07 - Masa Depan Konvensional

53 20 2
                                    

HAYDENS bagaimanapun juga tetaplah sebuah akademi dengan gedung-gedung pengajaran yang kotak padat, setinggi tiga lantai, dan warnanya biru dongker bercorak putih-merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HAYDENS bagaimanapun juga tetaplah sebuah akademi dengan gedung-gedung pengajaran yang kotak padat, setinggi tiga lantai, dan warnanya biru dongker bercorak putih-merah. Semua gedung mengelilingi gelanggang besar di tengahnya, yang bisa terbagi menjadi beberapa bagian lagi. Wilayah Haydens mencakup rekaan bioma terestrial dan chaparral—tentu dalam skala yang lebih kecil. Asrama anak perempuan dan laki-laki berada di satu gedung besar, namun terpisah oleh lobi dan ruang makan. Di seberangnya ada gedung pengajaran (termasuk kelas, ruang guru, ruang ekstrakurikuler, dan sejenisnya), kemudian gedung utama di sisi sentral gelanggang.

Tepat pukul lima lewat tiga puluh pagi, sebuah alarm keras berbunyi di setiap kamar. Bagi para senior yang telah mendengar itu sebelumnya, tentu akan segera bangun dan bersiap. Sementara kebanyakan anak tahun pertama kaget setengah mati, termasuk Alphia yang sampai jatuh dari ranjangnya. Hanya segelintir yang tidak terlalu kaget, seperti Eiries yang langsung bangkit mencuci muka--tanpa cengo atau menahan jantung berdebar.

"Apa kamu tidak kaget?" ringis Alphia. "Telingaku saja seperti hampir tuli."

"Kalian hanya belum terbiasa," tanggap Eiries. Alphia mulai berpikir jika Eiries punya ibu yang galak atau semacamnya sehingga lebih terlatih.

Sesuai agenda yang tertera pada gadget, semua siswa harus melakukan rutinitas khusus sejak senin hingga jumat itu. Bangun pagi buta, berseragam, turun ke gelanggang untuk pelatihan fisik, lalu sarapan. Alphia sudah memiliki gambaran tentang itu, dan seolah-olah dirinya hendak pingsan saja. Di sekolah yang sebelum ini, Alphia bukan tipikal anak yang banyak melibatkan fisik. Dia lebih suka hal-hal yang santai seperti menonton film atau bermain gim video. Ketika dihadapkan pada hal berat begini, wajar jika dia harus beradaptasi dari nol. Bahkan setelah dia pernah menempuh kiloan jarak dari Festherchapel ke Scramton sendirian.

Tembok jaring-jaring kawat yang rapat diaktifkan, muncul dari tanah membagi gelanggang itu untuk wilayah perempuan dan laki-laki. Mereka dipisah karena tingkat kemampuan berlatihnya berbeda. Alphia pun sudah tersenggal-senggal ketika melakukan push-up, sehingga ia sempat bertelungkup di atas semen seperti ingin mati. Tapi, memang anak perempuan tahun pertama akan merasa sangat tersiksa. Kecuali, mungkin, Eiries yang tampaknya sudah sering berolahraga dan cukup mahir.

Setelah pelatihan fisik, seluruh siswa diberi waktu tiga puluh menit untuk bersiap sebelum ke ruang makan. Alphia harus mandi secepat kilat dan berseragam rapi dalam waktu singkat—mulai menyisir, kali ini tanpa merenung seperti kebiasaannya. Sementara Eiries dengan rambut yang pendek bahkan tidak perlu menyisir (terbentuk alami begitu saja).

Mereka pergi ke bawah ketika sebagian anak perempuan lain di lantai mereka juga baru mengunci kamar. Mereka tak butuh banyak barang, hanya gadget yang disakukan dan kesiapan menerima pelajaran. Di dalam gadget itu sudah ada peta wilayah Haydens, jadwal pelajaran, dokumen sanksi pelanggaran, dan informasi terkait yang siswa butuhkan. Meski dulunya internet pun kebutuhan terbesar mereka, protokol Haydens benar-benar memalanginya.

I'm HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang