part 09

5 2 0
                                    


Selamat membaca 🍀🍀

••••••

"bunda ada dirumah? Kalo nggak ada gue duluan," jelas bima.

Mala mengangguk sebelum mengambil tas nya di jok belakang.  "bunda nggak ada, sibuk."

"gue cabut dulu ya."

Tanpa menunggu mobil bima berlalu,  mala langsung masuk rumah. Ia merasa tidak ada yang menarik, hari tanpa basket,  lain kali ia tidak akan ikut bima lagi. 

Saat menaiki tangga,  ia melihat rafa di ruang makan.  "woi! Ngapain lo disini?  Benci banget gue sama kegabutan lo,  pelampiasannya ke rumah gue."

"numpang makan doang, lagian bunda lagi masak banyak."

Mala segera turun tangga dan mendekati meja makan.  Benar, ada banyak makanan. Mala menenggok ke arah dapur. "bunda mana?" tanya mala.

"baru aja berangkat, lo sih main aja,  bunda titip salam,  katanya  nggak pulang lama.  Ada urusan di cabang jakarta.  Kalau nggak salah. "

Mala menghela napas panjang,  selalu saja begini,  pekerjaan yang terlalu sibuk. 

"makan dulu.  Gue tau lo pasti nggak mau makan nasi,  nih ada pie." rafa menaruh potongan pie di piring mala. 

"lo ngapain disini?  Keseringan lo disini. Gue males ya berhubungan sama gita."

"yang lo omongin itu pacar gue Dan lo perlu tau, gue peduli sama lo. Gue sayang sama lo."

Pie yang hendak dimasukan mala ke mulut terhenti. Pandangannya menunjukkan rajsa jengkel. "sialnya, gue selalu  salah Mengartikan itu semua, bangsad." ia menaruh kembali pie nya dipiring. 

"lo, bima, siapapun itu yang deket sama gue, mereka juga sama, katanya peduli.  Katanya sayang. buktinya mana? Hal terburuk nya itu gue mudah jatuh cinta, raf. Gue mudah kemakan omongan itu."

"lo suka sama gue, la?"

"pertanyaan lo bener- bener konyol." mala tertawa ringan. "waktu bukan lah penentu segalanya. Lo pernah denger istilah itu? Udah ada bukti. Gue suka lo dari dulu,  dulu banged.  Gue masih bertahan, sampai akhirnya lo sama gita, gue nyerah."

Mala sudah memutuskan untuk mengubur dalam-dalam rasa malunya. Sudah waktunya rafa tahu. Ia beranjak dari kursinya.

"gue nggak tau kalo lo ada perasaan sama gue,  gue baru tau.  Rasa sayang gue ke lo kaya gue ke meira."

"dan sekarang lo udah tau, gue perlu celah diantara kita, raf. Gue mundur dan lo juga harus mundur." mala melangkah meninggalkan meja makan dan rafa yang linglung. 

Dirinya sendiri tidak terlalu yakin dengan kalimat terakhirnya. "gue sayang mala kayak gue sayang meira, apa iya?" gumamnya.

•••••

Mala semakin menengelamkan dirinya di balik selimut,  sambil menguap ia melirik kearah jendela. Gelap.  Mala juga mendengar suara di bawah, gelak tawa?  Pikir mala. 

Dengan malas ia turun dari ranjang dan melangkah keluar kamar. Dari atas tangga mala dapat melihat bima dan teman-temannya.

"berisik!" teriak mala. Ia hanya bergurau.

Seketika mereka ber empat menoleh dan melihat mala menuruni tangga,  masih menggunakan seragam dan wajah yang khas bangun tidur.

"eh mala,  ngebo banget lo,  baru bangun.  Nih kerjaan sampe udah kelar."

"salah nya sendiri nggak bangunin gue, mana gue tau kalian kesini." mala ikut bergabung duduk di sofa bersila. 
"bima yang nggak bolehin bangunin lo."

"belum ganti baju udah ngebo."

Mala tidak menghiraukan bima,  ia melihat bermacam-macam benda yang di buat oleh mereka ber empat.  Ia tidak tahu apa saja. 

"gue laper,  makan dulu yuk," ajak mala. 

"nah gitu kek dari tadi, Udah laper banget gue. Untung ada camilan penganjal perut." mala menggeleng, evan ini memang dari dulu berisik. 

"gue pulang dulu, bim.  Ada urusan, " kata aldo. 

"gue nebeng dong sekalian," sela andra.

"loh, kak. Makan dulu,makan malam."

"makasih, tapi lain kali ya, gue cabut." aldo berpamitan di ikuti oleh andra. 

"lain kali kesini lagi ya," kata mala. Ia benar benar tidak enak hati. 

"siap."

Setelah andra dan aldo pergi, mala melangkah ke meja makan di ikuti oleh bima. 

"jangan bilang lo baru makan malam ini."

"iya, tadi nggak sempet, capek." seketika mala teringat obrolannya dengan rafa.

"sekarang gue udah tau rumah lo,  gue sering-sering main yaa," kata evan.

"apaan, gue masih marah ya sama kak evan." mala mengarahkan sendok nya ke evan sambil memasang wajah garang.

"pundung nih ceritannya."

"mala," sapa rafa saat mala ingin menawarkan makanan kepada bima. Tapi di urung kan niat itu.

"sebenarnya  gue mau minta maaf." mala memundurkan kursi di sebelahnya, menyuruh rafa duduk. 

"gue yang salah, gue minta maaf. Makan dulu lo belum makan kan?"

Sebelum tidur sore tadi.  Mala merenung,  jika dipikirkan rafa tidak bersalah, Disini niatnya baik,  ia peduli kepadanya. 

Lagi pula ia tidak ingin hubungan persahabatannya rusak karena ini.  Mala menyimpan makanan untuk rafa nasi, lauk dan minum.

Di satu sisi, ada yang mengawasi mereka berdua se dari tadi. Bima berdehem berniat mencuri perhatian mala,  namun nihil,  ia terlalu sibuk dengan rafa. 

"la, ac nya udah di nyalain belum si?  Panas nih," ejek evan. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang