let's begin the story ✨✨
Hari ini tepatnya dimalam ini, keluarga Middleton atau orang terpenting di kerajaan Regoria ini makan malam bersama di meja berukuran besar dan panjang. Hanya menikmatinya bertiga. Karena anggota mereka hanya tiga orang."Kudengar banyak orang yang menipu dengan tujuan untung. Bukankah ini pertanda buruk? Di kerajaan kita tidak ada yang namanya penipu. Semua orang disini baik-baik." Ucap sang ratu. Junkyu yang sedari tadi memakan makanannya berhenti sejenak dan melanjutkan makannya seolah itu bukan urusannya.
"Akhir-akhir ini memang keadaan sedikit kacau. Junkyu, bagaimana menurutmu?" Timpa raja yang membuat anaknya sendiri terbelalak.
"Kenapa aku, ayah?"
"Kau ini akan menjadi pengganti ku sebagai raja Regoria. Enak saja jika kau merasa tidak peduli." Mendengar ucapan ayahnya itu, Junkyu hanya bisa memutar bola matanya malas. Benar katanya, istana adalah penjara.
"Iya, nanti akan aku selidiki lebih dalam masalah itu." Ujar Junkyu sambil berdiri dari duduknya. Menyudahi makan malam ini dengan suasana hati yang bisa dibilang buruk karena ayahnya yang terus memaksa Junkyu untuk tau tentang politik juga mengancamnya.
Lelaki muda itu masuk kedalam kamarnya. Membanting dirinya di atas kasur dengan ukuran besar itu. Sebenarnya dia tidak pernah meminta jika dia ingin menjadi anak raja, pun tidak ingin menjadi anak orang kaya atau terpandang. Cukup menjadi anak yang bahagia. Juga kasih sayang yang lebih untuknya. Sudah itu saja.
Setelah beberapa saat dia merenung, Junkyu kembali berdiri dan keluar dari kamar menuju balkonnya. Melihat lampu-lampu yang remang bergantung pada kayu sebagai penyanggahnya.
Pedesaan itu indah, istana itu megah. Tapi bukan berarti, pedesaan itu megah dan istana itu indah.
Orang bilang, istana adalah tempat yang paling ingin mereka masuki. Kalau Junkyu menjadi salah satu dari mereka itu, dia tidak akan mau masuk kedalam. Memang enak dipandang tapi tidak enak jika dirasakan.
Tiap pagi harus dengan baju rapinya dan langsung belajar menunggangi kuda sambil memanah. Siangnya selalu ada saja yang datang ke istana, merasa kalau mereka orang penting padahal hanya ingin melihat didalam istana. Sorenya kadang harus terus belajar politik agar bisa mengatur kerajaan dimasa depan. Malamnya merenungkan nasib yang akan dia rasakan nantinya.
"Hah, kerajaan istana pedesaan. Kasta yang selalu ditimbang." Gumamnya sambil menghirup udara malam di balkonnya.
...
"Kerajaan Regoria, kerajaan yang dikenal dengan kata makmur. Tapi sekarang tidak. Banyak penipu berkeliaran, mungkin kerajaan mereka nantinya akan seperti kita." Ucap Jeongwoo sambil mengusap tangannya asal.
"Sudah, biarkan itu urusan mereka. Lagi pula, kita bukan bagian dari mereka. Hm, yasudah kalau begitu aku masuk kedalam dulu. Kau panggil lah seseorang untuk menemanimu." Jihoon merespon adik kesayangannya itu sambil menepuk pundak Jeongwoo. Lelaki beradik satu ini masuk kedalam istana dan berjalan menuju ruangannya.
Awalnya Jihoon berniat itu membersikan diri, tapi dirinya mengurungkan niatnya karena mendengar suara ketukan dari pintunya.
"Jihoon, ini ayah."
"Masuk, ayah."
Raja dari kerajaan Cherid ini masuk kedalam kamar anaknya. Bergabung duduk di bibir ranjang sebelah Jihoon.
"Sihir dari kerajaan Regoria telah hilang. Kau carilah sihir itu, ambil dan taruh di ruang bawah tanah istana kita." Ucap raja langsung pada intinya. Jihoon yang tadinya biasa saja terhadap kerajaan itu, menjadi kaget karena dia tau salah satu peran penting kerajaan mereka hilang. Tentu itu kesempatan emas untuknya. Tapi, setelah berfikir lagi dan lagi dia menggelengkan kepalanya.
"Tidak ayah. Aku tidak bisa membantumu kali ini."
"Nak, ini adalah kesempatan kita untuk menjadi lebih maju. Kau mau kalau kerajaan kita seperti ini terus kedepannya? Pikirkanlah lagi, ayah tau kau pasti punya banyak cara untuk mendapatkan sihir itu." Jawab panjang sang raja. Lalu pergi dari kamar anaknya itu
Jihoon bingung, disatu sisi dia tidak ingin menjadi rakus hanya karena sihir. Disatu sisi lainnya, dia juga tidak mau memiliki masyarakat yang hanya tau dengan menipu. Tapi hatinya berkata seolah dia harus mendapatkan sihir itu. Sorcery of defence.
...
Esoknya terlihat seseorang menggunakan kereta kudanya sambil membawa banyak sekali ramuan obat di depan istana. Siapa lagi kalau bukan Asahi, sang pembuat ramuan.
Dia awalnya ditolak masuk kedalam, dan yang membawa ramuan itu beberapa penjaga yang berada didepan istana. Tapi lelaki itu memaksa ingin masuk, dan hasilnya tetap sama, dia tidak diperbolehkan masuk kedalam. Pasrah pada tujuannya. Padahal dia sudah berfikir kalau ramuan itu diberikan pada istana dengan gratis. Tapi karena dia tidak masuk kedalam istana, dia menarik lagi ucapannya.
"Penjaga sialan." Gumamnya sambil menjauh dari istana dengan kereta kudanya. Sia-sia sudah lemburnya hanya karena membuat ramuan. Dan gelas-gelas tadi berisi ramuan itu tentu dia tarik kembali. Menyimpannya untuk dijual. Daripada memberikannya ke istana secara cuma-cuma, benar bukan?
Berbeda dengan Asahi seratus delapan puluh derajat, terlihat Yoshinori sedang berfikir setelah mendengar berita tentang sihir pertahanan hilang. Haruskah dia ambil?
"Yang benar saja," ucapnya seraya menyibak rambutnya.
"Aku juga berfikiran yang sama denganmu," Yoshi kaget dengan mendengar suara yang entah dari mana keluar. Dan dia melihat seseorang di kasurnya sedang terlentang dengan bebas, merasa itu miliknya. "Kau terkejut, ya?" Timpanya lagi.
Itu Jeongwoo, dia yang baru saja melontarkan kalimat itu.
"Tapi aku juga berfikir kalau kita juga bisa mendapatkan sihir itu kembali, maksudku mendapatkannya untuk pertama kali. Dengar, kalau misalkan orang-orang terdekat di kerajaan itu yang mencurinya, pasti mereka akan sibuk sendiri. Dan itu kesempatan kita untuk mengambilnya." Ungkap sedikit rencana licik dari Jeongwoo.
"Yah itu nanti saja kita bahas. Kau kosong kan sekarang? Mari berduel pedang, tapi tidak bersamaku. Bersama Jaehyuk." Balas Yoshinori dengan kekehan kecil sebelum berbicara.
Akhirnya mereka berdua berjalan menuju halaman istana. Di sana sudah terlihat Jaehyuk dengan pakaian khasnya untuk berlatih menggunakan pedangnya. Sudah tidak bisa berkata-kata lagi, Jeongwoo yang ada di sana juga terlihat mematung karena melihat ketampanan seorang Jaehyuk Ashton. Padahal dia manusia yang normal.
"Hei! Sudah siap Jeongwoo?" Tanya Jaehyuk sambil berjalan lebih dekat kearah Jeongwoo juga Yoshi.
Pertanyaan Jaehyuk membuat lamunan Jeongwoo berhenti dan menjawab, "pasti, apa lagi yang kau tunggu? Ayo!" Ajak Jeongwoo dan menuju posisi awalnya. Yoshi berjalan menuju kursi berbahan besi dan duduk di sana untuk menonton duel antara pangeran dan kesatria satu ini.
Suara gesekan pedang ke pedang yang lainnya terdengar jelas dari tadi. Memberikan sensasi semangat pada kejadian satu ini. Keringat dari dua orang itu menetes sedikit demi sedikit.
"Ha! Maaf tapi kali ini aku menang lagi, Jeongwoo." Ucap Jaehyuk mengakhiri perang kecilnya.
"Cih, lihatlah nanti. Aku juga akan menang dan bisa melawanmu!" Balas Jeongwoo. Mendapat kekehan kecil dari Jaehyuk.
Suara tepukan tangan mereka dengar, Yoshinori yang melakukannya. Lelaki penasehat itu tersenyum melihat mereka berdua yang selalu tidak mau kalah, apalagi Jeongwoo. Terlihat sekali bukan, kalau Jeongwoo ini adalah seorang yang manja?
————
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Dozen: Sorcery of Defence
FantasyMenghilangnya sihir itu membuat mereka harus bersatu. © goldenbllu 2022