chapter 7

5 2 0
                                    

Malam ini mereka semua sudah berkumpul diruang makan. Kecuali, Annisa yang belum turun dari tadi. Dari tadi tatapan Adrian  mencari sosok yang ia rindukan. Tetapi, tidak ia temukan. Ahh...lama sekali dia turun. Ia jadi tidak sabar melihatnya. Lalu, ada sebuah suara seseorang tengan berjalan kearahnya. Lebih tepatnya ke arah meja makan tersebut.

Terlihatnya, Annisa memakai  pakaian berwarna peach dipadukan dengan hijab lavender yang menambahkan kesan manis Dan juga terasa lebih fresh dan menyenangkan pada tampilannya. Ia pun segera duduk bersama mereka. Semua tatapan kagum tidak lepas dari Annisa. Sampai ia pun merasa risih.

"Ada yang salah sama pakaian aku, ya?" Tanya Annisa.

"Kamu cantik, ga ada yang salah kok," refleks ucap Adrian dan itu langsung membuat pipi Annisa merona.

"Ga ada yang salah, nak, malam ini kamu cantik banget," Tambah mamanya.

"Hehe, makasih, ma, ini cantik karena pakaiannya padahal," jawab Annisa.

"Ga juga, kok, emang kamunya cantik," kata Adrian lagi.

Dan itu langsung membuat Annisa salah tingkah. Apa-apaan itu, cantik, oeh, sungguh memalukan. Lalu, Apakah Adrian hanya menjahilinya? Kata hatinya.

"Yasudah, sana duduk terus," kata mamanya.

Ia pun segera menduduki bokongnya di kursi tersebut. Ia baru tau kalo disampingnya itu Adrian,Ahhh sungguh canggung.

Makan malam pun berlangsung dengan tenang. Tidak ada suara kecuali deringan sendok dan kawannya. Sesekali, Annisa mencuri pandangan ke Adrian yang begitu tampan walaupun sedang makan. Dan tanpa annnisa sadari, Adrian juga melakukan hal tersebut tanpa sepengetahuannya. Makan malam pun selesai.

"Adrian, sekarang bagaimana kuliahnya," tanya dinda memecahkan keheningan.

"Alhamdulillah, lancar, Tante," balas Adrian diiringi dengan senyum lembut.

"Panggil mama aja lah, an, ucap Dinda yang sudah menganggap adrian sebagai anaknya sendiri.

"Eh, baik Tan-mama," jawab Adrian tersenyum dengan cengirannya.

"Yasudah, Adrian, sana ajak Annisa ke teras," ucap mamanya. Dan itu langsung membuat Annisa tersedak air. Uhuk-uhuk!!! Apa, berdua dengan Adrian? Yang benar saja, itu tidak bangus bagi jantungnya.

"Mamanya pun berdiri disampingnya sambil mengelus punggung anaknya. "Kenapa tiba-tiba tersedak, nak?" Ujar mamanya.

"Eh, gatau, ma, hehe," balas Annisa.

"Anis gapapa lagi, ma," tambahnya lagi.

"Yasudah, sana pergi sama Adrian. Dia udah tungguin kamu, lho," ujar mamanya.

Adrian yang merasa disebut oleh mertuanya, eh ralat mama Annisa maksudnya. Mengaruk tekuk yang tidak gatal.

                                              ***

Kedua insan itu pun berjalan beriringan ke teras rumah tau lebih tepatnya di taman depan rumahnya. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya ada suara semilir angin dan deruman motor yang lewat sesekali. Kini, mereka sudah duduk di bangku panjang taman yang lumayan panjang dan muat untuk beberapa orang. Mereka pun duduk disitu dengan jarak yang memisahkan mereka. Tidak ingin berlama-lama dengan kecanggungan. akhirnya, mereka pun serempak mengeluarkan suara.

"Kak.. Kam.." tanya mereka serempak. Dan itu langsung membuat mereka terkekeh.

"Kamu duluan, Annisa," kata Adrian sambil menatap Annisa yang melihat kearah depan.

"Kakak a-apa kabarnya," tanya Annnisa linglung. Dalam hati ia merutuki atas yang ia tanyakan. Udah liat sendiri 'kan gimana, kenapa pake nanya segala.

"Saya baik, kok, kamu juga baik 'kan," tanya Adrian.

"Iya, kak, sekarang Kakak mau nanya apa?" Tanya Annisa.

"Kamu makin cantik aja," spontan ia jawab. Lalu, ia mengalihkan pembicaraan. "Kamu pernah pacaran," tanya Adrian

"Gak, kak,"jawabnya.

"Kenapa?"

"Gamau aja. Kakak pernah, ya?"

"Pernah, dulu sewaktu saya belum hijrah," jawabannya. Memang dulu Adrian terkenal akan badboy-nya. Tapi, seiring berjalannya waktu ia pun sadar dan akhirnya memutuskan untuk berhijrah.

"Owh, sekarang gak pernah lagi pacaran gitu," tanyanya.

" Iya, ga pernah lagi. Nis," panggil Adrian.

"Iya, kak," katanya yang merasa gugup.

"Tamat SMA mau lanjut kuliah atau gimana, nis?"

"Kenapa nanya itu, kak," balasnya. Karena ia sungkan untuk menjawabnya di depan Adrian.

"Nanya aja, gaboleh, ya?

" Ga juga si, kak, cuma males aja bahas itu,"

" Yaudah Jan.." belum selesai ia lanjut sudah dipotong Annisa.

"Kuliah, kakak," jawabannya langsung.

"Kenapa potong omongan saya,"

"Eh, maaf, kak, takutnya kakak kecewa gitu ga aku jawab," lirinya pelan.

"Hehe, kamu lucu juga ya, saya ga bakalan marah, kok," ujarnya sambil tersenyum melihat kelakuan Annisa.

"Syukur deh ga marah, hehe," balasnya dengan cengiran.

"Udah punya rencana, mau kuliah dimana?" Tanya Adrian.

1 detik

2 detik

3 detik

"Nis,"

"Eh, iya kenapa, kak,"

"Saya tanya, kok kamu malah diam si,"

"Aku punya impian, kak, tapi aku ga gakin bisa mencapainya. Balasnya murung. Lalu, mengangkat kepalanya ke atas langit.

"Kamu harus yakin, nis. Saya yakin kamu pasti bisa mencapainya. Jangan berhenti berdoa, dek, Allah pasti akan mengabulkannya. Lalu, Usahamu juga jangan pernah pudar, dek." Seketika, Adrian memberi masukan dan motivasi kepada Annisa dengan pajang lebar. Dan ia juga mengubah panggilnya dengan sebutan "dek".

"Apa Terget, kamu, dek?"

Dan itu langsung membuat Annisa menatapnya. Setelah lama berpikir, Ia pun yakin jika mengeluarkannya sekarang pasti akan mudah untuk kedepannya.

"Dek," tanyanya lagi.

.

.

.

"Berdoalah kepada-ku, niscaya akan aku kabulkan." Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-ku, niscaya akan masuk ke neraka jahanam dalam keadaan hina dan dina". (QS, Ghafir : 60).

"Tidak ada sesuatu yang
lebih mulia disisi Allah dibandingkan
dengan doa" (HR. Tirmidzi)

Hi guys 🙌

Semoga syuka dan bermanfaat

Luv u all

Vote dan koment ya:))

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang