Dengan langkah lesu Dean berjalan menuju kamarnya, ingin rasanya sekarang ia menangis tapi masih bisa ia tahan. Dean tidak menyalahkan keluarganya yang bersikap berlebihan dalam menjaganya tapi ia hanya benci dirinya yang terlahir sebagai anak yang lemah dan penyakitan seperti ini.
Sesampainya dikamar Dean langsung berjalan menuju balkon, memang udara malam ini sedikit dingin tapi Dean tak peduli ia hanya ingin menengkan fikirannya.
"baru aja seneng di kasih hp eh malah diambil lagi! " kesal Dean entah pada siapa
"baru jam segini lagi! Emang kenapa sih jam tidur gua cepet banget? " memang Rama sengaja menetapkan jam tidur Dean pukul 19:30 alasannya agar Dean bisa beristirahat dengan cukup. Selama ini Dean hanya menurut dengan aturan dari keluarganya karna menurutnya itu adalah yang terbaik untuknya.
"apa gua main kerumah Dio aja ya? " Dean mengetuk-ngetukan jarinya pagar besi balkon "tapi kalau izin sama ayah pasti nggak dibolehin, gua pergi diem-diem aja deh" putus Dean akhirnya.
Dean beranjak keluar kamar tak lupa ia memakai jaket abu-abu kesayangannya, rumah mewah itu sudah tampak sepi mungkin para penghuni sudah sibuk dengan aktivitas setelah makan malam dikamar masing-masing. Memang mungkin malam ini Dean ditakdirkan untuk keluar rumah.
Setelah keluar dari rumah sekarang Dean tinggal hanya melewati penjagaan satpam rumahnya yaitu Pak Bagus satpam yang sudah bekerja dirumah ini sedari Dean kecil dan tentusaja ia tau tentang waktu-waktu dimana Dean bisa keluar rumah dan waktu dimana Dean dilarang keras untuk keluar rumah, ya salah satunya adalah sekarang.
Dean mengendap-endap menuju kearah gerbang rumahnya dan beruntungnya lagi Dean tidak melihat pak Bagus dan yang lebih beruntungnya lagi pintu gerbang tidak dikunci yang membuat Dean leluasa melewatinya.
Jarak ke rumah Dio memang tidak jauh hanya kelang dua blok dari rumah Dean tapi berhubung keluarga Dean yang sangat protective membuat Dean sangat jarang berkunjung kerumah Dio. Dean merasakan hawa dingin mulai menyerang walaupun ia sudah memakai jaket yang cukup tebal.
Dan setelah sekitar lima menit berjalan Dean akhirnya sampai disebuah rumah mewah ya walaupun tak sebesar dan semewah rumahnya.
Ya memang rumah kediaman keluarga Atmaja adalah rumah terbesar dan termewah dilingkungan ini atau bisa jadi dikota ini.Beberapa kali Dean mengetok pintu rumah itu dan dibukakan oleh seorang wanita setengah baya yang ia ketahui adalah mama dari Dio yaitu Ranti "eh ada Dean, ayo masuk" ucapnya lembut
Dean mengangguk lalu mengikuti langkah Ranti masuk kedalam rumah "kamu langsung kekamar Dio aja ya, tante mau buat minum dulu"
"nggak usah, nanti kalau Dean haus bisa ambil sendiri kok"
"em yaudah kalau begitu"
Setelah melihat Ranti telah pergi Dean langsung berjalan menuju kekamar Dio. Dean langsung masuk kekamar Dio tanpa permisi sang empunya kamar yang sedang asik main geme pun langsung tersentak kaget
"lo kok bisa disini? " tanya Dio
"bisalah" ucap Dean santai.
"emang dikasih izin? " Dio bertanya lagi. Dean merebahkan tubuhnya dikasur empuk Dio "ya enggak lah! Kaya lo nggak tau keluarga gua aja? "
"maksud lo, lo kesini diem-diem gitu? " Dean hanya mengangguk sebagai jawaban. Dio geleng-geleng kepala mendengar penuturan sahabatnya itu.
Dio mengambil handphone nya diatas nakas lalu menekan beberapa dijit angka, Dean yang menyadari niat Dio tak tinggal diam segera ia merebut handphone itu dari tangan Dio
"mau ngapain lo? " tanya Dean setelah berhasil merebut handphone Dio
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective family
Teen FictionDeandra Putra Altahir Atmaja,seorang remaja istimewa yang hidup ditengah keluarga yang sangat menyayanginya dan menjaganya dengan sangat ketat membuatnya tumbuh menjadi anak yang sangat susah bersosialisasi dengan dunia luar. Yang penasaran kuy baca