part 14 Arum Menghilang

6 4 0
                                    

Aloooo...... Author balik lagi nih..... Akhirnya ya setelah sekian lamaaaa...

Oh iya selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan..... Semangat terus yaaaaa..

🕸🕸🕸

Sinar matahari pagi yang lembut mengintip kedalam sebuah kamar,menerobos melalui celah jendela kaca yang masih tertutup gordennya. Sedangkan, si empunya kamar masih tertidur di atas ranjang empuknya.

Perlahan mata itu terbuka, tangannya meraba ke arah nakas di samping tempat tidurnya dan meraih benda pipih yang pintar itu, ya benda itu memang pintar, karena jika kita bertanya pasti selalu bisa di jawabnya. Matanya memicing melihat layar benda pintar itu, sedetik kemudian matanya terbuka dengan sempurna. "Whatt.....?! " Teriaknya sambil langsung mendudukan badannya.

"Ya ampun, gue kesiangan!.. Kok bunda gak bangunin sih..." Dengan cepat Nata langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi,mengenakan seragam dan mengambil tasnya asal. Bodo amat dengan buku apa yang ada di dalam sana, intinya Nata tidak ingin terlambat. Masa ketua OSIS terlambat sih?!

"Buunnnn...Bundaaa... " Teriak Nata mencari Bundanya yang ternyata sedang menata sarapan di meja makan. Mata Nata mengerjap menyadari ada sesuatu yang berbeda pagi ini. "Kok Ayah masih di rumah sih? Kan sekarang udah setengah selain, terus kok tumben sarapan baru mateng jam segini? " Gumam Nata.

"ASTAGHFIRULLAH!! " Nata menoleh ke arah tangga di belakangnya dan mengernyit heran melihat kakaknya yang masih menggunakan baju biasa yang terkesan sangat santai itu.
"Kok lo masih di rumah kak? " Tanya Nata heran, seharusnya kan kakaknya itu sudah pergi ke kampus jam segini.
"Eh adek sok kegantengan... Harusnya itu gue yang nanya... Lo mau kemana? " Tanya Kirana.
"Gue?" Tanya Nata sambil menunjuk dirinya sendiri. "Ya mau sekolah lah"

Seketika Kirana tertawa mengapa mendengar ucapan sang adik.
"Ini hari minggu bego" Kata Kirana sambil berlalu ke meja makan.
"HAH! HARI MINGGU?! " teriak Nata frustasi, kalau tau begini harusnya sekarang Nata masih tidur di kamarnya, masih berpelukan dengan guling kesayangannya, kasur empuknya, dan bermesraan dengan alam mimpinya.

"Udah-udah jangan teriak-teriak, asih lagi ini, Nata ganti baju habis itu sarapan ya... " Dengan wajah di tekuk Nata berbalik menaiki tangga menuju kamarnya, menuruti perintah sang Bunda.

Sesampainya di kamar Nata langsung menaruh tasnya di atas meja belajar, lalu mengganti seragamnya dengan kaus hitam berlengan pendek dan celana selutut. Matanya tak sengaja melihat ke arah foto di atas nakas disamping tempat tidurnya yang memperlihatkan dua anak kecil, Laki-laki dan perempuan yang tersenyum ke arah kamera.
Saat itu juga Nata tersadar, sudah berapa lama ia tidak bertukar kabar dengan gadis itu? Dengan tuan putrinya. Dengan cepat Nata mengetikkan banyak pesan kepada tuan putrinya itu, tapi dari sekian banyak pesan yang ia ketikan di layar handphonenya itu tak ada satu pun yang terbaca bahkan hanya ada satu tanda centang disana.

Seketika perasaan bersalah berkumpul di dalam kepalanya. Salahkan Nata yang tidak pernah mengabari lagi kepada gadisnya itu tentang hari-harinya. Tapi, apakah itu memang salah Nata? Karena dirinya juga punya kesibukan sendiri dengan lingkungannya.

🕸🕸🕸

Nata memandangi rak di depannya, sekarang, Nata bingung dia harus membeli tepung dengan merek apa.
Ya, di sini lah Nata sekarang, di dalam sebuah pusat perbelanjaan, di depan rak yang menyuguhkan berbagai macam merek tepung.

AnataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang