Don't forget vote and comment✓
Happy reading all♡
Mikasa terduduk melamun sambil menatap kosong televisi yang ada dihadapannya. Pikirannya saat ini terpikirkan oleh satu hal, yaitu Levi yang baru saja mendapat skors selama dua minggu karena kejadian kemarin.
Dirinya memutuskan untuk tidak sekolah selama satu hari karena ketakutannya kepada pemuda yang bernama Jean, padahal baik Jean maupun Levi, mereka sama sama mendapat skors dalam waktu yang sama.
Hari semakin malam, tapi Mikasa tak kunjung beranjak untuk tidur, dirinya sendirian di rumah, ah sangat sepi rumah besar keluarga Jaeger tanpa adanya pemiliknya. Ayah ibunya kini tengah menghadiri pesta yang diadakan oleh atasan Grisha, sedangkan Eren saat ini sedang berkencan dengan kekasihnya Historia.
"Aku pulang!" Teriak sebuah suara yang berasal dari luar rumah yang Mikasa yakini jika itu adalah Eren.
"Eh kau belum tidur?" Tanya Eren sambil berjalan menghampiri Mikasa yang saat ini ini memandangnya.
" Aku belum mengantuk" ucap santai Mikasa sambil melirik sekilas jam dinding yang berada tak jauh darinya.
"Tidurlah, ini sudah malam" perintah Eren yang samasekali tak digubris Mikasa.
"Aku tidak ingin tidur"
"Kau ini keras kepala sekali sih-"
"......"
Eren menghembuskan kasar napasnya lalu memandang Mikasa dengan tatapan yang sulit diartikan "Aku tau kau masih trauma dengan Jean dan juga kejadian kemarin tentang pertengkaran Levi dan Jean, tapi kau tidak boleh seperti itu. Kau juga harus menjaga kesehatanmu Mikasa"
"Tapi Eren, aku takut jika Jean melakukan sesuatu kepadaku, kau tau kan Jean itu seperti apa, aku tak ingin hal itu terulang lagi"
Flashback
"Jean, kau mau membawaku kemana?!" Tanya Mikasa sambil berjalan mengikuti alunan langkah Jean, tangan kanannya terasa ngilu tatkala tangan kekar Jean menariknya dengan paksa.
"Diam dan ikuti saja aku!" Jean semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Mikasa, tak ingin gadis yang ada dibelakangnya tiba tiba kabur dari hadapannya.
Jean membanting tubuh Mikasa, memasukkannya dengan paksa kedalam mobil miliknya. Suara rintihan Mikasa terdengar ditelinga Jean, ingin rasanya pemuda itu membungkam mulut gadis yang ada dihadapannya, tapi dirinya sekarang sedang terburu buru.
Jean memasuki mobilnya, menyetirnya menuju sebuah tempat yang terpencil, tak ada seorang pun yang tau mengenai keberadaan tempat itu, mencoba menyembunyikan Mikasa dari siapapun.
"Kau mau membawaku kemana?!" Mikasa bertanya kepada Jean yang masih sibuk menyetir mobilnya, keringat dingin mulai membasahi pelipis Mikasa, mulutnya tak henti henti berdoa, berharap dirinya tidak diapa apakan oleh pria yang ada disampingnya.
"Ke suatu tempat yang tidak akan bisa ditemukan oleh siapapun" ucap Jean sambil menyeringai jahat.
"Ke-kenapa kau membawaku ke tempat itu?"
"DIAM ATAU KU BUNUH KAU! KAU HANYA PERLU DUDUK DAN JANGAN BANYAK BICARA!" Jean mulai emosi dengan pertanyaan konyol Mikasa, tidak bisakah gadis itu hanya diam tanpa harus bertanya, jujur itu sangat mengganggu konsentrasinya dalam menyetir.
"Lepaskan aku!!!" Mikasa berteriak sekencang mungkin, berharap ada seseorang yang bisa mendengar teriakannya walau itu hal yang mustahil.
"Shit aku sudah menyuruhmu untuk diam!" Jean mulai terpancing dengan emosinya, ia menghentikan sejenak mobilnya, mengambil sebuah obat yang ia letakkan pada saku celananya, meminumkan paksa pada Mikasa. Sedangkan Mikasa tak bisa memberontak. Tubuhnya kini lemas, mungkin itu pengaruh obat yang Jean berikan padanya.
***
Mikasa membuka pelan matanya, dirinya kini berada disebuah kamar yang sangat asing baginya. Ah kepalanya sangat pusing, bahkan dirinya tak mampu untuk sekedar mendudukkan badannya, badannya terlalu lemas untuk digerakkan.
Terdengar suara langkah kaki yang menuju kamar tempat Mikasa berada. Suara pintu kini menghias pendengaran Mikasa, dirinya takut jika terjadi apa apa padanya.
Dan orang yang mendatangi Mikasa adalah Jean, dirinya takut, sangat takut dengan apa yang ada dihadapannya. Perlahan Jean mendekatkan wajahnya pada wajah Mikasa, memperhatikan dengan seksama kecantikan gadis yang ada dihadapannya. Tangannya terulur, mengusap lembut pipi Mikasa, sedangkan Mikasa menutup erat matanya, dirinya terlalu takut dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.
Mikasa dapat merasakan hembusan nafas Jean diwajahnya, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, jantungnya berdetak dengan kencang. Tuhan tolong selamatkan dirinya, Mikasa benar benar tak tau dengan apa yang terjadi saat ini. Kenapa Jean membawanya ketempat terpencil? Kenapa rubuhnya tak bisa bergerak? Dirinya benar benar tak tau kenapa ini bisa terjadi padanya.
"Ternyata putriku sudah bangun" ucap pelan Jean sambil meraba wajah cantik Mikasa, tersenyum puas dengan apa yang ada dihadapannya.
Tbc
Thanks for reading♡
Don't forget vote and comment