16 - Seseorang Dari Pihak Luar

32 16 0
                                    

HARI-HARI sekolah tetap berjalan, seiring waktu para siswa Haydens mulai melupakan tragedi tempo hari. Tentu bagi sebagian anak tidak begitu. Terutama bagi Taylor dan kelompoknya yang sangat terpukul. Sementara bagi Alphia, masih ada tugas yang harus dia dan teman-temannya selesaikan. Hanya saja, belakangan ini, perpustakaan selalu tutup. Ketika Alphia berserobok dengan Mrs. Huffle, wanita itu melenggang pergi dengan wajah masam.

"Tidak, Nak. Tidak sekarang."

Hanya itu yang Alphia dapatkan.

Ketika hari libur tiba, dia sibuk menulis di buku catatan gadgetnya. Alphia menulis segala hal yang pernah terjadi, bahkan sebuah surat wasiat. Entah mengapa dia merasa bisa mati kapan pun di Haydens. Konsentrasinya terusik ketika Eiries menggerutu.

"Hhhh!" gadis itu menjambak pelan rambutnya. "Tidak bisa kalau terus begini. Kita harus tahu ada apa di ruangan itu, dan kenapa Haydens semakin gila."

"Kamu juga sangat penasaran dengan ruangan itu?"

"Tidak hanya penasaran. Aku juga seharusnya tahu sesuatu tentang itu. Bukankah aku yang menemukan buku pembukanya? Ganjil sekali."

Alphia mengangguk. Dia dan semua teman-temannya pun heran tentang kejadian di awal-awal sekolah itu. Tentang mengapa Eiries bertindak aneh seperi orang mabuk yang menabrak rak untuk mendapatkan buku. Meskipun, itu bukan buku biasa.

"Sebenarnya, akhir-akhir ini aku sering bermimpi aneh," kata Eiries. Dia berebah di kasurnya, menatap langit-langit. "Seperti aku sedang berlari tanpa henti. Membawa senjata berat di punggung. Tapi, segalanya gelap. Aku hanya bisa mendengar deru napasku, dan desingan peluru. Itu mimpi yang menegangkan, sangat menguras energi."

"Beberapa mimpi bisa jadi sebuah tanda untuk masalahmu di dunia nyata. Tapi, tidak semua. Sebagian lagi hanya bentuk kejadian abstrak tanpa makna. Kita tak bisa bilang mimpimu adalah versi yang kedua, tapi memang tidak ada yang tahu pasti."

"Yeah, kamu benar-argh," tahu-tahu, Eiries memegangi kepalanya yang semakin sakit. "Argh! Tolong, aku tidak kuat. Ini sangat menyakitkan ...," rintihnya.

Alphia terkesiap, segera bangkit mencari obat yang tersedia di ruangan. Hanya ada pereda pusing dan penenang. "Bertahanlah, mungkin ini migrain normal."

Tapi, Eiries bahkan tidak sanggup menahannya seperti ribuan duri menancap bersamaan. Dalam sekejap, Eiries memejamkan matanya dan masuk ke dalam bawah sadar, menemukan berbagai memorinya yang terpendam. Kelebat-kelebatan kejadian terlintas cepat, seperti bayangan yang datang dan segera pergi. Tapi, Eiries jadi ingat semuanya. Setiap detail kejadian yang dia alami sebelum masuk ke Haydens.

Eiries mengerjapkan matanya. "Aku militer intermiran Endsburg."

"Kamu--APA?" Alphia terbeliak. "Bagaimana-"

"Aku melarikan diri dari kamp." Mata ambar itu berkilat, seperti kristal yang ditimpa cahaya. Eiries menyentuh luka di pelipisnya. "Mereka memasangkan chip di dalam kepalaku, tapi aku mencongkelnya. Itu bisa menghilangkan sisa tugas yang diprogram untukku dan menghapus jejak. Anehnya, samar-samar aku masih bisa mendengar perintah itu."

"Chip untuk manusia?" Alphia merinding ngeri.

"Ya. Dulu, anak-anak militer intermiran memang dijadikan mirip robot yang melayani mereka."

Tangan Alphia terkepal. "Kita ... benar-benar harus membebaskan Adargan segera. Aku tidak tahan lagi dengan ini semua."

"Tapi, satu hal yang kutakutkan sekarang, Alphia." Eiries tercenung. "Jika aku masih bisa merasakan perintah itu di kepala, bukankah bekas chip itu masih ada yang tersisa? Kalau iya, pihak Endsburg bisa melacakku kapan pun."

I'm HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang