Vischa's pov
"Sebenarnya, kita akan pergi kemana Niall?" Tanyaku dengan penuh rasa penasaran.
Bagaimana tidak? sejak tadi, Niall selalu mengatakan bahwa, kami akan pergi kesebuah tempat yang sangat spesial.
Tetapi, tetap saja jawaban Niall itu tidak membuat rasa penasaranku terjawab.
"Nah, kita sudah sampai." Ucap Niall seraya menghentikan kemudi mobil miliknya.
Kini, kami berada disebuah terowongan yang terbuat dari pepohonan-pepohonan rimbun.
"N-Niall, ini apa?" Tanyaku kebingungan. Kenapa Niall membawaku ke tempat seperti ini?
Menurutku, tempat ini indah. Ralat, sangat indah. Akan tetapi, kenapa tempat ini begitu sepi?
"Ini adalah the Dark Hedges, dulu aku dan Greg sangat suka berlibur ke tempat ini. Kami suka bersepeda mengelilingi terowongan pohon ini." Ucap Niall sambil tersenyum simpul.
Astaga, Ia begitu tampan.
"Kalau begitu, ayo turun." Niall pun membukakan pintu untukku. Tiba-tiba saja, lengan Niall mengamit pinggangku, sehingga sudah tidak ada lagi jarak diantara kami.
"Ni, kenapa ada meja makan ditengah sana?" Tanyaku sambil mengerutkan keningku.
Tempat ini benar-benar aneh.
"Astaga, Vischa. Hahaha, kau begitu lugu." Niall pun terkekeh sambil menatap wajahku.
"Ck, aku serius Niall." Aku hanya memutar kedua bola mataku. Memangnya, aku salah jika bertanya hal seperti itu? huh.
Kami pun sampai disebuah meja yang berada ditengah-tengah terowongan bernama The Dark Hedges, ini.
"Sebenarnya, kenapa kau membawaku kesini? apa kita mau berburu hantu?" Tanyaku dengan kedua alis terangkat.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Niall pun balik bertanya.
"Karena, tempat ini begitu sepi Niall." Aku pun mengalihkan pandanganku ke sekitar tempat ini.
Benar saja, tidak ada orang lain selain kami.
"Itu semua karena, aku sudah memesan tempat ini, Vischa. Aku hanya ingin kau dan aku yang berada ditempat ini. Aku tidak ingin ada orang lain yang menganggu waktu kita seperti-" aku pun memotong ucapan Niall.
"Louis." Kami pun tertawa bersama. Sungguh, aku begitu menyukai tawa Niall. Uh, lupakan saja.
"Uhm, Vischa ..." Ucap Niall cukup pelan. Namun, karena tempat ini begitu sepi, aku dapat mendengarnya.
"A-aku .. aku .." Aku menopang daguku dengan kedua tanganku, menunggu Niall untuk meneruskan perkataannya.
"Aku tahu ini terdengar yeah, aneh dan sedikit konyol. Akan tetapi, aku- aku menyukaimu, Vischa."
Apa aku tak salah dengar? Niall menyukaiku?
"Niall, apa Uncle Simon memintamu untuk melakukan ini?" Tanyaku pelan-pelan. Siapa tahu saja, ada paparazzi disekitar sini.
Niall pun menggelengkan kepalanya.
"Aku serius dengan perkataanku barusan, Vischa."
Deg.
"Mungkin, pada awalnya kita hanyalah sebatas rekan kerja yang terpaksa melakukan fake dating. Tetapi, semakin lama aku merasa nyaman setiap aku berada didekatmu, Vischa. Ya, aku menyukaimu."
Dia benar-benar menyukaiku, Astaga ...
"I love you like a fat kid loves cake, I love you like a kid loves ice cream, I love you like the british love tea, I am completely in love with you, Vischa Sherly."
Aku benar-benar kehilangan kata-kata. Niall benar-benar membuatku merasa bahagia.
"Ugh, aku tahu aku memang tidak pandai dalam merangkai kata-kata, dan mungkin, kau hanya mengangapku sebatas rekan kerja, maafkan aku." Niall pun menundukan kepalanya, pertanda kecewa.
"Tidak, Niall." Niall pun mendongakan kepalanya, menatapku.
"A-aku juga merasakan hal yang sama. I- I love you, Niall." Pada saat itu juga, aku merasakan sebuah benda lembut dan sedikit basah menyentuh bibirku.
Ya, itu bibir milik Niall.
Aku pun memejamkan kedua kelopak mataku, entah kenapa ciuman kali ini terasa begitu berbeda.
Dapat kurasakan jari jemari Niall mengelus lembut helai demi helai rambutku yang terurai.
Aku pun membuka kedua kelopak mataku, sehingga dapat dengan jelas telrihat kedua bola mata biru milik Niall.
"Aku suka kedua bola matamu, Love." Bisik Niall disela-sela ciuman kami. Ia memang selalu tahu cara untuk membuatku tersenyum.
Kami pun menghentikan kegiatan kami, dan kembali ke posisi masing-masing. Aku masih terus mengingat bagaimana Niall mengatakan bahwa, Ia menyukaiku, sampai bibir Niall yang mendarat pada bibirku.
"Vischa." Aku pun menatap wajah Niall, yang ternyata juga sedang menatapku.
"Will you be my princess?"
"I'll be your princess, Niall."
Niall pun membawaku kedalam pelukannya yang begitu nyaman.
"Terimakasih Vischa, I love you." Niall pun mengecup puncak kepalaku, lalu turun ke hidungku, dan terakhir tepat di bibirku.
"I love you so much, Vischa. More than the moon, or the beautiful stars in the skies. More than the sunny daylight. Even more the gorgeous spring time, or the cold winter snow. More than the pouring rain on a sad day. More than gorgeous blue ocean. And it's time to me for describe it in such a beautiful way. So, you can see the way it's to be loved by someone who would do anything too make you feel the same way, for a long time and never change."
Pada saat itu juga, sebuah cairan kristal menetes dari kedua kelopak mataku. Aku benar-benar terharu atas perkataan Niall.
"Shh .. I love you so much, Vischa." Niall pun kembali mengecup bibirku lembut.
"Terimakasih, Niall." Aku pun membalas kecupan Niall.
"Jadi, apa kau masih mengangap ini adalah bagian dari fake dating, Vischa?" Tanya Niall sambil menangkup wajahku dengan kedua telapak tangannya.
"Tidak, Niall. Mulai sekarang, semua ini bukan bagian dari fake dating lagi."
I don't want another cinderella story. I don't even want a twilight story. All I want is You&Me. Me&You. Together. Our own story. Our own Happy ending:)
-Fake dating-
* * * * *
Hai hai semua, ah abang niall sweet bgt sih aw abang huehue... Okay lah yeaaaaayyyy Fake dating selesaiii yeaaaaayyyy *pesta7hari7malem* enggak deng hahahah....
Aaa bahagianya... Okaylah BHAAAY
Vomment(s)