15 <<

930 90 2
                                    

Vischa's pov

"Akhirnya, tour kali ini selesai juga." Ucap Niall sambil menyeka keringat yang membasahi pelipisnya.

"Penampilan kalian benar-benar keren." Pujiku seraya menyerahkan sebotol air mineral kepada Niall.

"Yeah, kami berusaha yang terbaik untuk seluruh fans diluar sana." Niall pun tersenyum, dan meneguk sebotol air mineral yang kuberikan.

"Jadi, setelah ini kau akan ke Ireland?" Tanyaku sembari mendaratkan tubuhku disalah satu kursi yang terletak disamping panggung.

"Begitulah. Dan kau, ikut denganku." Aku pun menganggukan kepalaku, pertanda mengiyakan perkataan Niall.

"Tetapi, bagaimana jika keluargamu tidak menyukaiku?" Tanyaku dengan sedikit rasa cemas.

"Tidak mungkin, Vischa. Mereka pasti menyukaimu." Niall pun memberikan sebuah senyuman kearahku.

Mungkin, jika aku adalah seorang directioner, aku akan berteriak dan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh seorang fangirl.

"Hey, Lovebirds. Kalian tidak ingin kembali ke hotel? besok, kita harus segera kembali ke London!" Teriak seseorang yang tak lain adalah, Louis.

"Dasar, penganggu." Celetuk Niall sambil memberikan tatapan membunuhnya kearah Louis.

Aku hanya terkekeh mendengar Niall. Memang, apa yang Niall katakan ada benarnya juga. Louis memang selalu menganggu momen-momen kami. Eh(?).

"Kurasa, kita harus segera kembali ke hotel, Vischa." Niall pun mengaitkan jari jemarinya pada jari-jari milikku, dan mengikuti crew-crew lain yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Niall ..." Niall pun menolehkan kepalanya kearahku, dan memberikan tatapan 'ada apa?'

"Apa ditempat seperti ini masih ada paparazzi?" Tanyaku pada Niall.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Niall pun balik bertanya.

Aku pun mengarahkan pandanganku kearah jemari kami yang saling bertautan. Memangnya, paparazzi bisa berada dimana-mana ya? kenapa disaat-saat seperti ini Niall masih terus mengenggam erat tanganku? aneh.

"Uhm, maafkan aku. Aku hanya ... hanya merasa sedikit waspada. Paparazzi bisa berada dimana saja, bukan?" Niall pun terkekeh dan segera melepaskan tautan jemari kami.

"Yeah, haha." Sungguh, aku mulai merasa canggung.

"Hey, kalian! tak bisakah kalian prihatin sedikit kepadaku yang tidak memiliki kekasih ini?" Suara milik Harry membuatku dan Niall tersentak.

"Ka-kami hanya-" Ucapanku terpotong oleh Niall.

"Kami hanya sedang berbincang, Harry yang menyebalkan." Harry hanya memutar bola matanya, mendengar ucapan Niall.

"Menurut kamus seorang Harry Handsome Styles, setiap orang yang sudah memiliki kekasih, pasti akan berubah menjadi sangat teramat menyebalkan!" Seru Harry sekeras mungkin. Sepertinya, Ia sedang menyindirku dan Niall? uh, entahlah.

"Apa maksudmu berkata seperti itu, Harrold?" Tanya Liam sambil mengerutkan keningnya.

"Apa kau baru saja menyindir kami?" Tanya Louis yang ikut angkat bicara.

"Mungkin, karena hanya Ia yang tidak memiliki kekasih. Cih, malang sekali nasibmu, curly." Cibir Zayn disusul oleh tawa Louis, Liam, dan Niall.

"Enak saja. Aku masih mempunyai Preston dan Mark, kok." Harry pun merangkul Preston dan Mark yang berada tepat didekatnya.

"Astaga, ternyata Harry adalah seorang gay!" Pekik Louis diselingi dengan tawanya yang begitu khas. Mau tak mau, aku pun ikut tertawa.

Saat ini, aku merasakan apa yang disebut dengan keluarga. Walaupun, mereka bukan sepenuhnya keluargaku. Akan tetapi, aku merasa sangat nyaman berada ditengah-tengah mereka semua.

Fake Dating ♡ n.hWhere stories live. Discover now