27 - Teman Baru, Apakah Sharley Menerimanya?

1.5K 247 1
                                    

Tiga Pegasus menukik turun ke hutan yang tampak seperti lautan hijau zamrud jika dilihat dari atas. Sharley yang merasakan perutnya keroncongan akhirnya mendesah lega begitu Pegasusnya mendarat di dasar hutan.

Hari sudah sore saat mereka mendarat. Cahaya matahari lembut menerpa pucuk-pucuk pepohonan, menghangatkan apa saja yang disiraminya. Langit berwarna oranye cerah bersama awan-awan tipis. Semilir angin menerpa wajah Sharley, membuatnya tersenyum tipis.

Asher mendudukkan dirinya di atas batang pohon yang roboh. Dia mengeluarkan makanannya yang berupa roti isi daging dan memakannya.

Cleon menjaga jarak dengan Sharley. Dia bersandar pada pohon lantas memakan makanannya. Bahkan sejak berangkat tadi, Cleon belum bicara sama sekali dengan Sharley. Dia hanya melirik gadis itu sejenak tanpa berniat membuka pembicaraan. Sharley yang biasanya pandai mencari bahan pembicaraan seru pun menjadi kikuk; tak tahu apa yang harus diperbuatnya.

Alhasil, selama terbang, keadaan benar-benar hening. Sharley bosan setengah mati. Dia mencoba mengajak bicara Asher, tapi yang diajak bicara malah tak menghiraukannya. Seolah dia ini angin lewat saja.

Sharley suka heran sendiri. Kadang Asher ini baik, kadang cuek. Asher suka merubah perilakunya, menyebabkan orang lain tak tahu sifat aslinya seperti apa. Bahkan Sharley sendiri.

Menyerah memikirkan Asher dan Cleon, Sharley menggigit roti selai kacangnya besar-besar. Masa bodoh dengan sopan santun, perutnya sudah demo ditambah dia berada di mood buruk. Tubuhnya dihempaskan ke tanah yang tertutupi dedauan kering dengan kaki terlipat.

Sharley mengenakan baju biru berlengan panjang dengan mantel cokelat. Celana panjangnya berwarna hitam dan sepatu berhak rendah bertali. Rambutnya dikepang kuda, baunya seharum stoberi. Sarung tangan tersimpan di ranselnya, rencananya akan dipakai saat cuaca benar-benar dingin.

Di balik mantelnya, terdapat benda yang tak pernah Sharley duga akan membawanya. Belati. Jangan menduga dia menginginkannya, tapi ini gara-gara Asher yang memaksanya. Sharley tak tahu apa gunanya belati jika dia bisa mengeluarkan pedang dalam sekejap, tapi kata Asher ini untuk jaga-jaga.

Sharley mungkin akan menggunakannya untuk menyembelih ikan atau kelinci untuk makan dibanding harus menusukkannya ke orang yang menghalangi jalan.

Gadis itu melirik Cleon yang masih tekun menyantap roti lapisnya. Tadi siang Sharley berniat memberikan kue kucing yang dibelinya dari toko kue pada Cleon. Pemuda itu hanya mengatakan 'terima kasih' lantas menutup pintu kamarnya. Reaksinya cukup menyebalkan, tapi itu lebih baik dibanding Cleon tak mau menerima kue kucingnya. Dan sekarang, entah di mana keberadaan kue itu.

"Pangeran, apa kita bisa memecah sihir pelindung Gunung Wintergrass sekarang? Kita sudah mencapai pedalaman, tinggal memecahkan sihirnya saja," kata Sharley memecah keheningan. Setelah sekitar dua jam terbang, seharusnya mereka sudah sampai di pedalaman, begitu pikirnya.

Asher sudah selesai memakan rotinya. Dia makan cepat padahal menurut Sharley mereka baru mulai tiga menit yang lalu. Atau mungkin dia yang tenggelam dalam pikirannya sampai tak mengetahui waktu.

"Seharusnya, iya, tapi hari sudah mau malam. Kaubisa memecah sihirnya sekarang, tapi begitu kita melewati perbatasan sihir; lanjutkan perjalanan atau istirahat?" jawab Asher sambil melempar gula batu pada Pegasus.

Ketiga Pegasus berebut gula batu, moncong mereka saling bertabrakan demi mendapatkan sebuah gula batu yang merupakan makanan favorit mereka. Asher melempar tiga gula batu lagi, dan mereka langsung mengerubunginya. Asher melompat ke batang pohon dan berkata, "Santai, semuanya kebagian."

"Sepertinya melanjutkan perjalanan ide buruk. Di sana pasti gelap dan banyak hewan-hewan aneh, mungkin. Yang pasti sih tidak ada penerangan kecuali cahaya bulan," balas Sharley. 

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang