INI NERAKA!
"Nona Valerie! Berdiri dan ulangi semuanya dari awal! Postur tubuhmu masih kaku! Senyumanmu kurang alami! Pergerakan tanganmu kurang elegan!"
Mataku sontak menatap kesal ke arah Romeo yang malah tengah asik menyeruput secangkir kopi sembari tersenyum licik ke arahku, dan lebih parahnya, setiap kali diriku ingin berkata sesuatu sebagai bentuk komplain, tangannya akan langsung bergerak mengetuk surat kontrak.
Ah tidak, lebih tepatnya ke arah sejumlah angka yang tertulis di atas surat kontrak itu.
Hingga akhirnya, setelah pelatihan menyiksa yang katanya Romeo hanya sebentar namun ternyata memakan waktu berjam-jam ini berakhir, diriku pun diizinkan pulang olehnya namun dengan syarat ...
... diantar.
Waktu pun berlalu dan kini kami berdua telah berada di depan rumah yang dipinjamkan Romeo untukku. Tanganku bergerak melepas sabuk pengaman mobil pria itu kemudian hendak melangkah turun sebelum tiba-tiba dia berkata, "Tunggu!"
"Kenapa? Apa masih ada yang ingin kau lakukan denganku?" tanyaku yang sudah melepas keformalan dengan pria itu, toh dia yang menyuruhku agar tidak formal dengannya.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Romeo justru tampak membuka laci mobilnya dan mengeluarkan segepok kertas yang entah ada berapa halaman saking tebalnya, tak lama kemudian dia menyodorkan kertas-kertas tersebut kepadaku sambil berkata, "Ini adalah daftar nama orang-orang penting yang akan hadir ke acara hari minggu nanti ...."
"… hafalkan!"
Bentar-bentar, ini telingaku ga salah dengar, 'kan?
Tanganku spontan bergerak membuka halaman per halaman berkas yang diberikan oleh Romeo dan nyaris semuanya penuh dengan foto, nama, profil! Belum lagi jika kutebak dari jumlah halamannya maka ditanganku saat ini ada sekitar seratus halaman lebih yang tiap halamannya berisikan profil orang.
Mampuslah aku. "Eum, kalau aku tak sanggup menghafal semuanya bagaimana?"
"Hm, hafalakan semua, tak ada penawaran."
Dan pada saat itu juga mobilnya melesat pergi meninggalkanku yang masih speechless disini. Mataku menatap turun ke arah tumpukkan kertas ditanganku kemudian menghela nafas berat.
"Hahh … mau bagaimana lagi. Kerja lembur bagai kuda~"
______________
Dan, hari demi hari pun berlalu. Seperti biasa aku terus melewati hariku dengan menjadi pegawai kantoran sekaligus pacar pura-pura Romeo di pagi hingga sore hari, kemudian menghafalkan nama-nama orang sekaligus belajar kelas etika di malam hari. Memang benar, ternyata tidak ada yang namanya pekerjaan dengan gaji besar tanpa usaha, pada akhirnya jadwalku benar-benar padat dikarenakan semua drama ini.
Kemudian sekarang … adalah waktunya.
'07:30'
Ah, terlalu pagi untuk bangun di hari libur, tidur lagi ajala—
"Bangun."
'Jeder!
Sebentar-sebentar, ini otakku yang sistemnya masih lemot atau telingaku memang barusan mendengar suara Romeo? Demi apa semalam diriku hanya tidur sendiri jadi tak mungkin kalau pria itu bisa tiba-tiba berada di dalam sini tanpa angin tanpa hujan.
Perlahan mataku mulai terbuka untuk memeriksa kenyataannya, dan ….
Sialan, dia beneran di sini.
Tangannya itu menggenggam sebuah kunci yang tanpa perlu kutebak lagi sudah pasti kunci rumah ini, karena itu sudah terungkap alasan kenapa dia berada di tempat ini pagi-pagi, hiks, mana hari minggu lagi, mo nangis ah.
"Kenapa kau disini? Bukankah acaranya nanti malam? Sekarang masih pagi karena itu kumohon biarkan aku memejamkan mataku satu jam lagi," mohonku yang sudah pasti tanpa perlu kuharapkan lagi akan langsung ditolak oleh pria sekaku dia.
Dia meraih kursi di sisi ruangan kamar tidurku kemudian menariknya tepat di samping ranjangku. "Tidurlah," ucapnya tiba-tiba yang jujur sangat mengejutkanku karena diriku sama sekali tak menduga kalau dia akan berkata sepe—. "Tapi sebagai gantinya aku akan duduk di sini dan menatapimu terus hingga kau bangun."—sial.
Dengan ogah-ogahan diriku menarik selimut kemudian bangkit dari atas ranjang dan beranjak ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan sikat gigi.
Kalian bertanya kenapa aku tidak merasa terganggu dengan keberadaan Romeo yang muncul di kamar entah dari mana? Maka jawabannya adalah karena aku sudah pasrah dengan orang itu, biarkan saja dia ingin melakukan apa, toh dia juga tidak akan berani melakukan apa-apa diluar hubungan pekerjaan.
Manikku melirik sekilas ke cermin kamar mandi saat sedang menyikat gigi. Di pantulan cermin, tampak Romeo yang melangkah masuk ke dalam lemari kemudian mengeluarkan beberapa pasang pakaian, sepatu, tas, dan perhiasan, kemudian tak lupa dia juga memisahkan barang-barang tersebut ke beberapa kelompok.
"Cobalah satu-satu, nanti akan kulihat yang mana paling cocok!" ucap Romeo yang sengaja meninggikan nada bicaranya agar diriku dapat mendengar ucapannya. Tak lama kemudian, akhirnya pria itu melangkah keluar dari kamarku, entah kegiatan aneh macam apa lagi yang akan dia lakukan setelah ini yang pasti aku sama sekali tak dapat menebak keseharian orang itu.
Setelah selesai dengan urusanku di kamar mandi, langkah kakiku pun melangkah keluar dan sepasang mataku menatap satu-persatu lima buat setelan lengkap beserta perhiasan, tas, serta sepatu yang melengkapinya.
Lagi-lagi tak terduga, selera fashionnya juga sangat bagus.
Sesuai perintah Romeo tadi, aku pun mencoba salah satu setelan yang disiapkan olehnya kemudian berjalan keluar ruangan untuk menunjukkan kepada pria itu. Namun, baru sedikit diriku membuka pintu kamar aroma harum sudah tercium di hidungku disusul dengan suara benturan alat-alat dapur.
Dan benar saja, dia memasak.
Kaya, keluarga konglomerat, penerus perusahaan, tampan, tinggi, badan bagus, sifat umm … entahlah no untukku tapi mungkin yes untuk orang lain, selera fashion bagus, pintar berakting, pintar masak. Sempurna, tak heran kenapa banyak gadis menginginkan dia.
Tipeku? Oh jelas iya, tapi aku tak tertarik menikahi orang kaya karena diriku lebih suka mempunyai uang milik sendiri dibanding uang milik orang lain.
"Bagus, tapi cobalah yang lainnya juga."
Seketika otakku kembali ke tempatnya dan aku terkejut menatap Romeo yang entah sejak kapan sudah menyelesaikan acara masak-masaknya. Mataku sontak menatap turun ke arah dua buah piring di tangannya yang berisikan spaghetti bolognese.
Dia pun mengikuti arah pandanganku kemudian berkata, "Diet, tak ada makanan."
Ah, abangsate, sabar aku tuh ….
___________
Punten ges, ga bisa nulis note dulu, buru-buru mo pergi soalnya.
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Juliet!
Romance[Sekuel 'Romeo, Take Me!'] Dipecat tanpa alasan dari perusahaan lama, kemudian berakhir dengan menjadi sekretaris pribadi CEO Grup Lucero, dan satu-satunya alasan kenapa aku dijadikan sekretarisnya adalah karena sebuah SEPEDA! Aneh? Oh tentu, bahka...