. Wildan pun pergi ke kamar jihan yang ada di sampingnya, masih seperti tadi malam dimana mereka masih belajar bersama, dan bahkan laptop yang mereka tonton tadi malam masih ada dengan keadaan terbuka. Ada yang menyita perhatian nya Wildan saat melihat buku buku yang ada di meja belajarnya. Buku diary

TROUBLE MAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang