chapter 3

10 4 0
                                    

"Anissss!" teriak Amira.

Siti Amira atau yang kerapkali disapa Amira adalah sahabatnya Annisa. Tetapi, Mereka telah lama sekali terpisahkan karena Amira mengikuti orangtuanya keluar kota alhasil ia bersekolah disana.

Flashback off
Amira berjalan untuk menaiki mobilnya, ketika mau membuka pintu, penglihatannya melihat seseorang yang ia kenal. Lalu, ia terkejut ada sebuah truk yang melintas Sangat kencang, alhasil truk itu menabrak gadis tersebut, ia pun segera berlari ke kejadiannya. Dan betapa kagetnya ia melihat Annisa yang sudah berlumuran darah dikepala dan anggota tubuh lainnya.

                   
  _________╹╹ _________

Annisa dirawat di RS Medika dan sekarang semuanya tengah duduk dibangku panjang depan ruangannya menunggu kabar dari dokter. Mama Annisa dari tadi hanya menangis dan ayahnya yang menenagkannya. Aina dan Syifa yang mengetahui hal tersebut tidak menyangka akan terjadi seperti ini. sedangkan Amira sangatlah gelisah dan sedih. sahabatnya yang telah lama berpisah kini, sekali bertemu sudah terbaring lemas di rumah sakit. Dalam hati mereka berulang kali menghapalkan doa bagi Annisa.

"Mama yang tenang ya, Annisa pasti sadar kok," ucap Toni lembut

"Gimana bisa tenang, yah, Annisa belum sadar sampe s-sekarang," balas Dinda sesegukan karena masih menangis

"Kita berdoa sama, ma, mudahan Annisa cepat sadar dan bisa sehat kembali seperti semula,"

"Aamiin, yah"

Lalu, dokter pun keluar dari ruangan tersebut dan langsung membuka suara.

"Keluarga pasien bernama Annisa!" Panggil dokter tersebut

"Kami orangtuanya dok," ucap Toni ayahnya Annisa

"Benturan dikepala pasien sangatlah besar, sehingga membuat pasien banyak kehilangan darah, dan sekarang pasien mengalami koma," jelas dokter setelah menghela nafas

Bagaikan petir yang hadir disiang bolong, sekejap mamanya langsung tertunduk di lantai seperti sudah mati rasa. Ayahnya pun terkejut bukan main.

Amira Membuka lebar mulutnya tak percaya yang dikatakan oleh dokter. sedangkan Aina dan Syifa masih mencerna apa yang dikatakan dokter.

"Sekarang, kami boleh masuk kan, dok," tanya Doni

"Boleh, silakan,"

Mereka pun masuk, dan langsung menangis histeris. Sungguh ini terjadi tanpa diharapkan.
yang namanya maut mana bisa dihindari.

"Nak, bangun! Kamu ga sayang mama lagi ya? mama mohon jangan gini, nak, mama ga sanggup," Teriak Dinda histeris

"Tenang ma, Annisa pasti akan bangun kok, cuma belum saja, ma," ucap Toni lembut

"Mama ga bisa liat Annisa begini, yah, sakit batin mama," balas dinda

"Annisa, cepat bangun ya, kalau kamu bangun ayah bakal beliin semua permintaan kamu, ayah sayang kamu, nak" ucap Toni

"Tante yang sabar ya, Amira yakin Annisa pasti akan bangun, ko"ucap Amira

"Tante ga tega liat Annisa begini," bantah Dinda

Seketika, Dinda pingsan dan dengan cepat Toni yang menangkapnya. Lalu, membawanya untuk diperiksa. Sebelum pergi Toni berucap. "Tolong jaga Annisa," dan hal itu langsung diangguki oleh ketiga gadis tersebut.

Sekarang, tinggalah mereka bertiga, yang masih sedih atas penderitaan sahabatnya ini.

"Nis, pokoknya Lo harus bangun, gw gamau tau pokoknya lo harus bangun, Lo tega liat mama Lo menderita, dan Lo ga mikirin perasaan kami,nis, jangan lama-lama tidur, ya" jelas Syifa histeris

"yang sabar,fa, anis bakal bangun,kok," Aina berusaha menenangkan Syifa walaupun ia sendiri belum tenang.

"Aamiin, na" balas Syifa

"Aniss, kamu tega sama aku, udah lama kita pisah pas ketemu lagi kamunya udah gini, tapi aku yakin, kamu secepatnya bakal bangun, doaku selalu untukmu, niss," ucap Amira sekuat munkin karena masih dalam keadaan menangis tetapi tidak ia perlihatkan.

    
                        ________☆▽☆________

3 hari sudah berlalu

Hari ini Aina dan Syifa tengah menyusuri koridor sekolah SMA lentera bangsa, menuju kelas XII MIPA4 disetiap perjalanan Para murid menyapa mereka yang hanya dibalas anggukan kepala dan senyum tipis oleh mereka.

Sesampainya dikelas wajah mereka masih tak bersemangat, Aina yang langsung duduk dan hanya melamun sesekali memaikan pulennya.
Sedangkan Syifa hanya duduk dengan kepala ia telengkupkan di meja.

Sungguh hari-hari yang mereka jalani terasa hampa. Teman kelas pun ada yang Merasa heran atas sikap mereka berdua yang berubah. Lalu, mereka baru menyadari kalau Annisa masih terbaring di rumah sakit. Pasti itulah penyebab mereka seperti itu.

Memang sekelas telah mengetahui insiden kecelakaan Annisa, dan mereka tak menyangka akan seperti itu. Sungguh sudah takdir yang tak bisa dihindari.

                                   ☘️☘️☘️

Bel pulang pun berbunyi, mereka pun langsung membereskan alat tulis dan segera ke parkiran. Karena hari ini mereka ada niat untuk menjenguk sahabatnya yang masih belum tak sadarkan diri. Langsung memasuki mobil dan menancap gas ke rumah sakit dengan kecepatan rata-rata.

Diwaktu yang sama pula, seorang gadis yang berpakaian sopan yang dibaluti dengan gamis maroon dan hijab yang senada sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Dia Amira, memang hari ini dia akan menjenguk Annisa juga.

Beberapa hari yang lalu, ia berinisiatif untuk tinggal di kota ini dulu. Karena memikirkan keadaan sahabatnya. Ketika sudah sampai didepan pintu, ia melihat Aina dan Syifa juga sedang berjalan kearahnya.

"Eh, kamu juga jengguk Annis? Kamu ini sebenarnya siapanya Annisa sih?" Tanya Aina, karena memang dari hari lalu ia tidak mengenal Amira dan ia lupa juga untuk menanyakan karena saking sedihnya ia terhadap Annisa

"Saya ini sahabatnya Annisa, ketika kami SMP," jelas Amira panjang lebar yang kenapa bisa membantu Annisa ketika kecelakaan dan menjelaskan kenapa terpisah dengannya

Setelah selesai berbincang, mereka pun masuk kedalam ruang dan masih saja sosok Annisa belum menyadarkan diri. Ia melihat ada orangtua Annisa yang terlihat pucat dan lesu duduk depan brankar. Lalu, segera ia menyapanya.


"Assalamualaikum Tante, om,"ucap mereka serempak

"Wa'alaikumussalam" jawab orangtuanya

"Gimana keadaan Annisa," tanya mereka

"Masih sama, doakan saja mudahan Annisa cepat sadar, ya" ucap Toni--ayah Annisa

"Aamiin, selalu kami doakan, om," jawab mereka

"Tante dan om pulang saja biar kami yang merawat Annisa," tawar Amira dengan lembut

Memang orangtua Annisa sudah lama mengenal Amira Karena ia anak yang baik dan sopan dan juga orangtua mereka juga teman lama.

"Baiklah, nak, tolong jaga dia baik-baik, ya, om percayakan kepada kalian," balas ayah Annisa

"Inshaa Allah, baik, om,"

Lalu, Toni segera mengajak Dinda untuk pulang, sebelum itu Dinda sempat menahan, karena ada yang ingin diucap pada putri mereka.

"Annisa, kamu sayang mama 'kan, nak, kalau sayang cepat sadar ya, mama gabisa lihat kamu begini, mama sayang kamu, nak,"
Ucap mamanya dengan suara yang lembut dan diakhiri dengan kecupan lama dikening Annisa dan menesteskan air mata

Lalu, giliran ayahnya yang melakukan hal seperti tadi. setelah selesai mereka pamit dan langsung keluar dari ruang tersebut.


                                          ♡♡♡♡

Vote+coment

Semoga syuka:)

Luv u all.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang