lets start
Jihoon keluar dari pintu rumah pohon itu. Melihat cahaya yang sangat terang. Tentunya ia penasaran, kakinya melangkah untuk berjalan mendekati cahaya yang tepat berada di rumah-rumah para peri itu berada."Wah..." tentu Jihoon tertegun. Para peri sekarang sedang membuat sebuah pesta meriah. Meja panjang berukuran kecil itu dipenuhi dengan makanan-makanan lezat.
Jihoon mensejajarkan tubuhnya dengan tempat itu, untuk melihatnya lebih dekat. Ini pertama kalinya pangeran sulung dari kerajaan Cherid ini takjub akan hal baru. Senyuman itu semakin lebar melihat banyak peri yang juga melihatnya dari dekat.
"Tampan sekali!" Para gadis peri melihat Jihoon dengan tatapan ingin meleleh sambil mengipas dirinya dengan tangannya.
Pangeran itu terkekeh kecil, "terima kasih..."
"Sudah, sana nikmati malam ini. Aku hanya ingin lihat." Ucap Jihoon lagi dan semua peri yang tadinya di depannya mulai meninggalkannya satu persatu.
Alunan musik ceria itu membuat Jihoon tersenyum lebih lebar lagi. Seandainya dia bisa menjadi peri juga, dia akan melakukan apapun sepuasnya tidak seperti pangeran.
Tapi mata Jihoon melihat kearah kursi kecil yang terdapat peri cantik dan sedari tadi melihatnya. Tanpa berpikir panjang peri itu membuang muka dan langsung pergi meninggalkan pesta.
Jihoon tentu penasaran kemana peri itu terbang. Dia mengikutinya dengan berjalan yang melangkahkan kakinya lebar-lebar. Sepertinya dia terbang begitu cepat, pikirnya.
Tidak jauh dari sana, peri itu berbelok kearah sungai. Jihoon tentu kaget dengan adanya sungai didalam sana, juga sungai yang cantik.
Kembali pada awal tujuannya, Jihoon melihat kearah kanan dan kiri. Terlihat peri itu duduk dibalik batu sambil memperhatikan sungai.
"Hei," Jihoon duduk disamping sang peri. Hal pertama yang dia lihat adalah sebuah mahkota bunga yang dikenakan peri itu, sangat cantik.
Walaupun lelaki itu tidak digubris tetapi dia masih melanjutkan percakapannya, "aku Jihoon Gibson, pangeran sulung dari kerajaan Cherid. Siapa namamu?"
"Status mu sebagai pangeran tidak membuatku takjub." Ucap peri itu.
"Aku tau kau tadi melihat kearahku terus." Percayalah, ini juga pertama kalinya Jihoon menggoda orang lain selain Jeongwoo adiknya.
Wajah peri cantik itu memerah, mengingat jika dirinya terpesona akan wajah milik Jihoon. Alisnya mengkerut sambil menggerutuki diri sendiri. Dan tangannya juga yang sedari tadi ia taruh diatas paha mulai bertaut.
"T-tidak! Aku tidak pernah melihatmu." Pembelaan dari peri itu membuat Jihoon tertawa kecil.
"Iya, terserah jika kau memang tidak mau mengaku. Aku akan tetap menganggapmu sebagai mata-mata." Kedua tangan pangeran itu bertengger diatas rumput yang belum tentu berwarna hijau itu. Jihoon menghirup dalam-dalam udara pada malam hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Dozen: Sorcery of Defence
FantasiMenghilangnya sihir itu membuat mereka harus bersatu. © goldenbllu 2022