part 33

6.5K 428 157
                                    

Keluarga Atmaja tengah cemas menunggu putra bungsunya ditangani oleh dokter yang sejak satu jam lalu masih belum keluar. Rama terduduk lemas di kursi tunggu ia sangat menyesal dengan apa yang telah dilakukannya pada putra bungsunya itu, seharusnya ia tak perlu terlalu keras seperti tadi. Sedangkan Sarah ia tengah menangis dipelukan Resky yang keadaannya tak jauh berbeda dengan Rama.

Tak lama dokter Fajar keluar dengan wajah lelahnya, Rama yang mengetahui itu langsung saja  menghampirinya.

"Bagaimana? Dean baik-baik saja kan?"

Dokter Fajar menghela nafas pelan, sebenarnya berat untuk menyampaikan kabar ini namun ia tak ada pilihan lain
"Mari keruangan saya biar saya bisa jelaskan"

Rama, Sarah dan Rezky mengikuti dokter Fajar.

"Maaf pak sepertinya Dean belakangan ini sedang mengalami banyak tekanan yang membuatnya stres sehingga keadaan bisa turun sedrastis ini" Rama tertegun mendengar perkataan dokter Fajar, ia sadar bahwa dirinya lah yang membuat Dean seperti ini.

"keadaan Dean sedang kritis dan kita harus mencari donor jantung secepatnya karena kalau tidak maka.." dokter Fajar menggantung ucapannya tak sanggup lagi mengucapkan hal yang seharusnya ia sampaikan.

Sarah yang mendengar hal tersebut langsung histeris, ia tak bisa kehilangan permatanya tersebut.
"Dean bakal baik-baik aja kan ky hiks bunda gak hiks mau kehilangan Dean hiks"

"Berapa lama waktu nya?" Rama bertanya dengan air mata yang sudah tak mampu ia tahan lagi.

Dokter Fajar menghela nafas pelan,
" Dua hari. Kita harus dapat jantung baru dalam dua hari! Dean sudah ada didaftar pertama penerima donor tapi sampai sekarang belum ada yang cocok"

"Untuk sekarang Dean masih dirawat diruang ICU untuk pemantauan yang lebih ketat lagi" lanjut dokter Fajar

Runtuh. Runtuh sudah pertahanan Rama, tubuhnya luruh kelantai yang dingin, bagaimana bisa ia mencari donor dalam waktu secepat itu? Bertahun-tahun ia sudah berusaha mencari namun hasilnya masih nihil sampai sekarang.

Sama halnya dengan Sarah, ia sudah terkapar pingsan di pelukan Resky, ia tak sanggup jika harus kehilangan permata kecilnya itu.

"Ky lebih baik kamu bawa bunda mu pulang dulu biar dia bisa istirahat, biar Dean ayah yang jaga!" Perintah Rama pada Rezky, Rama terlampau tidak tega melihat istrinya yang terlihat sangat lelah akibat terlalu lama menangis.

Rezky menurut lalu menggendong Sarah dan segera berlalu meninggalkan Rama sendiri ditemani rasa bersalah yang kentara ia rasakan.

***

Rama memasuki ruangan serba putih itu dengan langkah pelan, air matanya kembali turun saat melihat putra kecilnya terbaring tak berdaya dengan alat-alat kesehatan yang terpasang ditubuhnya. Rama duduk disebelah ranjang itu dengan tatapan sendu.

Tangannya terangkat mengusap Surai hitam itu dengan pelan, lalu tangan kokohnya menyentuh mata Dean yang masih terpejam " kapan mata indah ini akan terbuka? Walau baru beberapa jam tapi ayah sudah merindukan binar dimata ini. Hiks"

beralih pada mulut kecil Dean yang terpasang selang ventilator untuk membantu pernafasan anak itu.
"Hiks...hiks.. pasti sangat sakit ya nak? 
Seandainya ayah bisa menggantikan posisi mu ayah siap asal anak ayah ini bisa sehat" Rama mengusap air matanya kasar, rasa bersalah lagi-lagi hinggap dihatinya, ia bodoh! Untuk apa selama ini ia terus menjauhkan Dean dari dunia luar sementara ia menyakiti anaknya sendiri didalam rumah.

"Anak ayah kuat. Anak ayah harus bisa sembuh! Ayah janji jika Dean sembuh ayah akan berikan semua yang Dean mau, ayah gak akan larang Dean sekolah lagi ayah juga gak akan larang Dean untuk main ditaman lagi, tapi Dean harus janji juga kalau Dean bakal bangun ya sayang."

Protective familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang