Sharley, Cleon, dan Asher mendarat di kota Floze, Kerajaan Tenebris, tepat saat pukul lima pagi. Mereka sempat beristirahat di suatu desa dekat sungai Exemeris. Mata Sharley sudah setengah terpejam begitu sampai di kota, beberapa kali dia menguap saat di atas kuda. Cleonlah yang bergegas membangunkannya, walaupun pemuda itu sama mengantuknya dengan Sharley.
Ketiga Pegasus berhenti di sebuah penitipan kuda di pinggir kota. Pemiliknya tengah sibuk membersihkan kandang kuda dan memberi makan ketika mereka datang. Pemilik itu tak lain dan tak bukan adalah elf, terlihat dari wajah rupawan dan telinga runcingnya.
"Permisi, apakah kami bisa menitipkan Pegasus kami disini?" tanya Cleon setelah turun dari Pegasusnya.
"Ya, tentu saja. Jarang sekali aku mendapati Pegasus dititipkan di tempatku. Pegasus hanya ditunggangi oleh para bangsawan dan beberapa petualang yang berhasil menjinakkannya. Jadi, Pegasus jarang dimiliki orang-orang di sini," balas si pemilik.
Cleon tertawa renyah.
Ketiga Pegasus pun dimasukkan ke istal masing-masing. Mereka berpamitan dengan si pemilik setelah diberitahu kalau pembayarannya dilakukan saat Pegasus diambil.
Mereka menyusuri kota yang mulai ramai oleh pedagang-pedagang yang berangkat ke pasar atau tempat kerja. Kepala Sharley menunduk sepanjang jalan, pertanda dia masih mengantuk. Nyatanya istirahat di tepi desa tak membuatnya tambah bugar, karena dia hanya tidur kurang lebih dua jam saja.
Bagaimana dia tak kesulitan tidur kalau banyak hewan-hewan yang suaranya bersahut-sahutan di sepanjang malam?
"Berapa lama lagi kita sampai?" tanyanya.
"Tunggulah. Kita juga sedang mencari penginapan," sahut Cleon.
Sharley tak sengaja menyandarkan kepalanya di bahu Asher. Pemuda berambut hitam itu refleks menangkap tubuh Sharley sebelum dia terjatuh. Asher berdecak. "Hei, bisakah kau bertahan sebentar lagi?"
Bariton suara berat dan tangan dingin Asher sontak membangunkan Sharley. Wajahnya menjadi kaget bukan kepalang begitu mendapati tatapan bosan Asher yang menangkapnya. Mulut Sharley membuka-tutup, bingung hendak menjelaskan apa. Dia juga tak menyangka yang menangkapnya tadi Asher.
Sharley melirik Cleon yang terkikik geli lalu kembali lagi ke Asher. Tatapan pemuda itu tak sebegitu mematikan, mungkin karena Sharley sudah terbiasa mendapatkannya.
"Anu, maaf, Pangeran." Dia menyatukan tangan di depan dada dan membuat wajah semelas mungkin, barangkali Asher mau memafkannya.
Namun Alsher mengibaskan tangan. "Ayo pergi." Dia berjalan lebih dulu, meninggalkan Cleon dan Sharley dan terbengong-bengong.
Seperkian detik kemudian Sharley menyadari kalau Asher tak mengacuhkannya. Dia menggeram kesal dan mengepalkan tangannya erat-erat. Cleon berkedip beberapa kali dan menyeringai pada sepupunya.
Dengan tatapan menggoda, dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Sharley yang memerah kesal. "Aduh, kasihan, ada yang tak dihiraukan," katanya dengan nada prihatin yang dibuat-buat. Sharley melotot galak padanya, tapi Cleon justru menyemburkan tawa.
Sharley yang tambah kesal kini menjitak kepala Cleon. "Diam kau, sepupu angkat!"
Sharley segera menutup mulutnya begitu sadar dengan apa yang sudah dia katakan. Cleon sama terkesiapnya, ada campuran ekspresi di wajahnya. Alisnya mengerut keras, bibirnya terkantup rapat. Dia mundur satu langkah dari Sharley.
"Cleon, aku tak .... " Sharley tak sanggup melanjutkan perkataannya, seolah ada belenggu yang menjerat lehernya. Sungguh, dia sama sekali tak bermaksud mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)
FantasíaSharley tahu, kalau dia tidak sama seperti mereka. Dia punya kekuatan yang bahkan tak ia mengerti. Namun, dia memilih menyembunyikan hal itu karena tak mau membuat keributan. Saat hari pertama di Akademi Mavexy, semuanya menjadi kacau. Penyerangan...