21 - Pulang

4.6K 335 20
                                    

Perempuan paruh baya itu masih menatap menantunya yang berdiri di hadapannya. Sungguh menakutkan tatapan yang diberikan oleh remaja perempuan itu hingga kini ia hanya bisa terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Kalian berdua itu mau apa sih?" cetus Pak Edgar.

"Raga," jawab Alvaro dengan singkat.

"Kalian tau gak alasan kenapa papah dan mamah bawa Raga pergi?" Pak Edgar kembali berbicara lalu Yona dan Alvaro hanya menatap pria itu.

"Raga itu calon penerus perusahaan Ardiwijaya, tapi kalian bisa-bisanya titipin Raga ke teman-teman kalian," sambung pria itu.

"Memangnya kenapa? Mereka bisa jaga Raga," sahut Yona dengan menahan emosinya.

"Kalau teman-teman kamu mendidik Raga dengan tidak benar, gimana nasibnya nanti?" ketus Pak Edgar kepada menantunya itu.

Lalu remaja perempuan itu menatap papah Alvaro dengan sangat tajam. Bibirnya bergetar, emosinya telah menggebu-gebu.

"Raga itu anak saya, darah daging saya dan Alvaro. Anda tidak punya hak untuk mengatur kehidupan anak saya sendiri," ketus Yona.

Alvaro yang tersadar bahwa istrinya itu telah tersulut api emosi, langsung menghampirinya untuk menenangkan dirinya. Selama ini dia belum pernah melihat Yona semarah ini dengan orang tuanya dan kini perempuan itu benar-benar ingin membawa Raga pergi bersamanya.

"Kamu ambil Raga di kamar, biar aku yang urus papah sama mamah," ucap Alvaro dengan pelan.

Yona pun menatap suaminya sebentar. Dia hendak melangkahkan kakinya untuk mengambil putra kesayangannya yang berada di dalam kamar, tetapi langkahnya terhenti ketika papah mertuanya kembali berbicara kepadanya.

"Kamu bertahan dengan anak saya karena uang, kan?" sahut Pak Edgar.

Sontak remaja perempuan itu terdiam lalu membalikkan tubuhnya untuk menatap seseorang yang baru saja berbicara kepadanya.

"PAPAH!" bentak Alvaro karena ia merasa bahwa perkataan papahnya itu sungguh keterlaluan.

Remaja perempuan itu sendikit terkekeh karena merasa miris dengan papah mertuanya itu. "Uang, uang, uang. Sebenarnya yang gila harta itu saya atau anda?"

"HEH! GAK SOPAN YA KAMU BICARA SEPERTI ITU!" sahut Bu Rosa setelah mendengarkan perkataan yang dilontarkan oleh Yona.

"Lebih tidak sopan ambil anak seseorang tanpa seizin orang tuanya," timpal Yona.

"Mamah, tolong kali ini biarin Alvaro sama Yona hidup tenang. Biarkan kita yang urus Raga, dia anak kita berdua," pinta Alvaro.

Perempuan paruh baya itu menatap putranya lalu beralih menatap Yona yang berdiri tepat di samping Alvaro.

"Apa yang kamu lakukan sampai Alvaro tidak memperdulikan orang tuanya lagi?" tanya perempuan paruh baya itu kepada menantunya.

"Bukan saya yang mengubah Alvaro, tapi kalian berdua," jawab Yona, kemudian ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam sebuah kamar.

Terlihat perempuan paruh baya itu hendak menghalangi dirinya untuk masuk ke dalam kamar tersebut, tetapi Alvaro telah bergerak untuk menahan mamahnya itu. Menurutnya, sikap kedua orang tuanya itu sudah sangat-sangat keterlaluan.

"Mah, Raga itu anak Alvaro, biarkan Alvaro yang didik dia," cakap Alvaro.

"Kalau kamu dan istri kamu dari sebelumnya bisa urus Raga, semua ini gak akan terjadi," timpal Bu Rosa.

Disisi lain, Yona bernafas dengan sangat lega ketika melihat wajah polos Raga. Wajah yang selalu ia rindukan selama ini kini dia dapat melihatnya kembali. Perempuan itu menghampirinya, kemudian menggendongnya. Ia mendekap putra semata wayangnya itu dengan sangat erat.

Married With Kakak Kelas 2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang