chapter 5

9 3 0
                                    

"iya, kamu Annisa," ulang Adrian lagi sambil terus menatap Annisa, terselip rasa kagum dalam hatinya.

"Baik," ucapnya gugup.

"Aku ga ditanyanya, nih?" Aina yang dari tadi hanya memperhatikan merasa sepertinya mereka ada perasaan dan tatapan yang Berbeda.

"Dahlah, kak Adrian ngapain disini" tanya Aina yang masih kesal.

"Saya ada keperluan dengan bapak kepala sekolah," jawabannya. Memang Adrian adalah alumni SMA lentera bangsa. Selisih ia dengan Annisa hanya dua tahun. Karena memang dulu Adrian kelas 12 dan Annisa kelas 10. Sekarang ia pun sudah tamat SMA dan saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di sebuah universitas ternama di kota Aceh.

"Oeh, yaudah kami ke kelas, kak," ucap Aina yang memegang tangan Annisa untuk mengikutinya.

"Oke, semangat belajarnya," balasnya sambil tersenyum kearah mereka berdua.

"Duluan, kak," ucap Annisa

Mereka pun kembali menyusuri koridor yang sempat tertunda tadi.

Dulu, mereka dipertemukan karena Adrian pernah menolong mamanya yang dicopet. Dari situlah mamanya menyukai Adrian dan mulai memperkenalkannya dengan Annisa sang putrinya.

Sesampainya dikelas mereka pun langsung menduduki bokongnya. Dikelas sudah cukup ramai muridnya karena sebentar lagi bel akan berbunyi.

"Nis, ngerasa ga sih? Kalo tatapan kak Adrian ke Lo itu beda banget," ucap Aina yang duduk disampingnya.

"Ha? Beda gimana, na?" Tanya Annisa yang tengah menulis sesuatu di notebook-nya.

"Gw rasa kak Adrian suka sama Lo, nis," ujar Aina yang tengah memikir-mikir yang tangannya ditopangkan di dagunya.

"Ngaco deh kamu, orang kami biasa aja, kok, kamu ngapain mikir itu si," ucapnya yang sudah Bersemu merah di pipinya.

"Haha, feeling gw bilang gitu, nis, eh, itu pipi lo kenapa merah gitu, O gw tau, Lo suka kak Adrian ya,? Ujarnya sambil ketawa melihat sahabatnya yang sudah salah tingkah.

"Jangan ngadi-ng- ketika mau membalas, ibu yang mengajar fisika pun masuk dan seketika kelas langsung terdiam.

                                                ***

Bel istirahat pun berbunyi. Mereka langsung menuju kantin untuk mengisi perutnya. Kini, mereka duduk di sebuah meja yang terletak di ujung kantin karena meja lainnya sudah penuh.

"Biar aku aja yang pesan, kalian mau makan apa?" kata Syifa.

"Gw batagor sama es tes manis aja deh," ujar Aina.

"Aku seblak ma es teh manis, ya" ucap Annisa.

"Oke, aku pesan dulu," ucap Syifa lalu langsung berlalu ke stand makanan tersebut.

Makanan pun sampai dan mereka langsung melahapnya. Setelah selesai makan mereka duduk sebentar disitu. Lalu,  ada sebuah suara yang memanggilnya sehingga membuatnya membalikkan badannya.

"Nis, nanti pulang bareng gue, ya," ujar cowo yang datang dari arah belakangnya. Dia adalah Morgan, cowo yang dari dulu mengincar Annisa. tetapi, ia saja yang tak berani mengungkapkannya.

Lalu, Annisa menatap sahabatnya untuk meminta pendapat. Karena, ia tahu sahabatnya tak menyukai Morgan karena sifatnya yang suka berkelahi.

"Nanti, aku pulangnya sama Aina dan Syifa, gan, sorry ya, aku gabisa," ujarnya yang merasa tak enakan.

"Yaudah lah, gapapa," balasnya yang masih setia berdiri didepan Annisa.

"Tapi, lain kali ga boleh nolak, ya!" Katanya yang masih menatap Annisa.

"Iya, kalo aku bisa," balas Annisa yang masih ragu-ragu.

"Harus bisa pokoknya!" Ujar Megan lagi.

Lalu, ia berlalu meninggalkan Annisa dan sahabatnya. Ada rasa kecewa dalam hatinya. Ia merasa, Annisa selalu menghindarinya. Sudahlah, yang terpenting ia harus bisa mengambil hati seorang Annisa.

"Gw lama-lama jadi geram sama tuh anak," ujar Aina yang dari tadi memang fokus menonton adegan singkat tadi.

"Kenapa,?" Tanya Syifa yang masih tidak paham.

"Lo liat sendiri lah, dia padahal punya pacar. Tapi masih juga ngejer-ngejer Anis, firasat gw ga enak nih." Balas Aina.

"Iya, si"

"Dia pernah nembak Lo, ga, nis?" Tanyanya

"Ga lah, kamu mikir apaan sih, kita tuh cuma temenan. Munkin, tadi dia ajak aku pulang karena sebatas teman aja gitu."

"Yaudah, jangan bahas itu lagi, yuk masuk kelas," ajak Annisa yang langsung diangguki oleh sahabatnya.

Sekarang, jam pelajaran terakhir tengah kosong karena guru sedang rapat. itulah yang disenangi para murid. karena, tak usah belajar. Annisa dkk berniat untuk pergi ke rofftop saja. Sesampainya disana, ia merasa tenang dan mereka langsung menduduki disalah satu bangku yang udah tersedia disitu.

                                               
                                               ***

Bel pulang sekolah berbunyi. Mereka langsung bergegas turun kebawah dan memasuki kelasnya untuk mengambil tasnya. Setelah selesai, mereka langsung menuju parkiran. Lalu, ada suara yang memanggilnya dan sebuah tangan yang menarik tangan Annisa. Sontak ia terkejut, dan mendapati Morgan yang tengah menatapnya. Ia pun langsung melepaskan tangannya darinya.

"Sorry" ucap Morgan

"Hm, ada apa?" ujarnya.

"Kok, cuek si, nis?" Kata Morgan yang merasa pasti Annisa marah padanya karena menarik tangannya.

"Apa, Morgan, aku mau pulang nih," ujarnya lagi.

"Beneran gamau pulang sama gw nih," ujarnya

"Iya lho gan, gw pulang sama mereka," balasnya.

"Padahal gw berharap banget lho, nis" kata Morgan.

"Woi, kalo Anis gamau, ya jangan dipaksa," sahut Aina.

"Gue ga ngomong sama Lo, Lo diem aja." Ketus morgan.

"Aku duluan, ya, yuk na, fa." Ajak Annisa.

"Tuh, rasaiin," ejek Aina.

Mereka pun berlalu menaiki mobil Syifa. Memang tadi pagi Syifa yang menjemput Aina dan Annisa. Sekalian balas Budi buat Aina juga, hehe.

Morgan mengeraskan rahangnya dan tangan yang sudah terkepal kuat hingga kukunya memutih.

"Munkin, sekarang lo lakuiin gini ke gue. Tapi, liat aja nanti, siapa yang akan datang dengan sendirinya." Ujar Morgan yang masih menahan emosinya.

.

.
Vote+coment

semoga syuka

♡♡♡♡

 

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang