59. Lima Sembilan

77.7K 12.2K 1.6K
                                    

Happy reading ❤️
Jangan kecewa kalo ini gaada part bengeknya😭💓

***

"ANJENG!!"

Jantung Rival seperti berhenti berdetak, aliran darahnya seketika menegang. Takut dan cemas bercampur jadi satu. Di kepalanya selalu terbayang kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Rival mengacak rambutnya kasar, menunjukkan bahwa dia begitu frustasi dengan masalah ini.

"LO GIMANA SIH?! BISA-BISANYA NYURUH CAHYA NYAMPERIN ORANG-ORANG ITU?!" bentak Rival kepada Febby yang ketakutan. Aura Rival kali ini benar-benar menyeramkan. Febby tak kaget tapi tetap saja takut. Rival selalu seperti itu ketika kepemilikannya diusik.

"Kalem. Kita cek dulu CCTV di gerbang," sahut Genta menenangkan padahal ia sendiri sudah tremor. Jika hal buruk terjadi dengan Cahya, semua orang hebat pasti akan mengamuk. Genta menebak, kali ini Ellgar akan menjadi kesetanan.

Genta langsung mengecek CCTV yang sudah ia retas kemarin-kemarin di handphonenya. Rival setia di samping Genta dengan perasaan panik setengah mati. Kedua tangannya mengepal penuh amarah, sorot matanya berubah menajam ketika melihat adegan per adegan. Dimulai dari Cahya yang menghampiri rombongan dengan kerutan di dahi heran, lalu terjadi adu bacot antara Cahya dan ... Lionel. Rombongan itu dipimpin oleh Lionel!

Rival langsung menggeram penuh amarah. Sudah ia duga dari awal. Manusia itu tak ada kapoknya padahal dulu pernah dihajar habis-habisan oleh Om Bumi.

"Cari mati nih si bangsat!" sentak Rival yang sudah kepalang emosi. Rival menahan napasnya ketika melihat Cahya dipaksa masuk ke mobil oleh dua orang lalu dibawa pergi. Cahya sempat menendang dan meninju, tapi kekuatannya kalah kuat dengan mereka.

Mobil putih itu pergi dengan membawa Cahya. Jantung Rival dan Genta sudah berdebar hebat dengan kepalan tangan yang siap menghantam siapapun.

"Hubungin Ellgar," lirih Rival menyuruh Genta. Walaupun nanti akhirnya ia juga akan babak belur, tapi Rival tetap membutuhkan Ellgar sebagai benteng. Hari ini ... sepertinya jiwa singa Rival akan kembali bangkit.

Genta mengangguk lalu mengotak-atik ponsel untuk mengirimi pesan. "Lego sama Gilang juga gue hubungin."

Rival meraup wajahnya kasar tanda cowok itu begitu frustasi. Selain panik, ia juga takut tentang keselamatan Cahya. Lebih dari itu ... Rival takut dengan amukan Ellgar dan juga Rival takut akan kemarahan Bumi. Apalagi ini Lionel sampai menculik, ia tak membayangkan bagaimana Bumi jika tahu.

Kali ini mungkin bukan 'hukuman' yang Om Bumi beri kepadanya, tapi ... tebasan pedang.

Rival hanya bisa merapalkan doa dalam hati agar belahan jiwanya tidak disakiti oleh Lionel. Ia juga berdoa, semoga Bumi tidak akan tahu. Cukup Ellgar saja.

"Ayo! Ini saatnya, Val!" ajak Genta dengan mimik muka yang sama menyeramkan dari Rival.

Kepala Rival mengangguk lalu keduanya berlari pergi menuju markas belakang sekolah untuk menyiapkan segalanya.

"Kalo Cahya sampe kenapa-napa. Gue obrak-abrik nih bumi dan segala isinya!" gumam Rival di sela-sela larinya.

*****

Dagu Cahya dicengkeram erat oleh tangan kasar Lionel hingga Cahya meringis kesakitan. Saat ini ia ada di markas geng Lionel menjadi tahanan, bahkan kedua tangannya diikat kencang agar tidak macam-macam. Sejak tadi Cahya rasanya ingin menangis saja, tapi ia tak boleh menunjukkan kelemahannya di depan sampah ini.

"Cantik," gumam Lionel sinis sambil memperhatikan setiap inci wajah Cahya. Mungkin jika Rival di sini, Lionel langsung digampar bolak-balik sampe monyong karena menatap belahan jiwanya lebih dari lima detik.

RIVAL (UP BAB BARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang