2. ɱεεƭ

414 161 66
                                    

"Suram banget ni tempat."

Seorang gadis bersurai blonde mengintip di balik jendela kamar kos sebelahnya sambil berjinjit.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang sehingga membuatnya tersentak membentur kaca jendela sampai kacanya retak.

"Ngapain dek?" tanya Araki, pemilik kosan bobrok itu. Ia bertelanjang dada dengan punggungnya bekas kerokan.

"Anu, bang. Pemilik kamar kos ini... siapa ya?" tanya Lon.

"Minggir golbok." Araki memukul biawak yang tiba-tiba hinggap di lengannya. "Oh kamar kos ini? Kosong kek hati gue."

"Kosong? Tapi-"

"Iya. Kamar yang ini belom gue perbaiki. Plafonnya jebol gara-gara ada kucing gelut di atas sono. Kenapa? Lo mau pindah ke kamar yang ini?!"

"Nggak... bukan gitu. Soalnya semalam... kayaknya ada orang disini."

Araki menoleh ke sekitar lalu mendekat sambil memegang erat pundak Lon. "Jangan... bicara keras-keras... itu pasti... hantu penunggu kamar ini...," bisiknya.

Lon menatap datar pria bersurai kolaborasi warna maroon hitam itu. "Ha? Hantu? Mana ada hantu. Boleh lihat ke dalam?"

Araki menelan ludahnya. "Etto... aduh, gue lupa naro kuncinya. Ntar lah gue cari dulu. Dah sono pergi. Ni rapi banget pake seragam mau kemana?"

"Judi bang."

"Astaghfirullah...."

"Sekolah bang... yaudah Lon berangkat dulu."

Araki membalas ucapan Lon sambil tersenyum. Lalu saat gadis itu sudah agak menjauh, ia melirik pada kamar kos di belakangnya.

Ia pun mengintip pada sela-sela jendela kamar kos itu. Dilihatnya hanya ada selembar uang dua ribuan yang sobek setengah dan tergeletak disana. "Ah, emang nggak ada apa-APA!!! ANY**ING ITU APAAN B*AJ*ENG!!!"

Araki berlari tunggang langgang saat tiba-tiba sepasang mata menatapnya pula pada celah jendela tempatnya mengintip tadi.

🐠

"Ano... sensei...." Lon mengetuk pintu kantor guru sembari menggaruk kakinya yang gatal akibat rerumputan di halaman kosnya.

Seseorang dengan postur tubuh tinggi, bersurai putih dan berkacamata keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri Lon. "Ya? Ada perlu apa?"

"Maaf kak, ruang kelas 12-A dimana ya?" tanya Lon.

"Oh. Kamu murid baru itu ya? Ayo ikut denganku." Pria itu berjalan di depan Lon sebagai penunjuk jalannya.

"Kenapa... seragamnya senpai ini beda nggak kek yang lain? Apa karena yang dipakai seragam anak osis?" pikir Lon.

Tak lama kemudian Lon pun melihat papan bertuliskan "12-A". Pria itu membukakan pintu kelas untuk Lon dan mempersilahkannya masuk kelas.

"Ohayou minna-san... hari ini kalian kedatangan teman baru," sapa pria tersebut kepada seisi kelas 12-A.

"Ohayou mo, Mafu-sensei...," jawab para siswa.

"HEH?!" Lon menoleh ke Mafu. Mulutnya sedikit terbuka dan memasang tampang bingung. "Sensei?"

Seketika Lon membungkuk di hadapan Mafu. "Maaf! Lon pikir... tadi kakak kelas, karena... terlihat sangat... muda...."

Mafu tertawa kecil sambil menepuk pelan kepala Lon. "It's okay. Silahkan duduk, di sebelah sana kosong," tunjuk Mafu pada kursi di depan meja guru. Kursi itu memang kosong karena para siswa khawatir kalau duduk disitu nantinya akan sering disuruh atau ditunjuk guru saat ada pertanyaan.

Lon mengangguk dan mengikuti intruksi Mafu.

"Baik, kita sambung materi kemarin," kata Mafu sambil membuka buku diktatnya.

🍋

"Kamu harus makan, makanan yang mengandung zat besi dek. Kamu terserang anemia," kata staff penjaga uks, Nqrse.

Lon sedang meminum teh hangat di UKS. Tadi saat pelajaran kedua hendak dimulai, ia merasa tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pusing. Oleh karena itu ia pun izin untuk pergi ke ruang kesehatan tersebut.

"Zat besi?"

"Iya, kek gergaji, seng, pisau gitu yang terbuat dari besi," jawab Nqrse dengan tatapan datar.

"Ish, gitu banget sih ngelihatnya," gumam Lon. Gadis itu terdiam. Ia merasa selama ini tak pernah mengalami anemia karena ia selalu menjaga pola makannya. Ia pun memegang luka di lehernya lagi. "Apa anemia ini, ada hubungannya sama luka ini?" batin Lon.

Setelah merasa agak baikan, Lon pun pergi dari UKS dan tak lupa berterimakasih kepada Nqrse.

Namun baru saja ia keluar dari pintu UKS, agak jauh darinya, ia melihat seseorang yang mirip dengan pria bertaring semalam.

Seketika Lon merasa lehernya terasa nyeri. Terbayang rasanya taring yang tajam itu menusuk lehernya.

Pria itu memakai setelan kemeja biru berkerah dengan dasi hitam putih bergaris-garis. Lon memperhatikan pria tersebut dengan seksama, memastikan bahwa pria itu adalah orang yang sama dengan sosok yang menyerangnya semalam.

Ia memicingkan matanya, mencoba membaca tulisan di sampul buku yang dibawa pria itu dan tertulis sebuah nama, Soraru.

Dengan langkah dipercepat, Lon menghampiri pria itu lalu menubrukkan tubuhnya dari belakang pria tersebut dan mendorongnya hingga ke sudut tembok di bawah tangga.

Gadis itu menyandarkan kepalanya di punggung pria bernama Soraru itu. "Kau! Vampir yang semalam kan?!"

Soraru menaikkan sebelah alisnya, agak terkejut tiba-tiba ia mendapat serangan seperti itu dari belakangnya. Ia pun berbalik, memegang kedua pundak Lon dan membalikkan posisinya sehingga giliran Lon yang terkukung di sudut tembok.

Lon mendongak, iris matanya menatap pria yang lebih tinggi darinya itu. Ya, karena ia hanya setinggi dada Soraru.

Perlahan Soraru mendekatkan wajahnya dan menatap dalam iris mata Lon sehingga membuat gadis manis itu mengerjap beberapa kali sambil menggigit bibirnya.

"Hei. Kau ini... gadis gila ya?"

Seketika pupil Lon melebar, "Ha?! Ap-Apa kau bilang?!"

To be Continued

9/5/21

➌ 『𝕿𝖍𝖊 𝕮𝖍𝖔𝖎𝖈𝖊』 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang