Niall POV
Kenapa harus secepat ini? Kenapa? Bagaimana nasib hubunganku dengan Barbara? Hubunganku bisa saja kandas hanya dari sebuah kertas berisikan kontrak yang sangat tidak penting.
Driing driing
Aku langsung mengambil ponsel yang berada ditempat tidurku aku melihat caller - id dan ternyata Barbara Palvin yang tertera dilayar ponselku.
Bagaimana ini, apa yang harusku katakan? Aku hanya bisa pasrah, terserah apa yang akan dikatakan barbara kepadaku.
"H--hallo?" Sapaku, tapi yang ku dengar hanya suara isakan dari sebrang sana.
"Hei, apakah kau menangis, Babe?" Tanyaku khawatir.
"K--kau jahat." Isaknya membuatku menghela nafas panjang.
"Maafkan aku, Barbz. Itu sudah menjadi keputusan management."
"Lalu, kenapa kau harus menurutinya?!" Kali ini aku dapat mendengar teriakan dari gadis itu.
"Karena, management pernah mengatakan banyak yang tidak setuju dengan hubungan Narbara dan hal itulah yang menyebabkan management memintaku untuk melakukan fake dating ini." Jelasku panjang lebar.
"Jadi, kau juga tidak suka dengan hubungan kita? Hah?"
"B-bukan begitu, Barbz,"
"Mulai sekarang, hubungan kita berakhir. Seharusnya, sejak awal aku mengakhiri hubungan ini. Lagipula, diluar sana masih banyak lelaki yang jauh lebih normal dan tidak memalukan sepertimu! Seharusnya kau bersyukur, Nee. Seorang model VS yang terkenal sepertiku ini mau menjadi kekasih seorang Niall Horan si tukang makan!" Seru Barbara panjang lebar.
Kurasa, gadis itu benar-benar tidak bisa lagi mengendalikan emosinya.
Sial! Semua ini karena fake dating bodoh itu!
"Arrggh semua karna fake dating tak bermutu itu!"
"Hey, calm down, dude." Kata seseorang dari arah pintu kamarku.
"What? Kau ingin meledekku karna aku putus dengan Barbara? Hah?!" Ucapku dengan nada bicara agak ketus.
"Hey, aku tak sejahat itu, Ni."
"Sekarang aku harus bagaimana, Lou?" Tanyaku sambil mengacak-acak rambut frustasi.
"Sepertinya kau harus serius terhadap fake datingmu, daripada kau terus frustasi seperti ini." Jawabnya panjang lebar.
"Tapi aku tak mau, Lou." Tolakku.
"Dan kau juga harus menunjukan pada Barbaba bahwa kau bisa tanpanya." Ucapnya membuatku termenung sesaat.
"Kau tahu tidak? Vischa sepertinya anak yang baik jika kita memeperlakukannya lebih lembut." Lanjut Louis.
"Akan kucoba nanti.......jika kubisa."
"Terserah padamu sajalah dan yang pasti ikuti kata hatimu, Horan." Ucapnya, setelah itu ia pun pergi dari kamarku.
Vischa itu sangat cantik, hatinya sangat baik, ia juga manis. Apalagi yang kurang darinya?
Hey! Apa yang kukatakan? Ia cantik? No, impossible. Keluarkan semua pikiran yang tidak jelas ini kumohon. Pikiran ini sangat membunuhku.
Oh, mengapa aku menjadi sangar lapar? Sebaiknya aku pergi ke nandos untuk menghilangkan pikiran tidak jelas ini.
*****