Aku sudah di kos selama satu minggu, dan lucunya aku baru menyadari kalau Kak Haidar itu ngekos disebelah kosku. Aku memang terlalu cuek dengan semesta, lingkunganku membentukku untuk tak memperdulikan semesta, ketika aku mencoba untuk lebih tau semesta, seolah ia selalu menyakitiku dengan cemoohan yang menghancurkan mentalku.
Aku kembali ke Jogja seperti biasa, bersama Kiky yang seharusnya sudah bekerja tetapi rela menungguku untuk kembali bersama, meminta untuk bisa menginap di kosku. Katanya, siapa tau bisa bertemu Mas Haidar, ya Kiky memanggil Kak Haidar dengan sebutan mas. Orang yang memberi tahuku bahwa Kak Haidar ngekos di sebelah kosku adalah Kiky. Bukankah perempuan jika sudah jatuh cinta akan menjadi stalker paling handal, seperti itulah Kiky, ia rela menginap selama tiga hari berharap bisa bertemu atau sekedar melihat Kak Haidar. Dasar.
Kalau mengingat kembali waktu aku pamit pada Ibuk, aku jadi tersenyum kecut. Aku bilang sama Ibuk dan Bapak akan pulang setiap hari raya saja. Ibuk bertanya sekaligus melarang, aku cukup mengerti akan hal itu, orang tua mana yang tidak rindu dengan anaknya, begitupun sebaliknya. Tetapi aku memiliki alasan untuk hal ini, lingkunganku di Semarang itu tidak membuatku berkembang, tetapi semakin menumpuk beban pikiran. Segala perbandingan dengan Kiky seolah tak ada habisnya, gunjingan anak buruh yang kuliah selalu kudengar, bukannya aku lemah untuk menghadapi semuanya. Ah tetapi tak ada perubahan dari mereka, selalu saja menjadikanku sebagai bahan gosip.
"Nad," panggil seseorang dibalik pintu kamarku, sepertinya Mbak Aisyah, kakak tingkat yang begitu ramah sekaligus seseorang yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.
"Iya mbak, sebentar," ujarku segera turun dari kasur dan membuka pintu. Mbak Aisyah tidak menunggu aku bertanya, tetapi langsung menjelaskan bahwa ada tamu laki-laki di depan kos.
"Kalau ada tamu kenapa aku tidak melihatnya ya? Nad, Nad kebanyakan ngelamun jadi tidak fokus," monologku dalam hati.
Aku merapihkan sedikit penampilanku, berjalan menuju pintu utama kos. Setelah sampai, aku melihat tubuh jangkung seorang pria. Jujur saja, dari belakang aku tidak mengenalinya, apa teman kelas mau meminjam buku fikirku.
"Hai, apa kabar?" Tanya seseorang tersebut membalikkan tubuhnya membuatku terkejut.
"Kak Haidar?" Ceplosku dengan wajah yang sudah tak karuan pastinya. Aku bertanya-tanya untuk apa lelaki ini kemari. Otakku segera berfikir, hendak berlari menuju kamar mengambil semua novel milik Kak Haidar yang tanpa kuminta sudah dipinjamkan kepadaku.
"Mau kemana?" cegah Kak Haidar memegang pergelangan tanganku. Aku tidak jadi berlari, melepas cekalan tangan dan berdiri dengan tegap seperti sebelumnya, jujur saja aku tegang. Aku sudah tahu sosok yang ada dihadapanku ini walaupun belum kenal dekat, Laura selalu menceritakan semua kegiatan laki-laki ini setiap harinya.
"M-mau ambil novel dua minggu lalu," ucapku gugup, salah tingkah karena tadi dengan tiba-tiba hendak berlari, pasti konyol sekali.
"Aku kesini bukan mau ambil novel. Cuma mau tanya kabar kamu, sama udah baca novel sampai mana, udah itu aja," terang Kak Haidar. Aku terperangah dibuatnya hanya untuk menanyakan ini, rela datang ke kos cewek yang notabenenya bukan siapa-siapa dia. Aneh.
"Baru baca yang Rindu aja, kemarin di rumah sibuk bantu Ibuk beres beres menjelang hari raya," jelasku.
"Oh ya udah selamat menikmati novelnya. Ah iya mohon maaf lahir dan batin ya," aku hanya mengangguk untuk meresponnya.
Selanjutnya tidak ada percakapan lagi, Kak Haidar pergi tanpa permisi menuju kos sebelah yang begitu mewah menurutku. Aku segera berjalan menuju kamarku, memikirkan keanehan Kak Haidar, dan tak pernah lupa memikirkan cara untuk mempertemukan Kiky dan Kak Haidar.
"Haaah, bagaimana caranya ya?" Ucapku setelah mengehela nafas panjang.
Terima kasih manusia ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Skala Perbandingan
Ficción General"Seperti titik dua, bersisian tetapi selalu saja dibandingkan. Bukankah keduanya tak ada yang lebih besar ataupun lebih kecil? Keduanya sama besarnya, seperti kita sama besarnya dengan kelebihan dan kekurangan yang ada di dalamnya." -Nadira Kusuma D...