Cieee, yang gercep~
Happy Reading >_<
_________________
"Valerie, kerjakan semua ini ya."
"Hah." Aku menghela nafas berat dan menatap malas ke arah tumpukan dokumen yang baru saja di berikan oleh si manajer kampret ini. Yang benar saja, dia menyerahkan semua pekerjaannya kepadaku dengan alasan karena dirinya ada kencan buta.
Lalu aku yang jomblo dari lahir ini apa kabar? Ah, sudahlah, kerjakan saja.
Ya, salam kenal! Aku Valerie Juliet Serein, pegawai kantoran yang kerjaannya hanya kerja, kerja, dan bekerja. Usia? 24 tahun, cukup matang untuk mencari suami dan membangun keluarga harmonis, tapi menurutku hal tersebut tidak berguna, dan hanya menghabiskan waktu untuk mencari uang.
Cita-cita? Cih, jelas jadi orang kaya lalu keliling dunia hohoho! Karena itu aku tidak bisa bersuami sampai keinginanku menjadi orang sukses itu tercapai ....
'Drrttt
... ya, walau Ibuku tidak merestui.
"Halo?"
"Kau ada jadwal kencan buta malam ini! Jangan lupa!"
Astaga, sabar akutuh. "Ibu, aku memiliki tumpukan pekerjaan yang harus kuselesaikan malam ini juga, tak bisakah kencan butanya di undur? Aku sibuk."
"NAK!" Noh kan, ngegas. "KAU INI SUDAH BERUMUR! CARI SUAMI! MAU SAMPAI KAPAN HIDUP SENDIRI HAH! IBU LELAH MENGURUSIMU!"
Ahahaha, untung aku menjauhkan telingaku dari ponsel, kalau tidak maka kujamin seratus persen gendang telingaku robek. "Oh? Ibu? Ibu? Halo? Aku tidak dapat mendengar ucapanmu! Suaramu putus-putus, Bu! Ah, sinyalnya jelek! Kumatikan ya, sampai jumpa!"
"VALE—"
'Tuutt
"Fyuh ... luar biasa sekali! Kurasa diriku akan dikutuk menjadi batu suatu saat nanti karena durhaka kepada orang tua, hiks." Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sebelum akhirnya diriku kembali memfokuskan pandangan ke arah layar komputer.
Jariku terus bergerak tanpa kenal lelah, dan mataku bolak-balik menatap layar komputer beserta lembar dokumen yang harus kuselesaikan malam ini juga. Hingga tanpa sadar hari telah malam dan AKHIRNYA pekerjaan ini selesai juga sebelum pukul sembilan malam. Ya, walau sebagai gantinya aku tinggal sendirian di kantor sih, semoga saja tidak ada yang aneh-aneh di kantor ini.
"Oke! Pulang! Aku lelah!"
Dengan cepat aku langsung memasukkan semua barang keperluanku dan secepat mungkin pergi dari kantor ini. Aku lelah dan mengantuk jadi biarkan aku beristirahat dengan tenang di rumah sekarang.
Aku memasukkan tangan ke dalam jaket dan berjalan menuju halte bus terdekat untuk mengambil jam jadwal terakhir. Jangan sampai telat, kalau telat maka aku aka-
"Album solo Javier untuk ost drama terbarunya telah liris! Ayo diburu!"
Oke, stop!
Ah, sial. Kenapa di jalanan malah harus nemu yang baginian sih, kan terkuras juga nih dompet. Aish ....
"AKU BELI!" teriakku yang langsung berlari ke toko tersebut dan menyambar album terbaru Javier. Demi apa, aku lemah sekali terhadap suatu benda sakral bernama 'album' apa lagi kalau sudah album dari si doi, gimana ga rebutan coba.
Dengan gesit aku langsung menyerobot gerombolan gadis yang berbondong-bondong ingin mengambil album tersebut, dan ... MANTAP! AKU DAPAT ARGH! BAHAGIANYA DIRIKU!
"Hei, Tante. Aku yang dapat ini duluan kau tahu."
Ta-Tante?
Mataku sontak langsung memicing tajam menatap seorang gadis muda yang tampaknya masih berusia sekitar tujuh belas tahunan. "Ekhem! Begini ya anak muda, jelas-jelas tanganku duluan yang memegang album ini, lalu kenapa malah kau yang komplain hah?"
"Tidak, aku duluan yang melihat album ini dan berencana untuk mengambilnya, karena itu album ini jelas sekali milikku," balasnya dengan tanpa tahu sopan santun sama sekali padahal jelas-jelas sedang berbicara dengan orang yang lebih tua.
Aku menghela nafas berat dan melirik kecil ke arah kiri dan kanan untuk mencari stok album lain. Namun sayangnya ... duh, sebenarnya aku benci keributan sih, tapi masalahnya ...
Ini stok terakhir dan limited edition.
"Maaf! Aku tidak akan menyerah akan barang ini!" semangatku yang tanpa basa-basi langsung menarik benda tersebut dan hendak berlari membawanya ke kasir, namun sialan, rambutku malah di jambak olehnya.
"Sudah kubilang aku duluan!"
Cih, padahal aku berniat untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik, tenang, dan tentram. Maaf untuk kalian yang mencari tokoh utama baik dan alim maka jangan mencariku ....
Karena aku tidak suka diperlakukan seperti ini.
"Kau menjambak rambut orang yang lebih tua darimu hmm," ujarku. Tanganku balas menarik rambut gadis tersebut, dan sontak gadis itu mengerang kesakitan. Ah, kurasa aku menggunakan tenagaku terlalu berlebihan.
Maaf, tolong maklumi, aku anak klub tinju.
"Hei Tante Gila! Apa kau tidak akan melepaskan jambakanmu dariku?!"
"Loh, yang mulai duluan siapa? Lagian kau juga belum melepas jambakanmu dari rambutku," balasku. "Lepas dulu baru aku lepaskan juga jambakanku."
"Cih! Nah!" Dan, pada akhirnya gadis itu melepaskan jambakannya pada rambutku, kemudian barulah diriku melepaskan jambakanku pada rambutnya.
Dia mendesis kesal sambil membuka cermin dan memperbaiki kembali tatanan rambutnya untuk beberapa waktu. Tak lama kemudian, barulah ia menutup kembali cerminnya dan menatapku dengan tatapan kesal. "Eish ... padahal aku akan ada kencan dengan pacarku tak lama lagi tapi tante ini benar-benar merusak segalanya."
Ahahaha lucu sekali. Kok malah aku yang di salahin toh. "Bacotmu banyak banget deh, sadar diri woy, kau yang salah harusnya kau itu minta maaf bukannya malah berkata kasar!" tegurku.
Tetapi, dia malah mendencih dan berjalan dengan santainya melewatiku sambil berkata. "Bodoh amat, suka-sukak-Ahhh!"
Yap, aku kembali menjambak rambutnya ke belakang dan dia kembali meringis kesakitan lalu memukul-mukul tanganku yang menjambaknya. "HEI! APA KAU GILA! KENAPA KAU MENJAMBAK RAMBUTKU LAGI?!"
"Minta maaf."
"OGAH LAH! KAU INI KENAPA SIH?!"
"Minta maaf, kalau kau masih bersih keras tidak mau ya berarti maaf saja jika seandainya kau pergi kencan buta dengan keadaan kepala yang sudah botak nantinya," ancamku ringan, dan seketika anak gadis itu langsung berteriak,
"AH IYA MAAFKAN AKU! AKU SALAH!"
Hmm ... baik, setelah mendengar ucapannya barusan barulah aku melepaskan jambakanku pada rambut gadis tersebut dan membiarkan dia yang langsung berlari pergi meninggalkanku. Cih, anak muda jaman sekarang semakin tidak sopan saja, tapi ya sudahlah, untuk apa aku mengurusi dia.
"Jadi totalnya berapa, Kak?" tanyaku sopan pada penjaga kasir.
Dia meraih album beserta beberapa aksesoris bermodel 'Javier' yang kuambil tadi dan memeriksa harganya. "Totalnya 600 ribu, apa ada yang mau di tambah lagi?"
"Ah, tidak, cukup itu saja."
Dompetku menangis, hiks. Tidak apa-apa, demi idolaku maka apapun kuberikan!
___________
Ahaks, chapter II akan aku update lima belas menit setelah updatean chapter ini yaw, berlaku juga buat chapter III yang akan aku update lima belas menit setelah Chapter II di publish nanti~
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Juliet!
Romance[Sekuel 'Romeo, Take Me!'] Dipecat tanpa alasan dari perusahaan lama, kemudian berakhir dengan menjadi sekretaris pribadi CEO Grup Lucero, dan satu-satunya alasan kenapa aku dijadikan sekretarisnya adalah karena sebuah SEPEDA! Aneh? Oh tentu, bahka...