72. Tujuh dua

84.3K 12.4K 2.7K
                                    

Happy reading ❤️

****

Cahya terlihat sangat mengenaskan di dalam satu bilik toilet. Siksaan demi siksaan menimpanya. Tak ada air mata, Cahya menahan itu agar tidak kelihatan lemah. Rambut indahnya dijambak begitu kuat secara bergantian oleh Rebecca dan Sintia. Tangan-tangan jahat itu lalu menampar pipi Cahya.

Tak berdaya, tangannya diikat. Cahya hanya berharap Rival cepat-cepat datang. Pembullyan ini direkam oleh Mega dan nantinya akan disebarkan ke sosial media.

"Rasain ini!" bentak Rebecca lalu menyiramkan air ke rambut Cahya hingga membuatnya basah kuyup.

Tawa kesenangan mereka menguar begitu kencangnya seakan bahagia melihat penderitaan Cahya.

"Wow, ratunya Rival nih," ujar Sela lalu senyum penuh kemenangan. "Udah, Ca. Gue mau langsung gunting bajunya aja."

Sela bergerak mengarahkan gunting ke lengan seragam Cahya yang basah kuyup. Mengguntingnya secara kasar. Untung Cahya masih memakai dalaman tanktop.

Pintu ditendang dari luar hingga terbuka. Tendangan kuat itu sanggup merubuhkan kokohnya pintu. Semuanya terlonjak kaget melihat Rival yang sangat menyeramkan, di belakangnya juga bahkan ada Genta.

"ANJING!" maki Rival lalu menarik Cahya. Ia melepaskan lakban di bibir ranum itu dengan hati-hati agar tak menyakitinya. Bahkan tangannya bergetar.

Rival langsung menarik Cahya ke dalam dekapannya erat menyalurkan kehangatan.
Melihat tampilan pacarnya membuat hatinya tersayat. Genta langsung melepaskan ikatan dasi di tangan Cahya.

Rival memaki dirinya dalam hati sampai kecolongan seperti ini. Tangannya mengelus punggung Cahya menenangkan. Empat wanita gila itu hanya mematung sambil gemetaran karena sudah ketahuan. Genta juga sudah memblokir jalan agar keempatnya tidak keluar saat ini.

"Gue di sini. Tenang Sayang," lirih Rival penuh penyesalan lalu mengeratkan pelukannya. Satu tetes air mata jatuh di pipinya. Merasa gagal menjaga belahan jiwanya. Karena kelalaiannya, lagi-lagi Cahya terluka.

"Maaf ...." Rival berucap lirih. Detik berikutnya tangisan tergugu Cahya terdengar keras, menumpahkan segala kesakitannya di dada Rival. Air mata mengalir begitu deras. Rival lagi-lagi merasa tersakiti. Ia lalu mencium puncak kepala Cahya berkali-kali.

"Kedinginan, ya? Rival udah di sini kok," gumam Rival menenangkan saat tahu tubuh Cahya basah kuyup. "Nanti peluk lagi yaa ...." ucap Rival lembut lalu melepaskan dekapannya.

Cahya masih terisak-isak. Jari Rival langsung mengusap air mata itu dengan lembut. Rival takut nantinya Cahya akan trauma.

Cahya sudah tenang. Rival mengode Genta untuk berdiri di samping Cahya. Kini giliran Rival memberi pelajaran ke cewek-cewek gila ini.

Pandangannya menggelap. Kedua tangannya mengepal penuh amarah, otot-otot di lehernya sudah menonjol ke permukaan. Aura Rival kali ini benar-benar menyeramkan. Ia lalu merebut gunting di tangan Sela kemudian membuangnya secara asal.

"Anjing lo!" maki Rival lalu mencekik leher Sela dengan kekuatan penuh. Tak ada pengampunan bagi mereka yang berani menyakiti Cahya.

"Val gu-gue ..." Sela sudah berbicara. Napasnya sudah tersengal-sengal merasakan cekikan itu.

"Mati lo mati!" maki Rival dengan sorot mata membunuh. Dirasa sudah cukup, Rival langsung melepaskan cekikannya, Sela langsung terbatuk-batuk karena hampir mati.

Semuanya gemetaran takut. Cahya ditenangkan oleh Genta. Bahkan mata Cahya ditutup oleh telapak tangan Genta agar tidak melihat Rival mengamuk.

Rival beralih menatap Mega lalu tersenyum sinis. Tangannya kemudian merebut ponsel di tangan Mega lalu membantingnya keras ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Tak sampai di situ, kaki Rival juga menginjak serpihan ponsel Mega.

RIVAL (UP BAB BARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang