17. Slamming the door

216 106 75
                                    

Suara anjing menggonggong, menyoraki maling indomi yang kebetulan lewat di samping mobil putih bergambar Mafuteru yang terparkir di atas jembatan, membangunkan Soraru yang sempat tertidur lelap di dalam mobil itu.

Keadaan masih gelap, namun sudah ramai pula suara ayam jantan berkokok, dan kucing ngajak kawin.

Soraru tertunduk, mengusap sisa darah di ujung bibirnya. Retinanya menangkap pria bersurai putih yang tertidur di sebelahnya. Ia melepas jaketnya, lalu menyelimutkannya ke Mafu.

"Maaf, padahal gue janji, nggak bakal menghisap darah lo lagi, Mafu."

Soraru mengantar Mafu sampai ke rumahnya, kemudian ia segera keluar dari mobil, menutup pintunya pelan dan pergi meninggalkan Mafu seorang diri di dalam mobil itu.

Cahaya matahari menerobos masuk melalui kaca jendela mobil, menyorot wajah pemuda bersurai putih yang sedang tertidur di dalamnya.

Mafu menyipitkan mata, melirik pada jam tangannya. "Ah, dah telat kalau mau ngajar. Titip absen ke Nqrse aja lah."

Setelah mengirim pesan pada Nqrse, Mafu memperbaiki posisi duduknya sambil meringis kesakitan karena bekas luka gigitan di bahu dan lengannya.

Mafu menelpon Soraru berkali-kali namun tak ada jawaban. "Kemana perginya dia...," gumam Mafu sembari menyandarkan badannya ke kursi mobil. Pemuda bersurai putih itu tersenyum tipis, mengingat wajah Soraru semalam yang nampak manis saat menghisap darahnya.

Kemudian senyumnya memudar, ia menghela napasnya, "Gue harus bilang gimana ke Soraru kalau mungkin Lon sudah... mati."






.
.
🍄

"Eve, gimana keadaan gadis itu?" tanya Sou sembari menggosok giginya dengan siwak. "Dia masih hidup?"

Eve menghela nafasnya dengan dahi berkerut, "Ini sudah waktunya, Sou...."

"W-waktunya... apa?"

"WAKTUNYA KI*KO!!!"

"ASW-"

"Eh! Mulutnya! Mulutnya! Kusambelin baru tau rasa!" kata Eve sembari menarik dagu Sou.

"Habisnya ditanyain serius malah jawabnya begitu!" jawab Sou dengan bibir mengerucut.

Eve mengajak Sou masuk ke ruangan tempat merawat Lon. Gadis itu terbaring di atas ranjang dengan pergelangan tangannya yang diinfus dan memakai alat bantu pernapasan.

"Eh? Sudah sadar?" tanya Sou.

"Hai... mungkin kamu bingung, perkenalkan aku Eve dan ini juniorku, Sou. Kebetulan kami dokter yang ditugaskan di desa ini."

[EVE & SOU]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[EVE & SOU]

Selain memperkenalkan diri, Eve juga menceritakan bagaimana Lon bisa berada di ruangannya.

Lon meraih telapak tangan Eve dan menuliskan sesuatu dengan jari telunjuknya.

"Lon?"

Gadis bermanik aquamarine itu mengangguk, kemudian menulis lagi, bahwa ia ingin minum.

"Maaf ya, kamu harus puasa dulu untuk beberapa saat."

Gadis itu menulis lagi, ia juga menginginkan bakso dan es campur. Sambalnya sedikit aja, nggak pakai bawang goreng, tahu baksonya jangan lupa.

"Sou, tolong ambilkan aku suplemen penambah kesabaran."






.
.
🐠

"Weh, gembel. Bangun cok! Gue nggak ngasih tumpangan gratis!"

Soraru mengucek matanya, seseorang membangunkannya saat ia tengah tertidur di depan pintu kamar kos Lon.

"Minggir lo! Gue mau minjem ulekan," kata Araki sembari menendang-nendang Soraru agar menyingkir dari depan pintu.

"Lon! Oy bocah!" Araki menggedor pintu kamar kos Lon dengan kakinya.

"Gue juga ketok daritadi nggak dibukain," kata Soraru sambil menguap.

Araki mengambil kunci duplikat dari kantongnya, namun saat hendak membukanya, ternyata pintu itu tidak dikunci.

Soraru menahan lengan Araki, "Jangan masuk sembarangan!"

Araki menepis tangan Soraru, "Eh, sompret, ini kos-kosan punya gue. Dah lah, keburu guosong ikan gue!"

"Gue duluan yang masuk, ntar lo malah aneh-aneh!" Soraru menarik Araki dan berjalan di depannya.

"Lo siapa! Njeng! Minggir! Ngalangin aja lo, bangsul!" Araki menarik bahu Soraru dari belakang namun pemuda bersurai raven itu menahan tubuhnya agar Araki tidak masuk lebih dulu darinya.

"Ntar lo tunggu di luar dulu! Gue mau memastikan Lon sedang nggak ganti baju, mandi atau apapun-"

"Trus kalo misal dia ganti baju, lo yang pertama liat gitu?! Minggir nje*ng!" umpat Araki.

Soraru mendorong Araki sampai pria bersurai maroon itu terjatuh. Kemudian ia memeriksa keseluruhan kamar kos Lon. Namun ia tidak menemukan sosok gadis itu.

"Weh." Araki menepuk pundak Soraru dari belakang. Saat Soraru menoleh, ia langsung memukul wajah pemuda bersurai raven itu dengan ulekan di tangannya.

"Hm, mampos! Sopan kah sampe buka-buka wese gitu, hm?!"

Soraru memegang bibirnya yang membengkak, "G-gue... cuma mau meriksa-"

"Heran gue, kenapa Lon mau sama om-om mesum yang pucat kek nasi basi ini," gumam Araki sambil mengelengkan kepalanya.

"Nggak usah ngatain! Lo sendiri juga main langsung masuk aja, padahal ini kamar kos perempuan!"

"Gue kesini cuma mau minjem ulekan! Lo liat! Ini udah mau jam makan siang! Tuh anak pasti lagi sekolah. Lagian kalau emang dia di dalam juga gue nggak bisa masuk karena pasti dikunci dari dalam," jelas Araki.

"Gue udah dari sebelum subuh nungguin Lon, dan nggak ngeliat dia keluar dari sini tuh."

"Yaiyalah, lo tidur! Makanya nggak liat."

"Gue tidur, tepat di depan pintunya! Kalau misal dia ngebuka pintu... pasti gue terjungkal ke belakang dan kebangun!"

Araki mengusap dagunya dengan hidungnya yang kembang kempis, "Semalam... pas gue pulang nyari jangkrik jam 1 malam, lampunya mati juga sih. Tapi gue pikir karena dia udah tidur."

Soraru terdiam sebentar, ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Apa mungkin Lon tidak pulang dari kemarin karena antri untuk dapat vaksin sinova?

"Araki. Apa lo tau... kemana Lon terakhir pergi, kemarin?"

To be Continued
30/7/21

➌ 『𝕿𝖍𝖊 𝕮𝖍𝖔𝖎𝖈𝖊』 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang