41 - Gelang Penstabil Aura

1.4K 246 1
                                    

"Kenapa harus pemukiman elf?" Sharley bertanya di tengah-tengah perjalanan mereka. Salju membenamkan kaki hingga mencapai betis. Sharley harus mengangkat kakinya lumayan tinggi dan menahan denyut menyakitkannya.

Dia digandeng oleh Cleon yang menuntun jalannya. Sharley menolak digendong karena dia masih kuat berjalan. Sepupunya itu juga terluka walau tak separah dia, dan dia tak mau merepotkan Cleon. Walau kedengarannya menggoda untuk membuat pemuda pirang agak keemasan itu merasa terbebani.

"Itu pemukiman terdekat di sini, sebenarnya pemukiman itu sebuah desa kecil sih. Tidak banyak elf di sana, barangkali sekitar tiga puluhan. Kalau ke tempat para demon, kita harus pergi ke selatan yang berjarak sekitar dua kilometer darisini. Kaumau berjalan kaki sejauh itu?"

Asher memimpin jalan seperti biasa. Dia berjalan cekatan bahkan dengan salju yang menghalangi langkahnya, tapi dia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kekesalan. Floretta di sampingnya, menjaga jarak, dengan busur tersampir di bahu.

Floretta kelihatan tidak canggung lagi. Walau ia tak banyak bicara, sikapnya lebih santai. Floretta bahkan sesekali iseng membuat bola salju, menghancurkannya, membuat lagi, begitu terus. Dilihat dari gerak-geriknya dia tak nyaman berdiri di sebelah pangeran es berambut hitam itu.

Sharley tak bisa menyalahkannya. Toh, dulu dia juga merasakan hal yang sama. Sekarang sih, tidak. Sharley sudah terbiasa dengan Asher, dan ada hal yang lebih buruk yang harus dia pikirkan dibanding tatapan tajam Asher.

"Kalau mereka mengusir kita, bagaimana?" sahut Cleon. Tangannya yang membalut tangan Sharley membuat gadis itu nyaman. Di bawah kedinginan, dia masih menemukan kehangatan yang terasa dari sepupunya.

Kalau dilihat-lihat, akhir-akhir ini mereka tidak sering bertengkar. Biasanya, di rumah, sekolah, di manapun, mereka bisa bertengkar kapan saja. Sharley telah menyadari hal ini sejak mereka terjebak di Negeri Hyacintho. Paling banter Cleon hanya menggodanya tentang Asher, tapi tidak sampai membuat keributan seistana.

Tentu permasalahan sepupu angkat menjadi pengecualiannya. Itu pertengkaran paling parah yang terjadi selama di sini.

Cleon lebih berusaha untuk menemani Sharley dan membuat dia tersenyum. Cleon tahu betul kalau keceriaan Sharley terkuras sejak mereka terjebak, dan dia berusaha mengembalikan keceriaan itu kembali. Perubahan tak terkendali dari emosi Sharley mungkin juga menggangunya.

Pemikiran tentang bertengkar, barangkali menggoda, tapi dia tak melakukannya. Sharley sangat menghargai semua usaha Cleon dan merasa bersalah karena dia sendiri tak melakukan banyak hal untuk menghibur Cleon.

"Aku tidak tahu, yah. Kita lihat saja nanti, mereka bisa menjadi kawan, dan bisa menjadi lawan."

Sharley berharap kalau para elf menganggap mereka kawan. Dia tak sanggup harus bertarung lagi. Tiga puluh elf, bukan jumlah yang sedikit. Dan para elf biasanya sangat mahir dengan panahan. Bayangan Sharley mengabur saat membayangkan ada panah yang menusuk perutnya sampai tembus.

Tiba-tiba Asher dan Floretta berhenti. Itu membuat Sharley tersentak, sementara Cleon segera menahan tangannya supaya dia tidak menabrak punggung Floretta. Dia bicara lewat tatapan mata, mengisyaratkan 'fokuskan dirimu.'

Di hadapan mereka, terbentang sebuah pemukiman. Rumah-rumahnya berjumlah sekitar dua puluhan, berbahan kayu dan batu, berjejer di kiri-kanan dengan rata. Rumah-rumahnya sederhana, dan sepertinya nyaman. Di sekeliling pemukiman, hamparan pohon pinus berdaun hijau membentang luas. Di sebelah barat, ada sebuah kanal yang airnya sudah membeku. Sharley tak tahu kemana kanal itu berujung, karena kelokannya menghilang di balik pohon pinus.

Ada beberapa elf yang berlalu-lalang. Mereka mengenakan mantel tebal dan bersepatu boots semua. Rambut panjang mereka dibiarkan tergerai, hanya beberapa yang dikuncir. Ekspresi wajah mereka datar dengan dagu yang diangkat tinggi. Beberapa elf memegang busur di tangan, pisau di ikat pinggang, atau cambuk perak yang dililitkan di pergelangan tangan.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang