part 08

13 10 3
                                    

Selamat membaca 🍀

•••••

"Mala. Gue mau ke toko buku sama anak kelas sebelah. Lo mau ikut? Gue ngga yakin sih," kata Meira sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

Sebenarnya Meira tahu, bahwa mengajak Mala ke toko buku adalah hal yang mustahil, apalagi mengajaknya membaca buku, Mala tidak suka itu.

Karena Mala tak kunjung menjawab Meira angkat bicara lagi. "Kalau gitu gue kabari kak Rafa ya, biar Lo dianterin."

"Nggak perlu." Mala menggeleng. "Gue juga mau keluar sama Bima."

Meira mengurungkan niatnya untuk berdiri, ia duduk kembali. "Wah parah, Lo hutang penjelasan sama gue." Meira memainkan jarinya di atas meja, sambil berpikir. "Kita butuh waktu berdua buat curhat nih, kapan ya?"

"Lo sih sok sibuk." Mala mengingat ingat, apa ia punya waktu untuk Meira? Dia rasa akan sering bersama Bima. "Lo kalau nggak sibuk sibuk amat kerumah kek. Begadang bareng gitu?" Kata Mala.

"Gampang kalau itu mah, kecil. Gue udah ditunggu, duluan." Meira beranjak pergi meninggalkan Mala. Berjalan keluar kelas, menenteng tas nya dan kaget saat di pintu melihat Bima, ia salah tingkah. Stay cool, stay cool, Meira mengingat pada dirinya sendiri.

"Kak, duluan." Bima hanya menanggapi dengan senyuman.

Saat Meira berjalan berlawanan dengan posisi Bima, ia dapat melihat Rafa mendekat. "Semangat!saingan Lo berat, kak," kata Meira saat berdiri didepan Rafa, terdapat nada mengejek di kalimat Meira.

Meira sendiri berada pada pihak Bima, karena ia tidak suka dengan ketidakpekaan kakaknya dan menyia-nyiakan Mala. See? Sekarang terlihat ingin memperjuangkan nya, pikir Meira.

"Laknat Lo," teriak Rafa, mendengar itu membuat Meira tertawa keras dan terus berjalan.

Rafa berjalan kembali. Saat sudah berada di depan kelas Mala, ia tidak menghiraukan keberadaan Bima. Tak lama kemudian Rafa melihat Mala telah berjalan keluar kelas. Mala sendiri tampak terkejut saat melihat Rafa dan Bima didepan pintu. Perasaanya tidak enak.

"Ayo," kata Bima, Mala mengangguk, serta berpaling pada Bima.

"Hai, Rafa. Mau jemput Gita? Kayak nya belum keluar." Berpura-pura menengok kearah kelas Gita, disebelah kanan kelasnya.

"Nggak, Gita udah diparkiran, gue kesini jemput Lo. Bunda telfon, katanya suruh anter Lo sekalian."

Mala ber oh ria. "Gue ada janji sama Bima, Lo duluan aja. Soal bunda ntar gue ngomong sendiri."

Setelah mengatakan itu, Mala menatap kembali Bima yang tampak acuh tak acuh. "Gue duluan Rafa, Hati hati."

Mala segera menarik Bima menjauh kearah berlawanan dengan rafa, kalau tidak, bisa jadi drama berkepanjangan dan ia tidak ingin berdebat.

Yeah, pergi membeli bahan bersama Bima, jauh lebih menyenangkan.

"Mala," teriak Rafa, dan lagi lagi hanya dibahas lambaian tangan oleh Mala.  Lagi lagi ia kalah dengan Bima. Sial, umpatnya.

Berjalan bersama menuju parkiran, membuat Mala dan Bima menjadi sorotan. Hingga mereka mendekati salah satu mobil.

"Mobil siapa?" Tanya Mala, saat Bima membukakan pintu untuknya.

"Tadi kan gue bawa motor, pasti nanti bawaan kita banyak. Jadi gue pinjem Evan."

"Pantesan kayak kenal," gumam Mala. Lalu ia masuk.

Bima menutup pintunya, berlari mengitari mobil menuju tempat pengemudi, setelah meletakan tasnya dan tas Mala di jok belakang.

"kalian seberapa deket dulu? Kayak nya lebih dari temen." bima belum bertanya pada evan dan ini waktu yang tepat untuk bertanya dan juga menyiapkan diri jika benar mala dengan evan lebih dari teman.

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang