31. Tiga satu

85.3K 12.9K 623
                                    

Reynald mengorek telinganya karena terganggu dengan rengekan Rival. Geli sekali ia mendengar anaknya itu memohon-mohon dengan nada lebay.

"Jangan sampe mulutmu Papa sumpel pake black card ya, Val." Reynald berkata dengan nada mengancam.

Rival yang sedang berbaring di ranjang memaki papanya dalam hati. Papanya itu sangat lebay. Reynald bilang, ia harus dirawat di rumah sakit selama dua Minggu. Padahal lukanya luka kecil. Rival juga tak paham kenapa ia punya Papa yang seperti itu. Sudah songong dengan kekayaannya, lebay, ditambah lagi egois.

"Di kehidupan sebelumnya gue punya kesalahan apa, dah. Punya Papa gini amat," gumam Rival.

"Dulu kamu itu jadi babu. Sekarang udah jadi sultan gara-gara Papa. Jadi kamu harus nurut sama Papa."

"Hilih."

Reynald menoleh ke arah Killa yang sedang menggendong Nastar agar tidur. "Kill, dulu kamu nyidam apaan, sih? Anak yang keluar modelannya gini amat."

"Gini amat maksudnya?" bingung Killa. Tadi ia fokus menidurkan Nastar jadi tak mendengarkan pembicaraan suami dan anaknya.

"Udah mental gembel, tukang protes, nggak nurutan, mana bawelnya astaga bikin pening."

Killa melirik sinis suaminya itu. "Bukannya separuh sifat Rival itu nurun dari kamu, ya?" ceplos Killa membuat Reynald syok.

"Tidak mungkin. Dulu aku mudanya kan anak baik-baik."

"Nggak percaya Rival mah." Rival lalu menatap Killa penuh harap. "Mama ... Rival boleh pulang ke rumah, ya? Bosen di sini. Mau pulang sama mau sekolah."

Mau ketemu Cahya juga.

"Enggak! Kamu harus sembuh total!" Larangan dari Reynald itu membuat Rival kesal bukan main.

"Ya ampun, Papa! Rival itu udah sembuh. Cuman baku hantam aja udah biasa bagi Rival. Kemaren kalah karena lagi apes aja."

"Halah."

"Mama ...." Rival merengek membuat Killa kasihan. Ia paham betul anaknya tidak bisa dikurung lama-lama. Killa lalu menatap Reynald berusaha untuk meluluhkan. "Percaya sama aku. Rival udah baik-baik aja. Bolehin pulang, ya?"

Reynald terpana melihat tatapan Killa. "Hm. Asal ada syaratnya."

"Apa?" tanya Killa sambil mengelus dahi Nastar yang ada digendongnya.

"Kayanya marga Antergio harus digunakan buat satu orang lagi."

"Maksudnya?" Killa dan Rival bertanya bingung.

"Papa mau nambah anak lagi." Dengan entengnya Reynald mengatakan itu. Padahal anaknya sudah empat.

"Astaga! Nggak waras kamu ya?! Nastar masih kecil."

"ASTAGA PAPA! INGET UDAH TUA, PA!" Rival histeris. Ia tak sanggup, apalagi jika adiknya nanti semenyebalkan si kembar. Sungguh, ia menolak keras.

"Banyak anak banyak rejeki, Val."

"TAPI PAPA KAN UDAH BANYAK REJEKINYA. PAPA KAN SULTAN. PLIS PA, RIVAL MENOLAK KERAS!"

"Lebay kamu."

Rival mengacak-acak rambutnya frustasi. Mau tidak mau ia harus menerima ini. Lagian mamanya juga malah diam saja. "Terserah Papa, deh. Yang penting Rival mau pulang! Rival kangen sama Cah---"

Rival menggantungkan kalimatnya. Hampir saja ia keceplosan. Giginya meringis melihat tatapan penuh kecurigaan dari orang tuanya.

"Cah ... siapa tuh? Cahyono?" ceplos Reynald dibalas gelengan kepala oleh Rival.

RIVAL (UP BAB BARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang