49 - Jadian?

2.3K 188 23
                                    

"Raga, kamu sakit ap-"

Dug

Ucapan guru perempuan itu terhenti ketika mendengar suara dari sebuah lemari berwarna coklat. Dirasa penasaran, latas ia berjalan menghampiri lemari tersebut dan berniat membukanya. Disisi lain, Bima, Malvin, dan Rachel sudah sangat panik karena guru itu semakin mendekat.

"Ya tuhan, kali ini aja jangan hukum saya," bisik Bima dengan gemetar.

"Kayaknya di lemari itu ada tikus, deh," tutur sang guru pada Rachel.

Bima dan Malvin membulatkan kedua mata mereka. Sepertinya guru itu akan menemukannya dan memberikan hukuman. Kini, mereka hanya bisa berdoa dengan keringat yang bercucuran membasahi dahi mereka masing-masing.

"Kayaknya gak ada, bu," sahut Rachel, mencoba menghindari sang guru dari lemari tersebut.

"Tapi tadi ada suara." Langkahnya semakin dekat.

Rachel pasrah. Jika Bima dan Malvin dihukum, ada kemungkinan ia dengan Raga juga terkena hukuman tersebut. Namun, tiba-tiba saja ponsel milik sang guru berdering. Guru itu mengambil ponselnya dan mulai berbicara.

"Iya, saya segera kesana." -Guru.

Wanita itu memasukkan ponselnya kembali ke saku pakaiannya lalu berjalan keluar dari ruang UKS ini. "Oh ya, tolong dilihat di dalam lemari ada tikus atau tidak. Kalau ada tikus, panggil petugas kebersihan sekolah."

"Iya, bu," timpal Rachel dengan gugup.

Klek

Pintu itu kembali tertutup. Karina, Rachel, dan Raga bernapas dengan sangat lega. Bima dan Malvin juga baru saja keluar dari dalam lemari itu. Terliha kedua laki-laki itu bercucuran air keringat, ditambah mereka seperti gemetar.

"Kenapa lo?" ledek Raga pada kedua temannya.

"Bego lu, kalau tadi gua gak pegangin lu, kita berdua udah kena hukuman!" omel Malvin pada Bima. 

Bagaimana laki-laki itu tidak marah, pasalnya tadi di dalam lemari, Bima bergerak dan hampir saja terjatuh keluar dari lemari itu. Untung saja Malvin dengan sigap memegangnya.

"Ya sorry," timpal Bima sambil menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal.

"Udah-udah, mendingan sekarang lo berdua balik ke kelas," pinta Rachel pada kedua teman kakaknya.

"Ya sudah deh, kita balik dulu, ya. Thanks makanannya," pamit Bima, kemudian ia dan Malvin berjalan keluar dari UKS ini dengan mengendap-endap.

Karina terkekeh dan begitu pula dengan Raga. Namun, Rachel malah bertolak pinggang. "Kak, mendingan lo juga balik deh ke kelas."

"Lo aja yang balik, gua disini."

"Apaan, sih, udah kelas dua belas, bukannya belajar malah cabut," omel sang adik.

"Emangnya salah jagain pacar sendiri?" tanya Raga.

Rachel terdiam sejenak sambil menatap kakak dan temannya secara bergantian. "Tunggu, kalian pacaran?"

"KAPAN JADIANNYA, ANJIR?!" sambung Rachel dengan histeris.

"Kemarin," timpal Karina.

Rachel tersenyum, kemudian menatap kakaknya yang juga sedang tersenyum. Setelah itu, ia merapikan rambutnya dan kembali berbicara, "Ya sudah, gue mau balik ke lapangan dan Karin, kalau kakak gue macem-macem sama lo, bilang aja sama  gue."

"Emangnya lo mau ngapain gue?" Raga melontarkan pertanyaannya dengan santai.

"Gua bikin lo gak punya masa depan." Rachel menunjukkan semriknya, kemudian ia berjalan keluar dari ruang UKS itu.

Married With Kakak Kelas 2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang