08 - Pintu Tidak Ke mana-mana

43 20 2
                                    

TENTU SAJA, Alphia sudah mengira bahwa kelompoknya akan berakhir canggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TENTU SAJA, Alphia sudah mengira bahwa kelompoknya akan berakhir canggung. Tapi, ekspektasi itu agak diringankan oleh Ramirez yang entah bagaimana sangat supel. Dia berkebalikan dengan mayoritas anak laki-laki di Haydens yang berusaha memberikan kesan tegas dan serius, yang mendalami peran mereka sebagai calon prajurit. Sekarang, setelah inisiatifnya, mereka bisa berkumpul di perpustakaan Haydens yang dijaga Mrs. Huffle.

Ada lima orang dalam kelompoknya. Sebuah keajaiban ketika tiga dari orang-orang itu sudah Alphia kenal: Eiries, teman sekamarnya; Ethan, sepupunya; dan Ramirez, teman barunya. Hanya satu yang belum dia kenal, tapi mungkin sudah cukup akrab dengan Ethan (atau sebenarnya mereka sepantaran). Anak laki-laki itu bernama Lloyd, yang tatapan dari iris kelabunya sangat dingin menusuk.

"Jadi, peranti mutakhir untuk pertahanan apa yang akan kita buat?" Ramirez tersenyum dengan giginya yang rapi dan putih, memandang teman-temannya.

"Kenapa tidak untuk menyerang?" protes Eiries tiba-tiba. "Saat ini, kita justru membutuhkan senjata agar bisa mengalahkan musuh."

Semua anak terdiam, kecuali Ethan yang sejak awal memang sudah diam karena tertidur. Lloyd bertopang dagu, tampak berpikir. "Belum jelas kapan kita akan memberi perlawanan. Untuk sekarang, kita sedang dalam masa bertahan. Itulah mengapa Mr. Tarence meminta teknologi yang menjurus ke perlindungan."

"Tapi, kita harus segera berlatih melawan, dan pasti akan. Aku cenderung membuat senjata. Teknologi mutakhir itu pasti akan lebih berguna."

"Kepalamu ini batu, hm?" Lloyd jadi sengit. "Belajarlah untuk mengikuti perintah."

"Kenapa harus kalau kita bisa melakukan lebih dari perintah?"

"Bocah ini. Kamu masih tahun pertama."

"Ya, dan kamu tahun tua. Orang tua selalu melandasi hal dari pengalaman tanpa mau mencoba hal baru."

Lloyd tercengang. Sejenak, ketegangan beradu di antara mereka. Tangan Alphia sudah mendingin karena gugup, sementara Ramirez memukul pelan meja di tengah. Sekadar menarik perhatian. "Wow, mari kita santai dulu. Topiknya mulai keluar dari tugas kelas Tekno Mr. Tarence."

"Berterima kasihlah pada bocah ini." Lloyd mendelik pada Eiries, sebelum mengeluarkan novelnya dan membaca tanpa acuh. Anak laki-laki itu sudah enggan terlibat dengan proyek mereka. Alphia semakin cemas. Sudah dua orang (dan keduanya senior) yang kehilangan gairah bekerja sama.

"Kamu sangat percaya dengan proyek senjata?" ulang Ramirez. "Bahkan kalau Mr. Tarence menganjurkan pelindung?"

Eiries mengangguk mantap. Diam-diam, Lloyd meliriknya, berpikir bahwa junior yang satu itu sangat sok tahu dan akan gagal di masa depan. Ramirez membuka kedua tangannya. "Baiklah. Kita akan coba proyek senjata. Tentang tanggapan Mr. Tarence, itu akan jadi urusan belakangan. Ayo cari referensi." Anak laki-laki yang bergelora itu segera bangkit, diikuti Eiries.

I'm HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang