16 ➢ Furin

2.9K 447 79
                                    

Hari keempat. Siang hari yang panas, di pinggir sungai.

"Ahahaha.... untung Mori-san masih ada di sini. Ku kira sudah pulang. Oya! terimakasih bantuannya tadi~" ucapan terimakasih dari si maling ayam yang merasa tidak berdosa.

Kepala sekolah, Mori Ougai, hanya bisa menghela nafas. "Se-kelaparan itukah mereka sampai mencuri seekor ayam..." batinnya.

Untungnya, tidak ada yang tahu bahwa Dazai lah yang mencuri ayam itu kecuali teman-teman seregunya. Setelah seseorang murid tak di kenal membawa berita bahwa seekor ayam milik kakek tua di desa telah di curi. Chuuya memaksa Dazai sendiri untuk bertanggung jawab dan pergi meminta maaf.

Setelah banyak sekali paksaan memakan waktu cukup lama, Dazai akhirnya pergi ke desa. Minta maaf pada si kakek pemilik ayam? bukan, tapi jalan-jalan.

Di tengah jalan, ia melihat pria berumur empat puluhan dengan mantel hitam dan syal merah marun tanpa ikatan. Pria itu sedang berbicara dengan seorang kakek tua yang berpakaian sederhana, kakek tua itu terlihat senang dan menikmati obrolan.

Tak lama kemudian kakek itu pergi dan Dazai menghampiri pria dengan syal merah marun itu, dia adalah kepala sekolah.

Dazai bertanya tentang obrolan antara Mori dan kakek tua tadi. Mori menjelaskan bahwa ia baru saja memberi uang sebagai ganti ayamnya yang telah di curi. Setelah menerima cukup banyak uang, amarah kakek tua itu langsung lenyap dan ia menyudahi permasalahan tentang ayamnya.

Masalah ayam hutan yang telah di curi pun selesai.

Dazai dengan seragam olahraganya itu duduk di atas batu, ia menatap air sungai yang begitu jernih dan tenang.

Mori berdiri di sebelahnya, ia juga sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap air sungai yang jernih ini.

Mulutnya bergerak, "Oh ya, Dazai-kun. Bagiamana kabar Akutagawa-kun?"

"Dia baik-baik saja" jawab Dazai, santai.

"Kau yakin?"

Dazai meliriknya sebentar, ia menaruh kedua lengannya di belakang kepalanya. "Yahh.... setidaknya sekarang dia punya kesibukan lain selain bolos"

Mori menaikan satu alisnya, nada bicaranya sangat pelan dan normal. "Apa kesibukan itu yang membuatnya turun peringkat di ujian kemarin?"

"Yahahhaha sudah jelas"

Mori penasaran dengan rencana Dazai satu ini, "Lalu? apakah kepintaran Akutagawa-kun berpindah ke Nakajima-kun?" ia tertawa kecil.

Dazai tahu itu candaan. Ia tidak candaan mempedulikan yang menurutnya aneh itu.

"Mori-san, ingat olimpiade musim gugur tahun lalu?"

Mori memejamkan matanya dan mengangguk, "Tentu ingat. Dimana kamu dan Fyodor terlambat ke tempat olimpiade karena keasikan bermain monopoli online di internet cafe, lalu Ranpo-kun dan Poe-kun yang tersesat karena membeli eskrim. Itu terlalu memalukan untuk di ingat, tapi itu membuatku tertawa"

Ia menutup mulutnya agar tidak tertawa terlalu keras.

Semua yang di katakan Mori itu kenyataan, dan kejadian itu tidak akan terlupakan sepanjang sejarah sekolah.

Sang kepala sekolah sempat heran, kenapa murid-murid yang pandai di sekolahnya bisa menjadi lalai di saat tertentu yang cenderung tidak tepat.

Tidak hanya murid yang pintar, murid yang terhormat pun begitu. Ketua OSIS itu contohnya, orang kaya yang iseng mencoba hidup sederhana semi survival.

"Oh, ya. Mori-san, olimpiade musim gugur tahun ini ku sarankan Akutagawa dan Atsushi ikut"

Olimpiade musim gugur hanya di buka untuk murid tahun pertama dan kedua. Bila seumpama di buka juga untuk tahun ketiga, Dazai sendiri tidak akan minat untuk ikut lagi.

【BL】SHIRO and KUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang