11- Musuh yang Menyatukan

38 16 4
                                    

SEJAK awal, Eiries memang sudah tidak menyukai Favre, si anak laki-laki mapan itu. Alphia juga, terutama soal parfumnya yang menyebalkan. Eiries dan Alphia berbicara melalui Zapt tanpa diketahui orang-orang di ruang makan. Sayang sekali. Mereka lupa kalau Ramirez, Lloyd dan Ethan juga memiliknya. Kapan pun ada yang mengaktifkan, semua Zapt otomatis bisa menyala juga. Itu memang fitur dasar Zapt yang baru diungkap oleh Ramirez.

"Nah, sekarang kalian membicarakan siapa?" Ramirez tertawa.

"Seseorang yang mereka benci, tentu saja," sahut Lloyd.

Alphia dan Eiries tersentak, segera mematikan Zapt, makan dengan khidmat. Sebenarnya, mereka tidak janjian untuk makan malam bersama di satu meja. Alphia dan Eiries sudah di sana, lalu datang Ramirez. Entah bagaimana Lloyd dan Ethan tidak kebagian meja selain di tempat mereka. Sementara topik tentang Favre yang Patut Dibenci lumayan menarik untuk dibahas setelah dia memperolok proyek mereka.

"Tapi, aku setuju," gumam Ethan. Dia makan dengan pelan, namun dengan ukuran sendok yang besar. "Favre memang menyebalkan. Kalau aku punya gunting, aku akan menggundul rambut mewahnya."

"Aku tidak tahu apa hubungannya," kata Alphia. "Tapi, dia memang tidak seharusnya mengatakan itu tadi pagi. Tentang proyek kita. Bukankah itu menjatuhkan karya orang lain?"

"Karya kita tentu tidak akan dijatuhkan jika kalian mendengarkanku," tukas Lloyd. Sesekali dia melirik Eiries. "Dan jangan bebal."

"Aku memikirkan kebaikan untuk semua orang," bantah Eiries. "Kita benar-benar butuh senjata. Apakah kita hanya akan berlindung seperti pengecut di balik kubah?"

"Tapi, ini adalah Haydens." Lloyd agak jengkel. "Tinggal di dalamnya berarti mengikuti aturannya. Ini tidak seperti Haydens adalah rumahmu istanamu, Tuan Putri."

Kedua pipi Eiries bersemu, seakan kepalanya akan meledak karena marah. Dia tak pernah diejek sedemikian itu. Alphia berusaha menenangkannya.

"Sebenarnya, G-Renade itu sangat brilian," kata Ramirez. Dia menatap Eiries dengan yakin, hingga seolah-olah mengisi hatinya dengan kepercayaan. "Kamu tahu, ketika seseorang terkena granat, dia bisa langsung pergi—terutama karena tingkat cedera yang dihasilkan kecil. Tapi, dengan adanya partikel beban, dia bisa tertahan di tempat tanpa perlu ditawan."

"Kamu hanya ingin menyenangkan dia," celetuk Ethan sebelum mengelap mulut.

"Tidak, sungguh." Ramirez mengangguk. "Kalau saja Mr. Tarence mau sedikit membuka pikirannya untuk peluang ini, tentu kita tidak akan dapat minus E."

Setelah itu, mereka lebih banyak diam untuk makan dengan tenang. Namun, kali ini giliran meja sebelah yang jadi agak ribut. Alphia pikir ada percekcokan juga seperti mereka tadi. Tapi, ketika dia perhatikan dengan jeli, di sana lebih suram. Taylor menutup kedua wajahnya, sementara temannya bercerita. Favre mendengarkan dengan seksama.

Padahal, tak hanya Favre. Berhubung meja Alphia dan teman-teman paling dekat dengan meja mereka, percakapan itu tak terbendung lagi untuk didengar. Dan anak-anak itu lebih jago untuk memainkan ekspresi seolah mereka tak dengar apa pun.

"Jeanette hilang. Dia pergi ke toilet dan tidak kembali. Saat kami periksa, dia tidak ada di mana-mana."

"Dia bersama siapa?"

"Sendirian."

"Kalian tak berpikir jika Haydens berhantu?"

"Kamu ini kuno sekali, sih."

Alphia melirik Ramirez yang balas menatapnya dengan penuh makna. Lloyd masih tampak tenang, meski dia juga berpikir tentang hasil menguping mereka. Ethan tidak terlalu tertarik. Eiries berdeham. "Apa kalian percaya?"

I'm HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang