Hallo!
Guys, mau nanya beneran.
Ini kan ceritanya udah ending yang dulu, nah berhubung aku sayang bgt cerita ini dan komedi bgt mau aku terusin part-partnya pada mau gak????
Oke sgitu saja.
Happy reading ♥️
****
"RIVAL KAMU MAU SAYA HUKUM LAGI?!"
Rival menyengir sok bodoh. Hari ini entah mengapa ia sedikit tak takut dengan Bumi. Ellgar sudah melotot-melotot garang. Apalagi Cahya, mukanya suram sekali.
"Enggak deh, Om. Hukumannya parah banget."
Bumi menyentil dahi Rival kuat hingga membuat Rival meringis kesakitan.
"Kencing belom lurus udah mau nananina," omelnya dengan ekspresi galak.
"Weh, si Om meremehkan." Rival menatap Cahya. "Ayo gass, Cay. Kita praktek!" ajak Rival membuat semuanya langsung menahan tawa.
Bumi menjitak dahi Rival lalu menjewer telinga pelan. "Jangan aneh-aneh kamu boncel!"
Rival meringis merasakan jeweran maut Bumi. Mukanya mau taruh di mana? Seorang Rival dijewer oleh calon mertua? Sangat memalukan!
"Jewernya udah, Om. Kalo Papa saya tau ini, nggak tau deh Om masih bisa hidup nggak. Atau mungkin Om bakal ditendang langsung ke neraka," cetus Rival membuat Bumi langsung melepaskan jewerannya.
"Papamu cupu, pegangannya duit. Sini suruh ngelawan saya. Ketebak Papamu mah kelakuannya kaya apa. Pasti amburadul modelan kamu gini," balas Bumi telak. Tawa langsung tercipta saat itu juga. Bumi mengelus rambut Cahya lalu mencium keningnya.
"Papa ke ruang BK dulu. Nanti kamu pulang sama Abangmu," pamit Bumi direspon Cahya dengan anggukan.
"Sama saya aja, Om. Saya abis beli Lamborghini baru, karena Ducati saya lecet dikit," ucap Rival sombong lalu menyugar rambutnya sok keren. Semuanya geleng-geleng kepala melihat sultan yang baru mengaku itu.
"Cuman Lamborghini, saya nyewa helikopter pribadi nggak sombong tuh," balas Bumi lebih songong langsung berjalan pergi.
Cahya dan Ellgar langsung meledakkan tawanya. Benar juga, Papanya menyewa jet pribadi untuk keluarga besar Dirgantara. Selama ini kalian mengira Cahya anak miskin? Itu salah. Bumi hanya hidup sederhana karena menghindari masalah, dan juga mengasingkan diri, ya walaupun tak sekaya Reynald.
"Tuh Bapak siapa sih. Songong banget," gumam Rival.
"BAPAK GUE!" seru Ellgar dan Cahya kompak.
"Oh. Lebih keren Bapak gue ke mana-mana."
****
Malam ini, Rival harus begadang karena menghapal lagu bahasa Inggris yang nanti ia tampilkan di malam puncak perayaan SMA Nusantara. Ditemani kopi dengan topping taburan emas yang bisa di makan. Jangan lupakan biskuit yang satuan harganya saja satu juta. Sudahlah tidak perlu dijelaskan lebih rinci, kaum kentangers tak mungkin paham.
"Rival." Killa memanggil dari luar.
"Dalem, Ma."
"Kamu belum tidur?" tanya Killa saat memasuki ruang band pribadi milik Rival.
"Belum, Ma. Kan tau Rival masih melek sama nyaut. Gimana sih, Mama?" balas Rival bercanda lalu menaruh kertasnya di meja. Ia menghormati kedatangan Mamanya.
Killa tertawa kecil. "Jangan dipaksain, Sayang."
Rival membalas dengan senyuman manis lalu menyeruput kopinya.
"Kamu kok punya banyak kamus?" heran Killa saat melihat meja dipenuhi tiga kamus bahasa Inggris tebal. Setahunya Rival tak suka bahasa Inggris pelajaran.
"Hadiah dari Papanya Cahya," balas Rival lalu mendusel-dusel ke ceruk leher mamanya manja. Ia lelah tapi harus menghapal lagu ini.
"Loh, kamu udah ketemu Papanya?" kaget Killa sambil mengelus rambut anaknya penuh kasih sayang.
"Udah, Ma."
"Galak?"
"Beuhhh ... jangan ditanya. Galaknya minta ampun, pegangannya golok. Mulutnya macem cabe, pedes banget."
Killa terkekeh menganggap anaknya hanya bercanda. "Kamu udah akrab, ya?"
"Udah, Ma. Setiap hari adu bacot, tapi Papanya Cahya suka kalah sama aku," jawab Rival mengada-ada.
"Mama percaya." Bukannya apa-apa. Ia juga kadang malas adu debat dengan anak sulungnya. Selalu ada balasan tak henti-henti.
"Killa!!" teriak Reynald dari luar. "Kemana kamu, ish?!"
Rival tertawa. Ayahnya selalu ribet.
"Heh! Ngapain kamu caper sama Mama?!" omel Reynald saat masuk ke ruangan band.
"Biarin sih. Jangan kaya bocah," bela Killa membuat nyali Reynald menciut.
"Ayo buat debay. Kamunya malah pergi!" keluh Reynald.
Rival memejamkan matanya sebentar berusaha untuk menahan emosinya. Papanya tidak ada akhlak. Anak sudah empat mau tambah lagi. Udah tua bangka kebanyakan tingkah.
"Mas!" tegur Killa melotot.
"Rival nggak mau adek!" tolak Rival mentah-mentah.
"Gimana sih? Banyak anak banyak rejeki. Rejeki Papa udah banyak. Bikin anak lagi biar bantu ngurang-ngurangin harta."
"STRES!" teriak Killa dan Rival bersamaan.
****
TBC.
Next di sini >>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL (UP BAB BARU)
Humor⚠️WARNING, CERITA INI MENGANDUNG KEBENGEKAN DAN KEBAPERAN. AWALNYA NYEBELIN LAMA-LAMA NAGIH⚠️ Follow sebelum membaca ye <3 salam stres 🕸️ ......................................................................... Ini hanya kisah tentang cewek matre...