fiftëëñ

3.9K 1K 182
                                    

Author POV

'Drrtt ….

Romeo menatap lama ke arah layar ponselnya yang terpampang jelas nama seseorang di sana. Jujur, melihat dirinya yang mendapat telepon dari orang tersebut membuat seluruh tubuhnya mendadak menjadi sangat malas dan lelah.

Enggan sekali dirinya mengangkat telepon tersebut, namun jika dirinya tak mengangkat maka bisa-bisa namanya akan dicoret dari kartu keluarga.

"Halo?" ucapnya dingin saat memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Romeo, apa kau sibuk? Jika tidak apa kau bisa menemaniku berbelanja hari ini?"

Suara wanita di seberang telepon itu membuat dirinya memasang tampang datar. "Sibuk, aku tidak bis—"

"Apa Tuan Lucero belum memberitahumu?" selanya tiba-tiba yang berhasil memunculkan kerutan heran di dahi Romeo. "Beberapa hari lagi keluargaku akan mengadakan pesta berhubungan dengan kepulangan adikku!"

'Deg

"Adikmu?"

"Iya, benar! Oh, dan juga seingatku kalian berdua sudah dijodohkan sejak kecil bukan? Kalau begitu mungkin pesta nanti juga akan menjadi hari pengumuman pertunangan kalian berdua awh—"

'Tuuttt ….

Romeo langsung mematikan teleponnya dan menatap lama ke arah benda tersebut. Bertunangan dengan gadis seperti itu? Lebih baik dirinya mati mengenaskan dari pada harus melakukannya.

Otaknya kembali mengingat kejadian bertahun-tahun lalu yang benar-benar membuat sudut pandangnya terhadap gadis itu berubah seratus delapan puluh drajat.

Hari dimana gadis yang dirinya kira sebagai orang baik, hari dimana dia membuka hati untuk gadis itu, dan hari dimana gadis itu bertindak seperti pelacur di hadapan pria lain.

"Heh, menggelikan," gumam Romeo pelan.

'Ceklek

"Tuan, Javier sudah setuju untuk menandatangani kontrakn—? Tuan? Apa Anda tidak apa-apa?"

Romeo sontak mendongakkan kepalanya menatap Valerie yang sedang menatapi dirinya dengan tatapan bingung. "Memangnya ada apa denganku?"

"Eum, T-Tuan … tampak mengecil?"

Romeo sontak memejamkan matanya dan menghela nafas berat, tubuhnya yang selalu mengecil tiba-tiba dan membesar tiba-tiba itu sangatlah menyusahkan dirinya. Kutukan sialan!

Dia menundukkan kepalanya kemudian memijit pelipisnya. "Valerie, keluarlah sebentar," ucapnya penuh penekanan yang terdengar sangat mengerikan di telinga gadis itu.

Dia ingin sekali pergi, namun jujur, dirinya merasa khawatir dengan kondisi Romeo yang entah kenapa tampak tidak normal. "Apa Tuan yakin tidak apa-apa?" tanyanya lagi.

Romeo menggelengkan kepala dan melambaikan tangannya. "Tak apa, kau pergilah dari sini, aku sedang memerlukan waktu untuk berpikir."

"Ah, baiklah."

Dan pada saat itu juga akhirnya Valerie berjalan keluar dari ruangan tersebut. Romeo pun mengangkat kepalanya sambil menatap lama ke arah pintu tempat dimana Valerie keluar. Mendadak, sebuah ide bagus hadir ke kepalanya. Sebuah ide yang memiliki sifat mutualisme, saling menguntungkan antara dirinya dan dia.

Romeo meraih ponselnya kemudian menekan kontak Thio. Belum sampai lima detik Romeo menelpon, Thio sudah meresponnya dengan sigap.

"Halo, Tuan? Ada apa?"

Marry Me, Juliet!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang