Selamat membaca 🍀••••
"Loh bunda?" Panggil Mala.
Mala berlari menuruni tangga menuju dapur, ia kaget saat melihat Emi di rumah karena hari libur Emi tidak pernah di rumah. Ia selalu sibuk dengan restoran yang berada di luar kota.
Sesampainya di dapur Mala segera duduk di kursi tinggi. Ia melihat Emi sedang mengeluarkan kue dari oven. Aroma kue tersebut sangat menggugah selera, itu adalah Pie Cherry. Sial, umpat Mala dalam hati. Ia sebenarnya ingin protes pada Emi karena tidak mengabari kalau akhir pekan ini Emi berada di rumah. Namun, nyata nya pie merubah segalanya, ia terlena.
"Udah bangun, sayang?" Tanya Emi, sambil memotong Pai nya menjadi beberapa bagian dan memberikan nya pada piring Mala.
"Pie Cherry!" Raut wajah Mala seperti anak kecil bahagia. Ini benar benar yang ditunggu Mala, pie Cherry buatan bundanya,Emi.
Emi gemas sendiri dengan putrinya.
walaupun sudah besar, Mala memang suka begitu, manja. Emi mengusap rambut hitam milik Mala, dengan penuh kasih sayang."Habisin ya, Bunda juga buatin puding kesukaan kamu."
Mala memakan pie nya sambil memerhatikan Emi yang berjalan membawa puding.
"Puding kacang karamel. Mau minum apa, sayang? Hem?"
"Aduh, bunda. duduk aja dulu, kita makan bersama." Mala memelas, memegang tangan Emi. Berharap ia menurutinya, sudah lama Mala tidak makan bersama dengan Emi, bundanya.
"Waktu bunda mepet, sayang. Ini keburu, bunda cuman mau masakin menu terbaru di restoran buat kamu. Habis itu, bunda balik lagi. Tahu kan wekeend hari tersibuk bunda? Restoran ramai sayang, banyak yang perlu di perhatikan." Emi segera menuju dapur untuk memasak. Ia memiliki menu terbaru di restoran nya dan hal wajib untuk memasaknya di rumah untuk Mala.
Mala menghela nafas berat, bukan liburan, pikir Mala, cuman makanan. Egois jika Mala marah, karena yang dilakukan Emi pun untuk nya, menunjang kehidupanya. Siapa lagi kalau bukan bunda, pikir Mala.
"Jadi habis ini bunda balik lagi ke restoran?" Mala melihat Emi mengangguk. "Mau masak apa,Bun? Aku bantu ya?"
"Nggak perlu sayang, udah, sambil nunggu makanannya jadi, kamu habisin Pie nya. Bunda bikin ayam marengo. Pasti kamu suka."
Mala tersenyum menanggapi "dari namanya kedengeran enak, bun."
Mala memakan pie nya tak selera karena selesai makan Emi harus kembali sibuk dengan pekerjaannya, ia harus sendirian lagi.
"Gimana sekolahnya, Mala?" Tanya Emi sambil mengiris tipis jamur champignon.
Mala sempat berpikir, tidak ada yang menarik, tidak ada yang perlu diceritakan. Kemudian Bima yang muncul di pikirannya, seseorang yang membuat Mala nyaman saat bersamanya.
"Nggak ada yang menarik, Bun."
"Oh ya, sayang. Selamat ya buat pertandingan kemarin. Anak bunda udah jadi kebanggaan semua orang." Perkataan Emi membuat Mala tersipu malu. Kebanggaan? Terlalu berlebihan, pikir Mala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
FanfictionDiam-diam, Bima Sevanxa menyaksikan pertandingan bola basket tim putri. Ia ingin memastikan, apakah benar bahwa Ayra Kamilia, sang ketua tim basket, adalah gadis yang dulu sangat ia sayangi? Waktu, perlahan, akan memberikan jawabannya. Dengan berbag...