Prolog

6.2K 843 51
                                    

Update...




Update...




Update...



Ready??




Happy Reading

------------------

Pintu ruang rapat itu terbka denga keras membuat semua orang yang berada di ruang rapat menoleh dan memandang penganggu yang datang. Seorang pria yang tengah duduk di kepala meja panjang besar mengangkat kepalanya lalu memandang dalam diam.

Sang penganggu bergegas masuk dan mendatangi pria yang masih memandang tanpa ekspresi apapun. Ia mendekat lalu dengan cepat berbisik sanga pelan ke telinga pria itu. Hanya gerakan mata yang membuat semua orang yang ada di dalam ruang rapat mengetahui telah terjadi sesuatu.

Pria itu mengangguk lalu kembali memusatkan perhatiannya ke ruang rapat dan pembicaraan yang tadi terputus. Ia mengumpulkan berkas-berkas yang ada di hadapannya, sementara pria penganggu sekarang berada di belakang kursinya, berdiri dia, menunggu.

"Silahkan lanjutkan rapat ini tanpaku. Aku dibutuhkan di tempat lain." Pria itu akhirnya mengeluarkan suara, ia mengambil ponselnya lalu berdiri dan mengangguk kepada seorang wanita setengah baya yang langsung mengerti dan mulai mengambil alih pembicaraan.

Pria itu keluar dari ruang rapat dengan diikuti oleh sang penganggu rapat, ia berbalik. "Siapkan mobilku."

"Mobil sudah siap d ibawah, Señor*." Pria itu berjalan menuju tangga untuk turun ke lantai bawah, ia mengambil ponselnya dari dalam saku jasnya dan menghubungi nomor yang ada di sana.

"Halo, Tía**." Sapanya ketika panggilannya dijawab.

"Tobias, dia bangun. Sebastian bangun." Suara wanita setengah baya terdengar di telinga pria itu yang langsung melangkah dengan cepat.

"Aku akan seegera kesana, Tia." Tobias berlari dengan cepat keluar gedung dan melihat mobilnya telah terparkir dengan mesin menyala.

Satu jam kemudian, mobil yang dikendarai Tobias berhenti di depan sebuah mansion yang berdiri megah di bawah sinar matahari Granada.

"Señor." Seoarang pelayan yang baru saja muncul menyapa sopan.

"Di mana mereka?" Ia bertanya, pelayan itu menunjuk ke lantai atas, Tobias beranjak naik.

Ia mendengar suara-suara yang berbicara di sebuah kamar yang pintunya terbuka. Kemudian suara itu terhenti saat menyadari kedatangan Tobias. Pria itu berdiri di ambang pintu dan melihat beberapa perawat yang langsung menyingkir menjauh, ia berjalan masuk dan melihat dokter sedang membungkuk, tengah memeriksa pasiennya.

Wanita yang ia hubungi tadi tengah berdiri tak jauh dari tempat tidur sembari menyatukan tangannya. Tobias mendekat dengan pelan, wanita itu menoleh dan memandangnya sambil mengangguk. Kemudian dokter mundur dan memberikan Tobias pemandangan yang sudah ia nantikan selama empat bulan ini.

Dan di sana, ia melihat orang yang selama ini tertidur dengan semua alat yang terpasang di tubuhnya, membuka matanya dan langsung mengarahkan pandangannya kearah Tobias, senyum kecil diberikan kepada Tobias yang menarik napas panjang.

"Kami akan melepas semua alat yang ada di tubuh Anda, Señor." Dokter itu berkata kepada pasiennya yang hanya mengangguk pelan. Tangannya yang masih terpasang infus terangkat pelan memberi tanda agar Tobias mendekat.

"Apakah tidak akan ada efek samping jika kita melepasnya sekarang?" Tobias bertanya kepada dokter yang menggeleng.

"No, Señor. Señor Montez sudah bisa bernapas tanpa bantuan alat, walaupun besok saya akan memeriksanya lagi untuk memutuskan perawatan apa yang akan diterima selanjutnya." Tobias menarik napas panjang lalu mengangguk, mereka memandang rpria yang masih terbaring itu.

"Mendekatlah, Tobias." Pria itu memberi tanda kepada Tobias dan memberi isyarat bagi dokter untuk keluar, Tobias beranjak mendekati tempat tidur dan bersimpuh hingga mereka sejajar, suara pintu yang tertutup akhirnya memutuskan pertahanan Tobias, pria itu terisak.

"Kau bangun, brother." Tobias mengambil tangan kurus pria itu lalu mengecupnya penuh hormat.

"Neraka menendangku, Tobias." Pria itu berusaha mengeluarkan suaranya yang hanya berupa desahan kecil. Tobias tertawa lalu mengangkat wajahnya, ia menghapus matanya yang basah.

"Welcome back, Brother." Tangan pria itu meremas tangan Tobias erat, menunjukkan rasa terima kasihnya lalu memandang berkeliling ruangan kamarnya yang masih sama.

Ternyata dia masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan.


*Senor : Panggilan pria dalam bahasa Spanyol

**Tia : Panggilan untuk Bibi

-----------------------

Done ya Prolog ini





Ok, kita mulai jalan cerita ini.





Jangan lupa vote dan komennya

Dari Ems si fakir vote






Hope you enjot read this chapter

See you in next ATOTF







Regards,







Emslenora


Where Dreams Begin (Kylie#2) ✅ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang