Iren mencepol asal rambutnya, menyisakan beberapa helai anak rambut. Wajahnya polos tanpa make up. Hari semakin larut, Iren baru saja menyelesaikan proses shooting pertama film yang dia bintangi bersama Ananta.
Iren menatap pantulan wajahnya di cermin, malam ini dia harus memulai rencananya dan tidak boleh gagal. Semua ini demi keselamatannya agar tidak diomeli Opung atau buruknya malah dijodohkan. Ponsel Iren berbunyi membuat perhatian gadis cantik itu teralihkan.
Febby
Ren, si Anan udah siap-siap mau
balik. Dia sendirian.Dengan tergesa, Iren bangun dari duduknya. Iren mengambil sandal jepitnya lalu bergegas keluar dari ruang ganti. Senyuman Iren terukir melihat pria bertubuh tinggi tegap itu baru saja selesai memasukkan barang-barangnya di bagasi mobilnya.
"Ananta! Gue nebeng ya." Iren langsung menggandeng tangan Ananta dengan erat.
"Apaan sih, lepasin gak." Ananta melotot kesal. Tubuhnya lelah karena tiga hari berada di lokasi shooting dan kurang tidur.
"Tapi gue nebeng ya? Boleh kan? Boleh dong. Yuk," ucap Iren dan tanpa menunggu jawaban dari Ananta, Iren melepas gandengannya lalu membuka pintu mobil di sebelah kemudi.
Ananta memejamkan matanya sesaat. Iren memang memiliki attitude yang baik pada sesama rekan kerjanya tetapi malam ini, Ananta harus membenarkan kata sang manajer jika Iren adalah seorang pemaksa yang keras kepala.
"Antar balik aja Nan, kalian searah kan?" ucap salah satu crew. Ananta hanya tersenyum tipis lalu dia pamit untuk pulang.
"Lo gak punya mobil?" pertanyaan itu diluncurkan Ananta begitu dia masuk ke dalam mobilnya.
"Punya kok, tapi kemarin gue ke lokasi bareng Febby, mobil gue di rumah," jawab Iren dengan santai.
"Kenapa gak bareng Febby lagi?"
"Rumah gue yang sekarang berlawanan arah sama tempat tinggal Febby, udah sih Nan bareng aja kenapa sih," ucap Iren.
"Oke. Lo tinggal di mana emangnya?" Kali ini Ananta terlihat sedikit lebih ramah.
"Di Cendana Residence blok R nomor 5," jawab Iren. Iren tahu, Ananta juga tinggal di perumahan itu, demi kelangsungan rencananya agar berjalan sukses, Iren sengaja pindah di tempat tinggal yang sama dengan Ananta, bahkan tempat tinggal mereka saling berhadapan.
"Lo baru pindah di sana?"
"Udah sekitar dua mingguan, ini kita kapan jalannya ya Nan?"
Ananta segera menyalakan mesin mobilnya lalu mulai melajukan mobilnya
"Nan, singgah ke MCD bentar ya? Yang Drive Thru juga gak masalah," ucap Iren.
"Oke."
Ananta tidak ingin berdebat dengan Iren, lebih baik dia menurut agar energinya tidak terkuras karena gadis pemaksa ini.
🧨
"Lo mau apa?" tanya Ananta begitu mobilnya memasuki area Drive Thru.
"Choco pie dua, Mc. Flurry oreo dua, burger satu, kentang goreng reguler satu," jawab Iren. Ananta kemudian menyebutkan pesanannya dan Iren.
Saat hendak mengeluarkan kartunya untuk membayar, Ananta sudah lebih dulu mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar pesanannya dan Iren.
"Cocok ya kita," ucap Iren sambil tersenyum. Ananta hanya melirik Iren sekilas kemudian meletakkan makanan mereka di jok belakang.
"Udah kayak latihan suami menafkahi istri. Lo bayarin makanan gue. Makanannya aja sekantong, kita kapan serumah, Nan?" Iren melanjutkan ucapannya.
"Apaan sih Ren."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nasution's
UmorBerisi drama keluarga yang dipertuan Agung Opung Hadi Rudyatmo Nasution. Setiap part beda cerita.