6. Girls Day Out (Virtual)

3.2K 475 16
                                    

Erina dan Iren harus bersyukur karena mereka menetap di Jakarta. Lain ceritanya dengan Dara yang menetap di Medan. Sudah pasti skandal yang disebabkan Safira membuat Dara ikut kena imbasnya. Sindiran halus ataupun ucapan frontal dari Opung yang menguji mental selalu didengar Dara setiap hari.

"Kamu belum kenalin si Danish itu sama Opung, mbak? Katanya udah fix jadian sama dia," ucap Savanya yang sudah rapi dengan outfit nya. Hari ini dia ada shooting colaborasi dengan salah satu beauty vloger terkenal di Medan.

Dara menghela napas, dia ingin segera mengenakan Danish, tetapi sejak pertemuan terakhir mereka itu, Dara belum membahasnya lagi karena kesibukannya mengurus kantor percetakannya, banyak deadline yang harus dikerjakan.

"Mungkin nanti kalau udah gak sibuk," jawab Dara. Dia sudah dipusingkan dengan ocehan Opung, sekarang malah kembali diingatkan dengan rencananya untuk menjadikan Danish sebagai pacar bohongannya.

'Gue harus mulai susun strategi.'

Dara memijit pelipisnya, kepalanya kembali berdenyut.

"Jadi aku anterin ke studio kamu gak?" tanya Dara sambil mengambil tote bag canvas bergambar kartun spongebob yang terlihat jomplang dengan tas Prada yang tersampir di lengannya. Tote bag itu berisi bekal makan siang yang sudah disiapkan oleh Mamanya, kalau Dara protes tentu saja akan menjadi perdebatan panjang tiada ujung.

"Jadi dong, yuk kita c'mon!" ajak Savanya dengan semangat. Dia juga menenteng tote bag yang sama dengan Dara. Tote bag milik sang Mama yang sama legendnya dengan tupper ware.

"Eh, nanti sore jalan yuk, mbak. Aku tiba-tiba mau mukbang deh buat daily konten," ucap Savanya sambil memakai high heels Zara nya.

"Tapi kamu yang traktir ya, bokek nih akhir bulan," jawab Dara.

"Halah bacot lu." Savanya mendengus tak percaya. Mana ada dalam sejarah seorang Dara Nasution bokek, secara gadis itu memiliki perusahaan percetakan yang sedang berkembang.

Dara tertawa melihat wajah sebal Savanya. Tentu saja dia memanfaatkan sang adik agar uangnya bisa tetap aman untuk membeli barang branded yang sedang dia incar.

"Mamim, berangkat kerja dulu ya." Savanya segera pamit pada sang Mama tercinta.

"Bekalnya udah di bawa?" Mamim mengamati penampilan sang anak. Alhamdulillah tidak ada yang aneh.

"Aman sentosa sejahtera." Savanya memamerkan tote bag canvasnya. Sejak dulu memang Mamim selalu menyiapkan bekal untuk anak-anaknya, makanan rumahan lebih terjamin kesehatannya walaupun jika Mamim lengah sedikit saja anak-anaknya akan memesan makanan dari luar.

"Mamim, anak gadisnya mau kerja dulu biar dapat banyak cuan buat nikah," ucap Dara.

"Pikirin calonnya dulu," jawab Mamim. Dara terkekeh kemudian segera mencium tangan Mamanya.

"Pulangnya jangan kemalaman ya, Mamim mau masak banyak hari ini."

Ucapan Mamim membuat Dara dan Savanya refleks saling bertatapan.

'Gimana rencana kita?' Dara bertanya lewat tatapan mata dengan alis yang sedikit berkerut.

'Harus jadi lah, aku mau ngonten.' Savanya menjawab lewat tatapan mata yang sedikit melotot.

"Kalian ada rencana hari ini?" pertanyaan Mamim membuat telepati dua gadis sengklek itu terputus.

"Enggak Mam." Savanya dan Dara menjawab bersamaan. Kenapa setiap kali mereka ada rencana untuk makan malam di luar, Mamim selalu menyuruh mereka untuk pulang cepat? Selalu saja seperti itu. Sepertinya feeling Mamim tidak bisa diragukan kekuatannya.

The Nasution'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang