'Plak!
"BANGUN! KAU INI ANAK PEREMPUAN JADI CEPAT BANGUN! GIMANA MAU LAKU KALAU BANGUN TIDUR AJA MALAS HAH?!"
Aduh, enak sekali sarapanku pagi ini, suara teriakan cempreng dari emak dengan paduan topping tabokan di pantat dan kata-kata makian, sangat sedap sekali bukan?
Aku menaikan selimut dan mengabaikan semua amarah yang diberikan oleh ibuku sampai tiba-tiba dia mengungkit sesuatu yang membuat mataku langsung terbelalak lebar.
"Eh iya, bukannya hari ini kau ada meeting pagi?"
AH SIALLLLLLLL! AKU BARU INGAT KALAU ADA MEETING DI HARI SABTU PAGI SEPERTI INI ARGH!
Oke, dalam sekejap aku langsung berlari ke kamar mandiku dan menggosok gigi. Mandi? Nanti saja, meeting lebih penting. Eum jadi begini, bukannya aku pelupa, hanya saja meeting ini dilakukan di sabtu pagi yang notabenenya HA-RI-LI-BUR!
Tarik nafas dalam-dalam ....
Jangan dibua-Eh, buang maksudnya.
Setelah semua tertata rapi dan sempurna, aku langsung meraih tasku dan menyambar sepeda di halaman rumah. Menggunakan bus hanya akan membuatku terlambat, pakai sepeda masih jauh lebih cepat, karena itu aku memilihnya.
Tanpa basa-basi, diriku langsung menggoes sepeda dengan kencang. Mataku menatap lurus ke arah jalanan sampai akhirnya ....
AKU BERHASIL!
"Maaf saya telat!"
Aku membungkukkan badanku dalam ke arah orang-orang yang berada di ruangan tersebut. Namun tiba-tiba suara berat malah terdengar dari arah belakangku. "Hm, masuk saja, toh aku juga baru datang."
Lha? Gimana-gimana?
"Ah, Tuan. Silakan masuk!"
Dengan cepat aku langsung menyingkir dan menundukkan kepalaku sebagai bentuk hormat kepada atasan. Mataku menatap ke arah kakinya yang melangkah masuk melewatiku dan wih ... wangi bener dah nih orang, cuma lewat aja wangi tubuhnya sudah tercium.
Tapi tidak mirip bau parfum, tampaknya memang bau alaminya sudah wangi seperti ini. Duh, kok malah ngurusin masalah bau sih.
"Mulai rapatnya."
"Ah, baik!"
_______
Author POV
Di dalam sebuah ruangan, tampak sesosok pria tampan yang tengah duduk di atas kursinya sambil memandangi seorang gadis yang tengah duduk di luar ruangan melalui kaca jendela. Tangannya itu berulang kali mengetuk meja, dan otaknya tampak sedang berpikir keras saat ini.
Tanpa dia sadari, orang-orang di ruangan itu semuanya sedang menatap ke arahnya dengan tatapan gugup. Bahkan CEO dari perusahaan Valerie pun tampak sedang menatap gugup ke arah pria tersebut. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk membuka suara, "Tuan Romeo, bagaimana dengan presentasi tadi? Apa ada sesuatu yang menurut Tuan kurang memuaskan? Atau penyampaian dari karyawan kami tadi kurang memuaskan?"
Pria itu, Romeo. Dia tidak merespon pertanyaan itu sama sekali dan hanya menatap kosong ke arah seorang gadis yang tengah duduk di luar ruangan. Tak lama kemudian, bibirnya bergerak dan berkata, "Siapa nama karyawanmu itu?" tanyanya tiba-tiba.
Orang-orang di ruangan itu sontak langsung terkejut, dan tak lama kemudian seorang pria yang merupakan manajer tampak bangkit berdiri kemudian membungkukkan badannya dalam-dalam di hadapan Romeo. "Maafkan saya! Karyawan saya pasti sudah menyinggung Tuan! Saya akan membawanya kemari!"
"Namanya siapa?"
Sontak ruangan tersebut menjadi sangat hening saat ini. Mereka menatap lama ke arah Romeo yang tampak sedang menatap tajam ke arah manajer tersebut. Manajer yang ditatapi seperti itu oleh Romeo sontak langsung gugup setengah mati. "V-Va-Valerie!" ujarnya.
Romeo menganggukan kepalanya mengerti dan behenti menatap tajam manajer tersebut, sementara sang manajer langsung belari keluar ruangan untuk menyeret Valerie masuk ke dalam.
Sesampainya Valerie di dalam, dirinya malah di sambut dengan tatapan mengintimidasi dari seluruh anggota rapat, baik dari CEO perusahaannya sendiri maupun Romeo yang merupakan CEO dari perusahaan kerja sama mereka. Dia meneguk ludahnya dengan susah payah saat di berikan tatapan seperti itu, hingga tiba-tiba.
"Kau tadi pagi naik sepeda kemari dengan buru-buru?" tanya Romeo yang langsung di balas dengan anggukan kepala oleh Valerie. Tak lama kemudian, Romeo kembali terdiam. Kali ini dia tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya kembali berkata, "Apa kau tidak ada niatan pindah perusahaan?"
Seketika Valerie bergidik ngeri mendengar ucapan Romeo. Perkataan tersebut terdengar seperti sebuah ancaman kepadanya yang seolah-olah memiliki arti 'kau naik sepeda saat ada rapat penting denganku? Apa kau bercanda? Dirimu akan merusak reputasi perusahaan ini jadi carilah perusahaan lain.' Begitulah bayangan otak Valerie.
"S-Saya ti-tidak ada niatan," sahut Valerie gugup.
"Ah, ya sudah kalau begitu." Pada saat itu juga Romeo langsung memasukkan kembali tangannya di saku celana dan bangkit berdiri meninggalkan ruang rapat sekaligus meninggalkan tanda tanya di otak orang-orang, termasuk Valerie.
______________
Gas, lima belas menit lagi Chapter III alias updatean terakhir hari ini >_<
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Juliet!
Romance[Sekuel 'Romeo, Take Me!'] Dipecat tanpa alasan dari perusahaan lama, kemudian berakhir dengan menjadi sekretaris pribadi CEO Grup Lucero, dan satu-satunya alasan kenapa aku dijadikan sekretarisnya adalah karena sebuah SEPEDA! Aneh? Oh tentu, bahka...