50 - Hello, Demon!

1.4K 245 3
                                    

Keheningan mencekam menyapu kedua remaja itu. Asher dengan sabar menunggu Cleon berbicara, dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku. Dia tahu Cleon tegang sampai ke pembuluh darahnya, tapi memang inilah yang dia tunggu-tunggu.

Jika Cleon memberi reaksi bingung, artinya apa yang dikatakan Asher tidaklah benar.

Jika Cleon getir dan kaget maka apa yang dikatakan Asher benar adanya. Dan Cleon memberi reaksi kedua.

Beberapa hari yang lalu, hal ini mengusik pikiran Asher. Dia sadar ada yang aneh dengan rekannya, tapi tak bisa menyelidiki lebih lanjut. Asher harus melatih kekuatannya supaya mengetahui sumber keanehan itu. Yang sama artinya dengan menguras hampir setengah energinya.

Cleon seolah memiliki alter ego, tapi Asher meragukan itu benar-benar alter ego. Kalau iya, tak mungkin dia merasakan aura aneh yang terkadang membungkus sekujur tubuh pemuda itu. Aura yang sekilas berwarna emas dan merah.

Saat Cleon mengejeknya dengan kata 'payah' di Sungai Perbatasan, itulah kali pertama Asher menyadarinya. Dia tak marah atau kesal karena disebut payah, tapi karena aura itu. Aura itu memicu rasa penasaran dan sampai tak sengaja mengeluarkan aura demonnya.

Lelaki bernetra biru tersebut tak bisa diam saja. Dia tak bisa memilih untuk tak peduli. Mereka, Sharley dan Cleon, takkan meninggalkannya 'kan? Asher meneguk ludah. Dia tak membayangkan hal itu dan kalaupun bisa, hanya nyeri di dada yang dia rasakan. Asher tak sanggup kehilangan temannya.

"Cleon Adonnis, jangan hanya diam saja dan jawab aku," tuntutnya. Melihat Cleon yang hanya diam sejak tadi, dia merasa kesal. Mereka sudah berdiam di sini hampir setengah jam, tentu kesabaran Asher ada batasnya. Namun dia tak menggunakan cara kekerasan.

"Sebenarnya siapa yang melakukan ini padamu?"

Cleon mendongak. Dia berekspresi datar, tapi Asher melihat adanya kilatan sendu di matanya. Cleon seolah telah dibebani satu ton beras di bahunya. "Pangeran, tolong aku."

Asher menegakkan badan. Dia mendekati Cleon, tapi menyisakan jarak satu meter. Asher ingin mengguncang bahu Cleon, berteriak apa yang terjadi, tapi dia menahan diri. Tak baik melakukan itu dan dia tak mau membuat Sharley terbangun dan mereka kepergok. Ini pembicaraan penting yang sepertinya akan lebih baik jika Sharley tak tahu sementara waktu.

Asher menanti-nanti aura emas-merah yang menggangu Cleon muncul. Namun setajam apapun kekuatan yang dia kerahkan, aura itu tak kelihatan juga. Dalam hati dia kecewa. Padahal dia sudah siap jika Cleon tiba-tiba dikuasai oleh 'sesuatu itu' dan menyerangnya.

"Apa yang terjadi padamu, Cleon? Sesuatu yang telah mengobrak-abrik dirimu itu, apa kautahu siapa dia?" Asher teringat tentang pembicaraan Cleon bersama Lamia dan Aldrich. Mereka membahas dia. Tak jelas punya dia yang Cleon maksud, tapi sekarang Asher memahaminya.

"Aku ... tidak bisa memberitahumu, Pangeran."

Asher berdecak. Kalau Cleon setutup ini darinya, bagaimana caranya dia bisa mengatasi permasalahan Cleon. "Kau tak bisa menutup masalah yang telah mengusikmu, Cleon. Setidaknya biarkan aku tahu, maka barangkali aku bisa membantumu."

Tidak, apa aku sudah kelewatan? batin Asher. Trauma akan 'kepedulian' benar-benar menggangu Asher. Masa kecilnya penuh dengan penderitaan, menyebabkan kepribadiannya yang sekarang.

Cleon menghela napas berat. "Baiklah, akan kuberitahu. Aku tak tahu siapa yang telah merebut tubuhku selama ini. Saat dia melakukannya, aku kehilangan kesadaran. Aku berada dalam kegelapan dan cahaya hanya akan datang ketika dia meninggalkan tubuhku."

"Hanya itu?" Bahu Asher merosot kecewa. Dia pikir Cleon tahu siapa pelakunya.

Cleon mengangguk. "Maaf, Pangeran Asher, tapi aku benar-benar tak tahu siapa yang melakukan ini. Aku mohon, jika tubuhku kembali dikuasai oleh dia, tolong lindungi Sharley."

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang