54 - Kejutan!

1.2K 238 11
                                    

Sudah hampir setengah jam Asher, Ilnori, dan Duran bertarung habis-habisan dengan para Orc. Jumlah mereka ternyata bukan hanya seratus, lebih dari itu. Asher kepayahan, staminanya tak cukup kuat melawan penggila minuman anggur dan pentungan raksasa itu.

Mereka kalah jumlah dan kualitas. Ilnori sang mantan panglima, Duran mantan penjaga perbatasan laut, serta Asher pangeran blasteran, tak cukup kekuatan. Mereka sekejap terkepung, darah membasahi baju dan tubuh, rambut berantakan bukan main.

Sang penguasa Orc, rajanya, bertubuh dua kali lebih besar dibanding anak buahnya. Kalau Orc biasanya bertubuh bongsor dengan tinggi dua meter dan bercak-bercak di kulitnya, kalau si raja Orc memiliki tinggi empat meter dan lebih bongsor. Dia hanya menggunakan kolor, telanjang dada. Taringnya keluar seperti mammoth dan wajahnya mirip babi. Kulitnya berwarna abu-abu gelap, rambut gimbal, matanya merah karena habis mabuk. Aroma tubuhnya percampuran besi dan anggur.

Senjata raja Orc tak lain adalah pedang besar bergerigi, enam kali lebih besar dibanding pedang Asher. Pentungan berjejal duri-duri ditinggalkan di singgasananya yang berupa tumpukan batu. Sepertinya dia tak punya kekuatan untuk mengangkat pentungan gara-gara masih mabuk.

Satu-satunya yang membuat mereka tetap bertahan di sini hanya karena sebagian besar Orc mabuk. Namun Orc tetap menggila saat menyerang mereka, gerakan mereka sempoyongan. Betul, hanya itu. Kalau para Orc sadar semuanya, bisa-bisa mereka hanya menjadi jasad sekarang.

"Kita tak bisa bertahan terus-terusan di gua ini. Kita pancing mereka keluar, ke tempat yang lebih lapang," kata Duran. Wajahnya sudah bonyok, tulang lehernya bengkok ke arah yang salah. Darah terciprat di baju ketika ia menikam salah satu Orc.

Ilnori di atas mereka mengangguk. Sayapnya serta-merta membuat angin kencang, meributkan Orc dan membuat mereka menabrakkan diri satu sama lain. Api hitam, jenis api yang dimiliki demon, menghantam dada si raja Orc.

Asher lupa siapa namanya. Sebentar, diingat-ingat dulu sambil dia menebaskan pedang dan menuangkan cairan pelicin tanah yang membuat Orc terpeleset. Bukan minyak.

"Mord, woy, kautahu kalau mukamu itu lebih buruk dibanding babi manapun?!" hina Ilnori, memancing si raja Orc.

Ah ya, namanya Mord. Asher menyeka peluh di dahi, kakinya sangat kebas. Dia tergoda untuk menjatuhkan diri ke tanah, mengangkat tangan, menyerah. Staminanya nyaris terkuras habis, tapi dia tetap tak menyerah. Asher dididik untuk menjadi petarung sekaligus pangeran hebat yang sanggup membanggakan kedua orang tuanya. Dia takkan mati di tangan Orc jelek. Misinya tinggal beberapa langkah lagi.

Mord menghembuskan napas seperti banteng mengamuk. Dia sempoyongan menghampiri Ilnori, beberapa kali tak sengaja menginjak anak buahnya sendiri. "Apa yang kaukatakan?!" racaunya, terpeleset oleh cairan pelicin. Kepalanya menghantam tanah lebih dulu dan membuat gema.

"Kau lebih jelek dari babi manapun! Tak akan ada perempuan yang mau tidur denganmu!" lanjut Ilnori, santai melempar api hitam ke Orc terdekat. Sayapnya mengepak indah di gelapnya gua. Asher sempat menduga kalau Ilnori membubuhkan bubuk kilau di sayapnya itu, makanya bisa berpendar dalam kegelapan.

Duran terbang rendah, menendang kepala Orc, menjatuhkan Orc lain dari ketinggian dua puluh kaki, dan melempar asal. Sayapnya tak sehitam Ilnori, corak putih keperakan di helai-helainya. Warna putih tidak seharusnya ada di sayap Demon, tapi Duran memiliki genetik albino yang menyebabkan sayapnya berwarna lain.

Bisa dibilang sayap seperti itu sangat langka. Duran pastilah pernah menjadi topik pembicaraan terpanas senegeri.

Asher ikutan terbang, kepakan sayapnya membuat sensasi menyenangkan di punggung. Dia mengangkat salah satu Orc lantas melemparnya ke dinding gua. Ilnori mengangkat tangan, memberi isyarat supaya Asher dan Duran mengikutinya.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang