Part 10

22 7 1
                                    


Happy Reading ! ✨



"Terjadinya sesuatu yang mengecewakan bukanlah datang dari orang lain. Tetapi dari orang terdekat kita sendiri"

-Nara

~0~


"Nar" panggil kevan dari brankar sebelah.

"Iya" jawab nara sambil menoleh kearah kevan.

"Gue ijin memperjuangin lo" ujar nya secepat kilat.

"Ha? Apa, ngomong tuh pelan" bapak kevan, yakali gue ngerti omongan lo yang secepat kilat itu" omel nara.

"Hehehe ga jadi nar" ujar kevan cengegesan.

"Oh ya, besok gue udah boleh keluar dari rumah sakit" ujar nara sambil turun dari brankarnya dan berjalan menuju brankar kevan.

Jangan heran ya, karena mereka seruangan dan dalam ruangan itu ada 2 brankar. Nara di pindahkan seruang dengan kevan karena kevan yang suruh. Dasar bapak-bapak :v

"Kok lo tau?" tanya kevan seraya bangkit dan duduk bersender dikasurnya.

"Iya, dokter herman yang kasik tau selly barusan" jawabnya sambil duduk di kursi sebelah brankar kevan.

"Lah gue kapan?"tanyanya.

"Lo itu masih harus banyak-banyak istirahat"

"Jadi jangan mikirin kapan keluarnya dulu" ujar nara

Yang di nasehati hanya cemberut.

"Hilih hilih anak kecil ngambek" ujarnya sambil menoel-noel pipi kevan.

"Huaa bunda dada kevan deg-degan" ujarnya dalam batin.

"Ngapa lo senyum-senyum" ujar nara sinis sambil menyudahi acara toel-toel pipi kevan.

"Hehe engga ibu negara" ujarnya cengegesan.

Setelah beberapa menit hening. Nara membuka suara.

"Gue mau istirahat dulu , mau ngecas energi buat ikut olimpiade" ujar nara seraya berdiri dan berjalan ke arah brankarnya.

Saat ingin menutup matanya, hp nya tiba-tiba berdering.

"Halo"

"Kamu jual diri yah ha sampai ga pulang kerumah" marah si penelepon dari sebrang sana.

"Pa?" panggilnya dengan lirih.

"Kenapa ha? Mau ngelak? Iya ?? " tanya papanya nyolot.

"Ini ga seperti yang papa bayangkan" ujarnya sambil menahan suara tangisnya.

Disisi lain kevan terus mengamati nara.

Nara yang sadar segera memiringkan badannya menghadap jendela.

"Ga seperti yang papa bayangkan kata mu?"

"Anak ga tau diri" ujarnya lalu mematikan sambungan telepon dengan sepihak.

Air mata terus mengalir tanpa henti tetapi nara berusaha menahan agar suara isakannya tidak keluar dan didengar kevan.

"Nara salah apa pa sampai-sampai kalian semua harus sebenci itu sama nara?" tanya nara dalam batinnya.

"Nar" panggil kevan.

Tetapi tidak dijawab nara.

Dengan segera kevan turun dari kasurnya dan segera berjalan kearah brankar nara sambil membawa tempat gantungan infus nya.

Forse questa è la fine-VanavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang