19. LEMON

283 108 119
                                    

Dia adalah orang yang sangat penting bagiku,
Yang akan kulindungi dengan nyawaku















..

Ada kata-kata yang ingin kukatakan padanya
Tapi aku belum bisa mengatakannya





























Tapi aku tidak akan menyerah





















Jadi kumohon,

Kamisama...















.

Tolong beri aku kesempatan lagi






.
.
.

⚠️⚠

Skip chapter ini kalau umurmu masih dibawah 15 taon

️⚠️

Lon dengan sigap menginjak kaki pria itu dan berlari menjauh. Pupilnya melebar, bagaimana mungkin Soraru bisa menemukannya?! Bahkan setelah 7 tahun lamanya.

"Mau lari kemana, hm?!" Soraru adalah vampir. Mengejar Lon bukanlah hal yang sulit baginya. Ia mengenggam erat pergelangan tangan Lon.

"K-kamu salah orang! S-siapa Lon?!" Gadis itu berpura-pura tak mengenal Soraru dan berusaha melepaskan genggaman tangannya.

Namun bukannya melepaskan Lon, Soraru malah membawanya ke suatu tempat. Ia mengungkung Lon sampai punggungnya membentur tembok dan ia mengunci kedua pergelangan tangan  gadis itu agar tak bisa memberontak alias kabedon.

"Akhirnya, aku menemukanmu."

Lon memejamkan matanya dan berusaha lepas dari kungkungan Soraru. "Lepasin...."

Soraru menyorot tajam wajah Lon yang enggan menatapnya. Ia mengenggam pergelangan tangan Lon semakin erat.

"Lon...," panggil Soraru dengan lirih, berbisik di telinga Lon. Ia memicingkan matanya pada leher Lon yang jenjang.

Tiba-tiba Lon merasakan mulut Soraru melahap lehernya. Gadis itu mengira Soraru akan menghisap darahnya. Ternyata pemuda itu malah memberikan kiss mark di kedua sisi lehernya.

"Lon...."

Lon masih memejamkan matanya dan bersikeras lepas dari Soraru sembari menggigit bibir bawahnya. Namun ia tidak bisa lari. Soraru mengungkungnya sampai ia hampir tak bisa bergerak.

"Ah, bibir manisnya gemetaran," batin Soraru kemudian mengecup pelan ujung bibir Lon.

Lon mengalihkan wajahnya. Jantungnya berdetak dengan cepat, begitu juga dengan napasnya.

"Lon... lihat aku." Soraru menatap gadis di hadapannya begitu dekat sampai dahi mereka bersentuhan. Hampir tidak ada jarak diantara mereka. Bahkan pria itu dapat merasakan hembusan napas Lon di wajahnya.

"Jangan... jangan... kalau lihat dia... nanti... rasa itu bisa datang lagi!" jerit Lon dalam hati.

Melihat gadis di depannya masih belum merespon, Soraru memanggil Lon sekali lagi sembari menyingkirkan poni yang menutupi kening gadis itu. "Lon...."

Suara pria di hadapan Lon ini begitu menggetarkan hatinya. Tangan Soraru yang dingin saat menyentuh kening Lon membuat gadis itu membuka matanya perlahan, sedikit mendongak dan menatap manik blue saphire yang begitu teduh.

"Pak guru...," ucap Lon pelan. Dadanya mulai terasa sesak, buliran air terkumpul di pelupuk matanya.

"Yang ini apa namanya~~" jawab Soraru dengan tatapan datar. Menyambung ucapan Lon dengan lagu dangdut.

"Heeeeh??" Lon memiringkan kepalanya, bingung dengan respon Soraru.

"Kenapa lo nyebut gue kayak gitu?!"

"Kan dulu kamu guruku—"

"Setidaknya panggil nama gue! Ngerusak suasana aja lo, AH!" kata Soraru sembari menjetikkan jarinya ke dahi Lon.

"Aaaaaa, itte... hidoi yo, Soraru...," kata Lon sambil mengusap keningnya.

Soraru menghela napasnya lalu mengusap kening Lon. Gadis itu menatapnya sembari tersenyum samar.

Selama ini Lon memang merindukan Soraru. Namun ia enggan menyebut namanya, khawatir Soraru bisa menemukan dirinya. Ia berusaha untuk tidak mengingat pria itu, namun setiap memasak sesuatu, ia pasti teringat sosok bersurai raven itu. Apalagi ketika sedang memasak ikan.

"B-bagaimana mungkin. Padahal aku sudah berusaha merubah penampilanku," ucap Lon dengan bibir mengerucut.

Tiba-tiba Soraru memeluk gadis manis di hadapannya itu dan menghirup parfum aroma coklat yang menempel di bahu Lon.

"Aku sampai khawatir kalau kamu sudah nikah sama seseorang. Tapi kayaknya... kamu masih single. Yokatta...."

Lon menyandarkan kepalanya ke dada Soraru, menyembunyikan wajahnya yang memerah sembari memukulkan kepalan tangannya berkali-kali ke punggung pemuda bersurai raven itu. "Memangnya kalau ternyata aku sudah nikah, kenapa?!"

"Hm... aku bakal jadi orang ketiga."

"Kenapa... harus jadi yang ketiga kalau kamu bisa aja jadi yang pertama," gerutu Lon pelan agar Soraru tidak mendengarnya.

Suara hati Lon saja Soraru dapat mendengarnya, apalagi hal yang Lon ucapkan barusan. Pria bersurai raven itu mengalihkan wajahnya yang memerah dari pandangan Lon.

"Maaf untuk kejadian beberapa tahun lalu. Waktu itu aku gugup, makanya tiba-tiba aku bilang begitu. Aku nggak nyangka kata-kata itu bakal nyakitin kamu. Tapi, bukannya aku sudah ngirimin kamu kado permintaan maaf? S-surat itu... sudah kamu baca, kan? J-jadi... gimana jawabanmu—"

Tiba-tiba gadis di hadapan Soraru itu mendengus kesal. Ia mendorong Soraru sampai pemuda bersurai raven itu hampir terjatuh.

"Kado?! Oh, terima kasih kadonya!"

"Kamu seneng banget sama kadonya? Syukur dah, kakiku sampe kesemutan karena kelamaan berdiri di toko, milih jaket yang cucok—"

"Ha? Kamu ngirimkan boneka jelek itu sama kecoa yang masih sehat wal afiyat! Bercandamu jelek, Soraru!"

"Tunggu—"

"Pas aku mau mati karena tenggelam, kamu juga nggak datang nolongin aku. Ah, aku juga sih yang bodoh. Malah berharap sama kamu."

Soraru menggenggam erat bahu Lon. "Apa yang kamu bicarakan ini?! Jadi kamu... beneran jatoh dari sungai itu?"

"Aku nggak tau apa Mafu sengaja melepaskan tanganku atau nggak, tapi waktu itu—"

"Mafu?"

Lon merapatkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya. "S-sudah lupakan," kata Lon sembari berjalan di sebelah Soraru. "Aku harus balik. Eve dan Sou pasti dah kelaparan—"

Soraru menahan tangan Lon dan menariknya. "Kita harus ketemu Mafu."

To be Continued
11/8/21


➌ 『𝕿𝖍𝖊 𝕮𝖍𝖔𝖎𝖈𝖊』 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang