11 - Tak Bisa Pulang?

2.2K 328 7
                                    

"Kalau saya boleh tahu, kalian ini berasal dari kota mana ya?" tanya Carilla setelah beberapa menit hening. Sharley saling lirik dengan Cleon, meminta jawaban darinya. Cleon meneguk ludah, sambil mengode Sharley supaya diam.

Tidak mungkin juga kalau dia bilang mereka berasal dari kota Haresna? Carilla saja tak tahu tentang Clexarius, jadi sangat berbahaya menyebutkan nama kotanya.

"Kami berasal dari kerajaan jauh. Kalau kami beritahu pun, belum tentu kautahu dengan kerajaan itu," jawab Asher penuh penekanan. Carilla mengangguk gugup.

"Kasihan juga ya kalian, tersesat di negeri ini. Apa butuh bantuan? Nanti saya akan bicarakan pada Pasukan Malam. Siapa tahu mereka bisa membantu kalian."

Sharley tersenyum kikuk, bingung harus menjawab apa. Pasukan Malam? Terdengar seperti kelelawar, tapi sepertinya Pasukan Malam itu adalah pasukan Noctis.

"Tidak usah Carilla, tidak perlu repot-repot. Kami akan mencari bantuan sendiri," kata Cleon sambil tersenyum setengah tulus setengah bingung.

"Yang benar tidak perlu? Pasukan Malam bisa membantu kalian, mereka akan mengantar kalian ke tempat tinggal kalian."

"Tidak usah, sebentar lagi kami akan pergi ke kota Caelum. Kami akan mencari bantuan di sana. Mungkin kami bisa mencari bantuan pada penduduknya, jadi tidak langsung datang ke Pasukan Malam," lanjut pemuda pirang itu.

Pintar sekali kau berkelit Cleon, batin Sharley. Gadis itu menghabiskan rotinya dan menyesap minuman sedikit. Pikirannya bak kaset rusak, berkeriat-keriut tak jelas. Tak bisa berjalan lancar. Seluruh inci tubuhnya dibanjiri kekhawatiran tanpa batas.

"Ah begitu, baiklah. Tapi izinkan aku mengantar kalian hingga ke perbatasan kota, hanya untuk memastikan kalian aman." Carilla mengulum senyum tulus. Cleon hanya mengangguk.

Pandangan perempuan berambut hitam lebat nan panjang itu beralih pada Sharley. Dia meringis melihat keadaannya yang penuh luka, Sharley hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Dia tahu kalau keadaannya parah dengan luka-luka itu, apalagi kalau terinfeksi.

"Sharley, kenapa kau terluka seperti itu?" tanyanya khawatir. "Ya, kami sempat diserang hewan buas tadi. Dan Sharley mendapat luka yang paling parah," jelas Cleon.

"Tapi apa Cleon dan Asher baik-baik saja? Kalian juga terluka," lanjutnya.

Cleon dan Asher juga terluka gara-gara pertarungan dengan Pasukan Hitam, mustahil mereka tak terluka setelah melawan begitu banyak prajurit kegelapan yang tak bisa disebut manusia itu. Luka mereka tak terlalu parah. Luka Asher tak terlalu kelihatan karena tertutupi rambutnya.

"Kami baik-baik saja, hanya luka kecil."

"Kalau begitu, saya ambilkan ramuan dulu. Lukamu sudah mulai berdarah lagi Sharley, lebih baik perbannya di ganti." Carilla menunjuk kaki Sharley yang darah merembes dari perbannya.

Ramuan? Sudah lama aku tak mendengar itu, monolognya.

Sekilas Asher melihat kilatan di mata Carilla. Kilatan merah darah tercetak di sana, disusul dengan ringisan rendah. Itu bukan ringisan sakit, melainkan ringisan tertahan seperti menahan sesuatu. Asher mengernyitkan dahi, bingung dengan wanita yang satu ini.

Dari tadi dia memang merasakan firasat tidak enak, tapi tak tahu kenapa. Jadilah dia selalu waspada pada Carilla, khawatir kalau wanita itu berbuat yang tidak-tidak.

"Ya, baiklah. Terima kasih, Carilla, " jawab Sharley. Carilla mengangguk, lalu berbalik pergi.

Aura tidak bersahabat menguar dari tubuh Carilla, dan hanya Asher yang mengetahui hal itu. Asher menggertak, dia mulai merasakan kejadian buruk terjadi nanti. Cleon merasakan ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada Asher, segera dia menyadarkan pangeran itu.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang