Happy Reading ♥️
"Cahya!!" Panggilan bernada cempreng dari mulut cewek berambut sebahu yang baru saja masuk kelas mengusik indera pendengaran semua siswa yang ada di dalam kelas. Berbagai tatapan sebal langsung mengarah kepada gadis itu.
"Hehe maaf," ucap gadis itu yang bernama Sasa. "Suara gue kaya toa ya?!" Cengiran bodoh ia tunjukkan seperti merasa tak berdosa.
"Iyalah! Baru nyadar lo?!" omel Cahya. Sahabat Sasa dari SMP. Muka Cahya kalem tapi sekali berbicara bisa membuat orang kicep. Sifat galak cewek itu bahkan sudah banyak dikenal orang.
"Maafin deh. Ayo ke kantin! Cowok lo bikin ulah lagi," ajak Sasa bersemangat. Menyaksikan sahabatnya bertengkar dengan sang pacar adalah kebahagiaan tersendiri untuk Sasa.
Cahya menghela napas lelah. Setiap hari begitu banyak laporan tentang kelakuan minus pacarnya. Ia sampai bingung bagaimana memberi hukuman kepada cowok berkelakuan seperti setan itu. Setiap saat ada saja cara membuatnya sebal.
"Rival ngapain lagi? Bosen gue dengernya." Cahya fokus kembali kepada ponselnya. Ia malas untuk sekedar berjalan menghampiri pacarnya yang sedang membuat ulah.
"Cowok lo ngadalin tiga cewek buat bayarin dia makan di kantin. Sekarang dia lagi didampingi sama tuh cewek-cewek."
Cahya memejamkan matanya untuk menahan emosi. Rival benar-benar keterlaluan. "Buaya, kadal, setan, kayanya ada di dia semua!" geram Cahya lalu berjalan keluar dengan tergesa-gesa. Ia akan memberikan pelajaran kepada Rival. Tak lupa Sasa yang selalu mengikutinya ke mana pun.
****
Dengan lahap Rival memakan makanan gratis yang dibelikan oleh bidadari-bidadari penolongnya. Apalagi ditambah dengan muka cantik tiga gadis itu, membuatnya merasa sangat beruntung kali ini.
"Ana, Ani, Anu, gue nambah lagi, ya?" pinta Rival dengan lembut. Rival sengaja memanggil dengan sebutan ngawur itu agar lebih gampang. Padahal nama asli ketiga gadis itu bagus. Memang dasar Rival saja yang seenaknya.
"Okey, tapi jangan lupa lo ngasih gue nomernya Genta, ya?" pesan cewek berambut sebahu yang bernama Jessy.
"Sipp!" balas Rival tak tahu diri. Genta adalah nama sahabatnya yang terkenal keren dan banyak fans, termasuk ketiga cewek di depannya ini. Ia sengaja menjual nomor Genta untuk membayar makanannya. Rival yang licik.
Baru saja ingin memakan bakso lagi, alarm berbahaya sudah berbunyi. Rival menelan salivanya sendiri ketakutan. Dari pintu masuk kantin terlihat Cahya yang sedang memandangnya tajam. Cewek yang sudah bersamanya selama setengah tahun itu selalu membuat hari-harinya menjadi tak bebas.
"Aduh ... mampus gue! Itu si Lampir ngapain ke sini dah," gerutu Rival ketakutan.
Langkah Cahya dan Sasa semakin mendekat. Rival pura-pura memasang wajah santai walaupun di dalam hati ia gugup luar biasa. Asal kalian tahu, Cahya itu sekali mengeluarkan bacotan bisa membuat telinga sakit.
"Heh! Lagi ngapain lo?!" semprot Cahya begitu sampai. Tak lupa jeweran maut yang selalu menghiasi pertemuan mereka.
"Duh ... sakit woi!" ringis Rival. "Maen-maen gue banting lo!" ancam Rival tak membuat Cahya melepaskan jewerannya. Untung suasana kantin sedang sepi karena masih sangat pagi, jadi Rival tak malu.
Jeweran di telinga lepas. Cahya lalu mengibaskan rambut panjangnya angkuh. Ia duduk tepat di samping Rival. "Lo bertiga ngapain mau dikadalin sama cowok gesrek kaya gini?" tanyanya sinis kepada ketiga cewek itu.
Ketiga cewek itu kompak berdiri.
"Gue nggak ikutan deh. Ini masalah lo berdua," ucap Jessy lalu menatap Rival, "Val, jangan lupa nomornya si Genta."
Rival mengangguk sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda. Ketiga cewek itu pergi. Kini tinggal Cahya, Sasa, dan Rival yang terlihat santai seperti tidak ada beban.
"Lo jual nomornya Genta lagi?!"
Bibir Rival malah menye-menye ditanyai seperti itu. Malas sekali berurusan dengan pacar jadi-jadiannya ini.
"Lo kere banget sih, Val!" hina Sasa sadis.
"Lo pasti yang ngelaporin gue ke cewek galak ini, ya?!" tebak Rival tepat sasaran. Mendengar itu Sasa pura-pura mengangkat telepon kemudian berlalu pergi. Sekarang hanya ada mereka berdua.
Rival berdecak kesal. "Micin emang nggak ada akhlak!" Yang dimaksud micin adalah Sasa.
"Rival! Gue di sini. Lo malah ngomong sendiri," protes Cahya.
"Gue kira lo gaib, Cay!" balas Rival dengan nada berlebihan. Tak lupa raut wajah kocak untuk meluluhkan Cahya.
Cahya mencubit lengan Rival. "Yang ada lo yang gaib!" sentak Cahya. "Lo nyebelin banget sih. Kasian tau si Genta."
"Lo nggak kasian gue yang kelaperan hah?!" balas Rival ngegas tepat di depan muka Cahya. Reflek, cewek itu langsung menjepit hidungnya dengan satu tangan.
"Mulut lo bau kuah bakso."
Rival menunjukkan deretan giginya yang putih. "Abis makan tiga mangkok bakso gue."
"Ih, itu ada cabe nyelip!" Tunjuk Cahya ke arah gigi Rival.
"Buset, ujian gue sama lo? Apa-apa dikoreksi?" gerutu Rival sambil mengambil tusuk gigi untuk menghilangkan cabai yang nyelip.
"Lama-lama gue pacarin juga si Genta biar lo jomblo. Kasian dia lo kadalin terus!"
"Gih sono gih ... pacarin si Genta. Berkah banget hidup gue kalo putus sama lo." Rival memeletkan lidahnya mengejek. "Gue tanpa lo ya bahagia selalu, hidup aman tentram, tak ada bacotan."
"Boncel aja banyak gaya lo!" hina Cahya. "Gue putusin nanti nangis."
Memang Rival itu tergolong lelaki pendek jika bersanding dengan teman-teman segengnya. Tapi muka lelaki itu lebih menarik dari yang lain. Ditambah bibir tipis yang dimiliki lelaki itu menambah kesan ganteng, tapi sayangnya, bacotan yang keluar dari mulut Rival selalu membuat orang naik darah.
"Wah ... body shaming lo sama cowok sendiri. Ngaca, lo juga pendek. Kerjaannya ngayal jadi pacar Genta terus. Mana mau Genta modelan cewek gembel kaya lo," balas Rival tak tanggung-tanggung.
Cahya berdiri dari duduknya. Wajahnya begitu serius, ia sedikit tersinggung dengan perkataan Rival. "Oke. Gue bakal deketin Genta buat jadi pacar." Cahya langsung pergi.
"EH, GUE CUMAN BECANDA CAY!!" teriak Rival saat Cahya mulai menjauh.
"GUE SAYANG SETENGAH MAMPUS SAMA LO, CAY!!" teriak Rival lagi membuat Cahya berhenti lalu berbalik dengan senyuman. Pasti hati cewek itu sedang berbunga-bunga, karena jarang sekali Rival mengungkapkan perasaan cinta dan sayang lewat kata-kata.
"TAPI BOONG HYAAA!"
Rival tertawa terpingkal-pingkal.
Detik berikutnya sepatu Cahya mendarat mulus di kepala Rival, membuat lelaki itu berhenti tertawa, digantikan dengan ringisan kesakitan.
"Definisi pacar tapi rasa musuh," gumam Rival.
****
Yihaaa... Cerita baru, Semoga suka🌹
Jangan lupa follow biar ada notif kalo aku update 🤗
Saran kritiknya juga boleh, komen, vote sama share cerita ini sebanyak-banyaknya ♥️♥️♥️
Makasih<3
Follow IG: @Starsshine1603
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL (UP BAB BARU)
Humor⚠️WARNING, CERITA INI MENGANDUNG KEBENGEKAN DAN KEBAPERAN. AWALNYA NYEBELIN LAMA-LAMA NAGIH⚠️ Follow sebelum membaca ye <3 salam stres 🕸️ ......................................................................... Ini hanya kisah tentang cewek matre...