"Nad, besok kan weekend. Main ke Malioboro yuk. Kuliah baru masuk tugasnya banyak banget, jadi suntuk. Mau ya?" Tanya seseorang yang sedang berjalan bersisian denganku. Kami baru saja keluar dari kelas sekitar lima menit yang lalu, dan wanita di sampingku ini sudah merencanakan untuk pergi jalan-jalan.
Aku berfikir berulang kali, bagaimana bisa aku pergi jalan ketika tugas sedang banyak, aku kuliah bukan untuk sekedar mendapat gelar, tetapi membawa impian Bapak dan Ibuk. Lagipula, aku harus mencukupkan uang untuk satu minggu lagi. Ibuk biasanya mengirimkan uang di awal bulan, itu kalau memang ada rejeki, kalau tidak aku hanya makan nasi dengan lauk sambal.
"Ra, kayaknya aku tidak bisa. Tugasnya aja ada per hari harus ada yang dikumpulkan, ya kami memiliki lima tugas yang berarti harus pintar membagi waktu untuk itu.
"Yaaah, nanti kerjain bareng. Aku jajanin deh di Malioboro," ucap Laura, wanita cantik yang menjadi temanku sejak awal masuk kuliah.
Kebiasaan Laura memang seperti ini, membelikan makanan untukku, ia tahu kondisi keluargaku, aku tidak pernah menuduhnya kasihan kepadaku, karena aku melihat ketulusan di matanya. Ia sama sepertiku anak tunggal, bedanya dia dari keluarga kaya. Dari sekian manusia di kelas, ia memilihku sebagai temannya, menceritakan segala hal tentang hidupnya dengan kepercayaan penuh kepadaku."Ra, nginep di kosku aja gimana. Kita cerita banyak biar kamu tidak suntuk, sambil mengerjakan tugas," saranku padanya.
"Aku ngga suka sama anak-anak kos mu, norak," ujarnya lagi.
Terkadang ia memang begini, wanita cantik di sampingku ini begitu jujur akan perasaannya. Entah itu menyakitkan bagi orang ataupun tidak ia tetap mengatakannya. Laura mengatakan norak karena kejadian waktu lalu ketika ia menginap di kosku, beberapa penghuni kos seangkatan kami seperti sok kenal dengan Laura. Membandingkan diriku yang memang tidak pernah memakai make up dengan Laura yang cantik paripurna. Beberapa penghuni kos bilang, aku tidak cocok berteman dengan Laura. Laura terlalu cantik untuk berteman dengan diriku yang sederhana ini.
"Jangan gitu, Lauraa. Tidak baik," ujarku menasihatinya. Sedang Laura masih memasang wajah cemberutnya. Lucu sekali dia kalau begitu, meskipun cemberut kadar kecantikannya tidak menurun.
Pembicaraan kami sore itu berakhir dengan Laura yang menyetujui saranku, dengan syarat sebelum menginap mereka mencari jajanan yang banyak di sekitar kampus dan kosku. Dasar Laura, padahal setiap jam tertentu di perumahan tempat kosku pasti ada saja penjual makanan yang datang.
Kami masih sibuk berbincang ketika memasuki komplek perumahan tempat kosku. Laura yang mengendarai motor, sedang aku membonceng di belakang.
"Nad, aku ngga lagi halu kan?" Tanya Laura sambil menepuk kakiku dengan tangan kirinya yang bebas.
"Halu gimana? Kamu lagi naik motor Ra," jawabku yang masih belum melihat ada apa di depan sana. Apa ada lelaki korea idola Laura sedang berada di dekat kosku, hingga Laura seheboh ini.
"Itu ... itu Kak Haidar, dia ada di samping kos kamu," heboh Laura. Sekarang aku mengerti ternyata yang dimaksud Laura itu Kak Haidar, sosok yang selalu dibicarakan Laura. Aku hanya mengiyakan dan tersenyum tipis, Laura pasti senang sekali bisa bertemu dengan Kak Haidar.
Setelah sampai kos, aku segera turun sambil memegang jajanan yang sudah kami, ah bukan lebih tepatnya Laura beli. Aku melihat Kak Haidar mendekat ke kosku, aku yang repot membawa makanan serta banyak buku besar segera masuk meninggalkan Laura yang masih terdiam dengan wajah cengo di depan kosku.
Aku mendengar Laura yang menyapa Kak Haidar, lalu mereka berbincang tepat di depan jendela kamarku. Aku hanya memandang mereka berdua sambil membersihkan kamar, lalu keluar menuju dapur mengambil beberapa piring. Sesekali tersenyum kepada penghuni kos yang ada di luar kamar.
Terima kasih manusia
KAMU SEDANG MEMBACA
Skala Perbandingan
General Fiction"Seperti titik dua, bersisian tetapi selalu saja dibandingkan. Bukankah keduanya tak ada yang lebih besar ataupun lebih kecil? Keduanya sama besarnya, seperti kita sama besarnya dengan kelebihan dan kekurangan yang ada di dalamnya." -Nadira Kusuma D...