01 - Dari Ranah Pertempuran

169 29 7
                                    

Beberapa pekan sebelum musim dingin
tahun itu ...

PEPOHONAN di pinggir jalan sudah meranggas, tanda bahwa udara dingin akan segera menemani penduduk Festherchapel untuk hari-hari ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PEPOHONAN di pinggir jalan sudah meranggas, tanda bahwa udara dingin akan segera menemani penduduk Festherchapel untuk hari-hari ke depan. Arietha merapatkan mantelnya dengan sebelah tangan yang menyetir sepeda listrik. Pikirannya berkecamuk seperti badai hujan lebat, dipenuhi kilasan-kilasan berita yang baru saja dia saksikan setelah keluar dari karantina studi. Tentang kampanye bertagar Selamatkan Dawnford yang berjalan di berbagai metropolis di Adargan--namun berakhir kisruh akibat polisi yang turun membubarkan.

Termasuk di Festherchapel sebulan lalu, pada salah satu kelompok kampanye yang dihadiri Arietha sebagai pemimpinnya. Satu hal yang disyukuri Arietha adalah tidak ada korban jiwa. Meskipun banyak partisipan anak muda yang datang dengan rapi--tetapi pulang penuh luka, mereka tidak akan pantang. Tidak selama kekayaan alam Dawnford masih dalam cengkeraman bangsa lain.

"Bukankah gila jika pemerintah terus membiarkan para pebisnis dari Endsburg menguasai tambang?" Arietha, entah bagaimana, tampak lebih kritis dari anak seusianya yang sibuk dalam asmara. Arietha justru pandai bicara, lebih mirip aktivis yang terlalu muda. "Tambang berlian Dawnford adalah yang terlangka. Kalau terus dieksploitasi habis-habisan seperti itu, Adargan bisa hancur hanya karena uang."

Seorang gadis yang sama persis perawakannya seperti Arietha duduk di bangku belakang, menyimak dengan sabar. Alphia mengulum bibir. "Mungkin mereka punya pertimbangan."

"Itu yang kita pertanyakan. Pertimbangan macam apa yang mereka buat? Dasar orang-orang dewasa aneh."

St. Haliholde masih ramai setelah anak-anak sekolah menengah pulang. Tapi, tidak seramai perempatan lampu merah yang jauh di depan Arietha. Mobil berdesakkan seperti buku-buku yang dihimpit dalam rak kecil. Arietha berdecak heran dan berbelok menuju rute lain.

"Sudah ada beberapa kasus kecurangan. Para pebisnis dari Endsburg itu hanya memanfaatkan Adargan tanpa memberi keuntungan yang jelas. Tidakkah kamu takut, Alphy? Jika sewaktu-waktu, Endsburg berubah dari pebisnis ramah menjadi perampok?"

"Apakah itu mungkin?" Alphia menyingkirkan helai rambutnya ke balik telinga. "Di berita yang sering kamu setel, Endsburg membuat banyak perjanjian."

"Dan melanggar janji hanyalah a piece of cake, Alphy. Apalagi perserikatan bangsa sudah bubar dan membiarkan setiap anggotanya hidup mandiri. Mereka pikir, manusia sudah semakin bijak. Padahal tidak pernah."

Alphia tertegun. Dia dan Arietha memang terlahir kembar dan punya ciri fisik yang persis, namun isi kepala mereka bisa sangat berbeda. Dulu, Alphia hanya berpikir bahwa saudarinya terlalu banyak menonton berita dan hanyut dalam isu-isu. Bahkan dia masih empat belas tahun ketika ikut kampanye "Selamatkan Dawnford" bulan lalu, jelas-jelas nekat. Tapi semakin lama, Alphia sadar bahwa bukan Arietha yang terlalu terlibat di usia yang sangat kecil. Melainkan Alphia sendirilah yang tertinggal darinya.

I'm HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang