Setelah kurang lebih seminggu menjadi tahanan rumah sakit dan tiga hari menjadi tawanan orang tuanya, pagi ini Dean memilih untuk pergi kesekolah ya walaupun sebenarnya ia belum meminta izin kepada keluarganya.
Dean menuruni tangga dengan semangat lalu menghampiri keluarganya yang sudah duduk dimeja makan. Dean duduk dengan santainya dan tanpa ia sadari semua orang disini sedang menatapnya tajam.
"Mau kemana kamu?" Tanya Rama selaku kepala keluarga.
"Mau sekolah ayah, nggak liat apa Dean udah peke seragam?" Jelas Dean
Sarah tak mau ikut campur dengan urusan ayah dan anak ini, ia lebih memilih mengambilkan makanan untuk anak bungsunya itu.
"Ayah nggak pernah bilang ya kalau ayah bakal ngizinin kamu sekolah lagi setelah kejadian kemarin" ucapan Rama membuat Dean membulatkan matanya, jelas ia tak terima dengan ucapan ayahnya itu.
"Nggak bisa gitu dong yah, Dean kan nggak kenapa-napa kerena kejadian itu, Dean masuk rumah sakit kan karena emang tubuh Dean aja yang lemah" ucap Dean dengan menundukkan kepalanya. Sungguh ia tak mau jika harus kembali homeschooling.
Sarah tersenyum geli saat melihat ekspresi wajah Dean yang sangat imut menurutnya.
Rasanya Dean ingin sekali menangis, tapi masih bisa ia tahan. Hidupnya selalu saja begini selalu dilarang dalam hal apapun bahkan makan saja yang sudah menjadi hal pokok juga banyak larangannya. Lama-lama kesal juga.
"Yaudah kalau ayah nggak izini Dean sekolah lagi Dean bakal mogok makan sama minum obat!" Putus Dean ia tak akan pernah main-main dengan ucapannya
Dean mendorong piring yang baru saja Sarah berikan padannya lalu melipat tangannya didepan dada dan jangan lupakan bibir Dean yang sudah maju 5 centi.
Rama gemas sendiri melihat tingkah si bungsu, tak tahan tangan Rama beranjak mengusap rambut tebal Dean dengan sedikit kasar sehingga rambut yang sudah Dean tata selama setengah jam itu hancur berantakan.
"Ayah...ihh jangan!" Dean berusaha menghindar dari tangan besar Rama yang terus mengincar rambutnya.
Sarah dan Rezky tersenyum melihat tingkah ayah dan anak itu. Mereka senang karena akhirnya Dean dapat kembali seperti semula setelah berhari-hari mendekam dirumah sakit.
"Ayah udah..! Dean lagi ngambek nih jangan diganggu!" Rama seolah tuli, kali ini incarannya adalah pipi chubby putra bungsunya itu, sangat senang memang mengganggu anak nya ini.
"AYAH...akh" Dean meringis sambil memegang dada kirinya
Semua panik mendengar ringisan itu. Seketika Rama langsung merengkuh tubuh Dean berusaha menenangkan nya "kita kerumah sakit ya" Rama mencoba mengangkat tubuh ringkih itu namun..
"Kena deh hahahaha" Dean tertawa puas melihat ekspresi muka ayah nya yang menurutnya sangat lucu.
Namun tawa itu tak bertahan lama ketika Dean melihat tatapan tajam dari semua orang yang ada di meja makan ini."Menurut kamu itu lucu?" Suara dingin Rezky mampu membuat Dean merinding. Dean menundukkan kepalanya sungguh ia tidak tau kalau semua akan marah dengan tingkahnya tadi.
"Maaf" hanya kata itu yang ada dipikirannya sekarang
"Ayah nggak suka kamu kaya gitu ya De" kini Rama yang angkat bicara.
"Sebagai hukuman kamu hari ini belum boleh sekolah!" Kini Sarah yang berbicara.
Dean mengangkat kepalanya memandang wajah dingin orang-orang ini "tapi Bun"
"Nggak ada tapi Deandra" ucap Sarah telak. Sarah memang sangat jarang menghukum Dean namun jika ia telah mengambil keputusan untuk menghukum Dean berarti perbuatan anaknya itu sudah kelewatan
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective family
Teen FictionDeandra Putra Altahir Atmaja,seorang remaja istimewa yang hidup ditengah keluarga yang sangat menyayanginya dan menjaganya dengan sangat ketat membuatnya tumbuh menjadi anak yang sangat susah bersosialisasi dengan dunia luar. Yang penasaran kuy baca